Restoran Mahal di Jakarta Ini Menolak Driver Go-Jek Masuk

9 Oct 2015 17:00 8593 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Driver Go-jek yang dilarang masuk oleh restoran PAUL 

Berita tentang Go-Jek selalu heboh. Apapun yang terkait dengan layanan aplikasi ojek online besutan Nadiem Makarim ini selalu jadi topik pembicaraan di berbagai media sosial. 

Dimulai dengan berita banyaknya driver Go-Jek yang mendapatkan penghasilan besar. Gara-gara ini, banyak orang alih profesi menjadi driver Go-Jek. Ada juga cerita ditentangnya kehadiran Go-Jek oleh ojeg pangkalan. 

Kisah Go-Jek di media sosial terus berlanjut dengan banyaknya driver yang mendapatkan penghasilan tinggi. Setelah itu, mulai muncul pula layanan ojek serupa Go-Jek yang kini jumlahnya semakin bertambah. 

Kisah Go-Jek kembali berlanjut dengan dihadirkannya berbagai layanan selain mengantarkan orang. Go-Jek dalam aplikasinya juga punya layanan seperti Go-Box, Go-Mart, Go-Food, Go-Clean, Go-Glam, Go-Send, dan juga Go-Massage. 


Menolak Pesanan Makanan via Go-Jek 

Kabar tentang Go-Jek pun tak berhenti. Kali ini muncul cerita soal ditolaknya driver Go-Jek yang akan membeli makanan di sebuah restoran mahal yang ada di Pacifif Place. 

Kisah tersebut dituturkan oleh pengguna Facebook bernama Komang Arianti. Dia bercerita tentang temannya yang bernama Lisa Thomas Tobin yang memasan makanan di restoran bernama PAUL yang lokasinya ada di Pacific Place

Ceritanya, Lisa menggunakan layanan Go-Food untuk memesan makanan dari restoran PAUL, Pacific Place. Ia memesan salad yang memang kesukaan suaminya.  

Sayangnya, pesanan  Lisa tersebut “tidak berhasil dilaksanakan”. Bukan karena driver Go-Jek yang menerima order tersebut tidak menyanggupi, melainkan karena restoran PAUL menolak kedatangan driver tersebut. 

Padahal restoran PAUL ada dalam daftar retauran yang bisa dipesan dalam layanan Go-Food. 

Sang driver kemudian menelepon Lisa dan menceritakan bahwa dia tidak boleh  masuk ke restoran PAUL untuk memesan makanan.

Lisa pun kemudian meminta agar driver Go-Jek tersebut memberikan handphone ke manajer restoran PAUL. Awalnya tidak ada tanggapan dari pihak manajemen PAUL. Namun, kemduian manajer restoran PAUL mau berbicara dengan Lisa via telepon. 

Lisa pernah memesan makanan di PAUL sebanyak tiga kali dan selama ini tidak pernah ada hambatan. Karena itulah Lisa merasa heran dan ingin langsung menghubungi sang manajer. 

Penejelasan dari manajer PAUL dianggap tidak masuk ala oleh Lisa. Manajer tersebut menyatakan bahwa Go-Jek tidak bisa memesan makanan di  PAUL. Padahal sebelumnya memesan makanan via Go-Jek ke restoran tersebut tidak pernah ada masalah. 


Manajer restoran PAUL juga menuturkan bahwa mungkin saja sebelumnya driver Go-Jek yang memesan tidak memakai jaket “kebangsaan” Go-Jek, jadi diperbolehkan masuk. 

Manajer tersebut juga menyatakan bahwa tidak diperbolehkannya membeli makanan di PAUL via Go-Jek adalah untuk menjaga kualitas dan kehigienisan makanan.

Tapi tentu saja pernyataan tersebut tidak kuat karena restoran PAUL jelas ada dalam daftar restoran yang ada dalam layanan Go-Food. Artinya, pihak Go-Jek sudah bekerjasama dengan restoran tersebut. 

Tapi  pada akhirnya Lisa mengalah dan menyuruh driver Go-Jek tersebut untuk memesan makanan lain di food court Pacific Place.


Kondisi Fisik Driver Go-Jek yang Membuat Iba

Sampai sini, mungkin cerita diatas akan tampak biasa-biasa saja. Saya pun menilai bahwa mungkin saja memang restoran PAUL menerapkan standar tertentu sehingga dia tida menerima pesanan via Go-Jek. 

Tapi sebenarnya cukup aneh karena memang restoran tersebut ada di layanan Go-Food. Kalau saya sih melihatnya mungkin karena ada kesalahan teknis atau kurangnya komunikasi antara manajemen Go-Jek dan manajemen restoran PAUL. 

Pikiran saya tentang itu kemudian berubah setelah membaca cerita sampai akhir. Dalam akhir kisahnya, Lisa melihat bahwa driver Go-Jek yang menerima order-nya untuk memsan makanan di food court Pacifici Place memiliki sedikit kekurangan fisik. 

Kondisi driver Go-Jek tersebut adalah seorang bapak tua dengan kodisi fisik kaki kiri yang lebih panjang dari kaki kanannya. Itu artinya, driver Go-Jek tersebut berjalan terpincang-pincang. 

Lisa pun merasa jadi tidak tega melihat kondisi fisik driver Go-Jek tersebut. 

Dari sini, saya mulai berpikir bahwa mungkin saja restoran PAUL tidak menerima driver tersebut karena kondisi fisiknya. Itu masih praduga saya saja sih. 

Praduga saya juga diperkuat dengan himbauan dari Lisa agar memilih restoran yang memanusiakan manusia. Itu berarti, bisa saja Liza berpikir hal yang sama dengan saya. 

Mengingat, sebelumnya Lisa tidak pernah ada masalah ketika memesan makanan  di PAUL via Go-Jek. 


Saya tidak akan menduga terlalu jauh tetapi saya hanya berkomentar bahwa kisah Lisa ini akan berefek negatif pada restoran PAUL. Apalagi, kisah Lisa ini sudah viral dan banyak diberitakan media online ternama. 

Saran saya untuk PAUL sih harus tegas jika memang tidak bekerjasama dengan Go-Jek, mengapa ada daftar restoran tersebut di Go-Jek? 

Ah, sudahlah mungkin restoran PAUL memang sedang lelah. 

Saya juga lelah. Karena itu, saya mau makan dan pesan via Go-Jek. Semoga saya tidak mengalami pengalaman seperti Lisa. 

Hidup Go-Jek!


Sumber: Okezone dan Status Twitter 

About The Author

Hilman 81
Professional

Hilman

Plimbi Guardian, Blogger yang suka kopi dan teknologi

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel