Gojek vs Ojek Pangkalan di Bandung

26 Oct 2015 16:13 12377 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Konflik antara Gojek dan Ojek semakin memanas

Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, pemukulan-pemukulan yang terjadi pada sopir Gojek sudah sering terjadi di berbagai kota di Indonesia yang menyediakan layanan Gojek. Bahkan pernah yang menjadi korban adalah warga biasa.

Dari berita yang sudah lama beredar di situs-situs berita online, pemukulan terhadap sopir Gojek ini umumnya dilakukan oleh para pengendara ojek pangkalan yang memang merasa tersaingi dan tercuri lahan tempat mereka mencari penghasilan.

Lantas, apakah alasan tersebut dapat dijadikan sebagai alasan yang tepat untuk melakukan tindak kekerasan terhadap sopir Gojek?

“Tentu tidak!”

Walaupun banyak para sopir ojek yang menjadi tersangka pemukulan berhasil diamankan, konflik antara ojek pangkalan dan Gojek semakin hari semakin memanas saja.

Contohnya seperti peristiwa demonstrasi para anggota gojek pangkalan di kota Bandung yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2015 ini.

Dilansir oleh PRFM News Channel yang mengutip berita dari Kompas.com, para tukang ojek pangkalan yang tergabung dalam Persatuan Arda Bandung ini berunjuk rasa di dua tempat berbeda yakni, balai kota yang berlokasi di jalan Wastukencana, dan ke kantor Gojek yang berlokasi di jalan BKR.

Tuntutan mereka dalam demonstrasi kali ini hanyalah satu, yaitu penghapusan ojek berbasis aplikasi yang sedang populer belakangan ini.

Para tukang ojek pangkalan tersebut menyatakan bahwa gara-gara ojek berbasis aplikasi, penghasilan mereka menurun hingga mencapai 10 ribu rupiah saja per harinya. Selain itu, ada kesaksian lain soal menjadi tukang ojek pangkalan yang cukup mengagetkan.

Mengutip berita dari kompas.com, menjadi seorang tukang ojek pangkalan di kota Bandung itu harus membayar uang mencapai 15 juta rupiah. Apa mungkin 15 juta hanya untuk jadi tukang ojek? Menurut penulis sih mungkin saja, apalagi yang terlibatnya adalah oknum berpengaruh di wilayah tempat para tukang ojek mencari nafkah.

Terlepas dari konflik antara pihak gojek dan tukang ojek pangkalan; menurut penulis dan beberapa orang yang menuliskan komentarnya di halaman PRFM News Channel terkait fenomena ojek berbasis aplikasi. Keberadaan tukang ojek seperti gojek ini sangatlah menguntungkan bagi konsumen.

Yang pertama, konsumen tidak harus berjalan ke pangkalan ojek untuk pergi ke suatu tempat karena tukang ojeknya yang akan mendatangi konsumen.

Lalu tarifnya yang jauh lebih murah dari ojek pangkalan adalah faktor utama yang menjadikan ojek berbasis aplikasi ini sangat diminati warga. Selain itu faktor lain seperti kenyamanan berkendara para pengguna Gojek juga adalah alasan lain kenapa banyak warga masyarakat yang menggunakan Gojek.

Namun, seperti kucing yang ikannya direbut, ojek hanya memikirkan perut sendiri tanpa adanya keinginan untuk meningkatkan pelayanan dari jasa yang mereka tawarkan pada para pengguna ojek dan lebih memilih untuk cari ribut dengan pihak Gojek menggunakan jalan kekerasan.

Terus terang saja, seandainya konflik ini berakhir dengan pembubaran Gojek khususnya di kota Bandung, pasti banyak warga masyarakat yang sudah menjadi pelanggan gojek kecewa.

Bahkan, penulis sendiri yang juga cukup sering menggunakan Gojek lebih berharap bahwa ojek pangkalan saja yang dibubarkan atau jika perlu dibuatkan suatu wadah untuk mendidik dan memfasilitasi para tukang ojek tersebut untuk dapat bersaing secara sehat dengan ojek berbasis aplikasi seperti Gojek. [FM]

 

Source: PRFM News Channel, Kompas

image: PRFM News Channel

About The Author

Fahd M. 80
Professional

Fahd M.

Saya suka menulis tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknologi, khususnya gadget dan komputer. Selain itu saya juga suka hal-hal yang berkaitan dengan Jepang.
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel