Mengenal Teknologi Wireless Broadband di Indonesia

7 Mar 2013 10:00 5606 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Apakah Anda pernah membayangkan mendapatkan kecepatan internet hingga 2 Mbps? Ya, tentunya Anda dapat berselancar dengan nyaman, bahkan dapat melakukan *video streaming* tanpa jeda. Nah, kira-kira seperti itulah wireless broadband, yakni internet peta lebar dengan kecepatan tinggi.

Apakah Anda pernah membayangkan mendapatkan kecepatan internet hingga 2 Mbps? Ya, tentunya Anda dapat berselancar dengan nyaman, bahkan dapat melakukan video streaming tanpa jeda. Nah, kira-kira seperti itulah wireless broadband, yakni internet peta lebar dengan kecepatan tinggi. Berbeda dengan itu, Institue of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) mensyaratkan minimum bandwidth untuk broadband berada pada kisaran 1,5 Mbps. Lebih rendah, tetapi angka ini masihlah tergolong mumpuni. Namun diluar dua instalasi di atas tak sedikit sumber lain mengatakan bahwa speed di bawah 1 Mbps pun bisa masuk kategori broadband. Wikipedia misalnya, menurut situs ensiklopedia terpopuler ini broadband diartikan sebagai koneksi transmisi data kecepatan tinggi dengan kecepatan minimal 512 kbps.

Organisation for Economic Co-operation and Develoment (OECD) atau organisasi untuk kerjasama dan pengembangan ekonomi mendefinisikan lebih rendah lagi, cuma 256 kbps. Sementara Federal Communication Commisiona (FCC) menerangkan 200 kbps pun sudah masuk kategori broadband. Meski arti broadband banyak versi dan relatif terhadap kebutuhan, dalam prakteknya kebutuhan akses internet semakin kesini akan meningkat terus. Hal ini disebabkan oleh konten yang semakin kaya, seperti video on demand, game online, maupun video streaming kualitas tinggi. Sehingga definisi broadband agaknya menjadi lebih rasional apabila mengacu pada stAndar ITU yang 2 Mpbs atau setidaknya versi IEEE (1,5 Mbpps).

Mobile Broadband

Broadband dapat dinikmati dari banyak perangkat, entah itu modem kabel, DSL, fiber optic, satelit, ataupun perangkat seluler. Belakangan mengemuka mobile broadband, ini adalah broadband lewat perangkat bergerak dengan memanfaatkan teknologi nirkabel (seluler), seperti ponsel atau modem nirkabel (dongle). Istilah ini naik daun seiring berubahnya gaya hidup masyarakat, semakin luasnya infrastuktur operator seluler, serta konten di perangkat mobile yang semakin kaya.

Di Indonesia sendiri meurut Hardyana Syintawati, VP Marketing and Communications Ericson Indonesia, ”broadband akan berkembang melalui infrastuktur menggunakan teknologi nirkabel lebih rasional”, jelas Hardyana. Era mobile broadband sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak teknologi seluler generasi ketiga (3G) di gelar pada tahun 2005. Teknologi ini mampu memberikan solusi internet yang cepat dan jauh lebih baik dibanding teknologi sebelumnya (GPRS).

3G

Teknologi generasi ketiga 3G terbagi menjadi 2, UMTS W-CDMA atau lebih populer dengan sebutan UMTS (Universal Mobile Telecommunication Service) yang merupakan turunan dari GSM dan CDMA2000 1xRTT yang datang dari keluarga CDMA. Kedua jaringan nirkabel ini menawarkan kecepatan berbeda. UMTS mampu menyelenggarakan akses internet sampai 384 kbps, sedang CDMA200 1x sampai 307 kbps (melalui 1x Advanced). Saat ini semua provider di Indonesia sudah mengadopsi layanan 3G, kecuali Indosat StarOne. Selanjutnya masing-masing teknologi tersebut mengalami perkembangan ke generasi berikutnya yang disebut 3.5G (generasi 3.5). di sini UMTS melompat ke HSPA (High Speed Data Packet Access). Adapun CDMA 1x RTT meluncur ke EVDO.

Pada HSPA pun GSM berkembang menjadi beberapa versi, seperti HSPA rilis 8, HSPA rilis 9, HSPA+, Dual-Cell HSDPA (DC-HSDPA), DC-HSUPA, hingga ada yang disebut Multi-carrier-HSPA (MC-HSPA). Secara garis besar yang membedakan dari setiap teknologi tersebut adalah lebar bandwidth-nya (kecepatannya). Di sini MC-HSPA merupakan varian paling tinggi secara teori bakal mampu menawarkan jalur data sampai 627 Mbps. Hanya saja sampai saat ini belum ada satupun perangkat yang mendukungnya. Chipset MC-HSPA diperkirakan baru akan tersedia pada akhir tahun ini. HSPA+ yang populer juga dengan sebutan Evolved HSPA atau HSPA evolution, disebut beberapa literatur sudah termasuk golongan 4G, sebab mampu menyediakan bandwich sampai 84 Mbps (downlink) dan 10.8 Mbps (uplink). Sehingga secara otomatis, teknologi setelahnya DC-HSPA dan MC-HSPA sudah masuk pada teknologi generasi keempat.

Di Indonesia, HSPA+ telah digelar oleh Telkomsel dan Indosat di beberapa kota dengan kecepatan hingga 42 Mbps. EVDO (Evolution Data Optimized) merupakan generasi 3.5 di ranah CDMA. Sama seperti pada GSM, EVDO pun dibedakan menjadi beberapa edisi, dimulai dari EVDO Revision 0, lalu EVDO Revision A, EVDO Revision B, EVDO Revision C (dikenal dengan istilah Ultra Mobile Broadband), serta EVDV. Di Indonesia, yang paling tinggi baru setara EVDO Rev. B yang digelar oleh operator Smartfren dengan kecepatan downlink sampai 14.7 Mbps.

4G

Secara umum fase generasi keempat (4G) dibedakan atas WiMax dan LTE, lebar jalur data yang didukung bisa sampai 1000 Mbps alias 1 Gbps. Di Indonesia, baru WiMax yang sudah tersedia secara komersial, yakni oleh Sitra WiMax. Sementara LTE sampai sekarang belum ada kepastian, mengingat regulasi dan alokasi frekuensi yang belum jelas. LTE atau Long Term Evolution atau dikenal dengan nama 4G LTE merupakan pengembangan dari GSM/UMTS yang juga dibawah konsorsium 3GPP (3rd Generation Partnersip Project). Kendati demikian nantinya baik operator seluler GSM maupun CDMA akan mengadopsi teknologi ini. Untuk lebar jalur data, LTE membuat lompatan besar hingga melewati 300 Mbps, bahkan bisa tembus ke 1 Gbps dengan LTE Advanced. Bayangkan jika laptop atu ponsel Anda memakainya? Mengunduh file sebesar 100MB berari cuma butuh beberapa detik saja.

WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah wireless broadband yang memiliki cara kerja mirip Wireless Fidelty (WiFi), tetapi dengan standar berbeda. Jika WiFi memakai standar 802.11, maka WiMax mengadopsi 802.66. Banyak perbedaaan antara WiFi dan WiMax, salah satunya yang paling besar adalah coverage-nya, dan WiMax mampu menjangkau sampai radius 50 km. Jauh lebih luas dibanding WiFi yang cuma 100 meter, dengan kemampuannya ini WiMax pun kerap diidentikan dengan Metropolitan Area Network (MAN).

Prinsip kerjanya tak jauh beda dengan WiFi, di mana WiMax cukup membutuhkan pemancar (tower) dan receiver (alat penerima, seperti dongle modem atau ponsel). Untuk urusan transfer data, secara teknis WiMax tak kalah dengan LTE, yakni bisa sampai 326 Mbps (sumber Wikipedia).

Well, banyak pihak membandingkan antara LTE dan WiMax, sah-sah saja mengingat keduanya memang memberikan solusi internet pita lebar (Broadband Wireless Access). LTE yang datang dari teknologi berbasis seluler (GSM) agaknya akan menjadi solusi wireless broadband, sementara WiMax tampaknya cocok untuk kebutuhan internet pada perangkat non ponsel, seperti laptop atau PC, sehingga bisa jadi Anda bisa menjadi keduanya. Pada smartphone berlangganan LTE, sedang modem di laptop memakai layanan WiMax. [IRW]

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel