3 Beban Dasar bagi Penulis Pemula di Media Publik

22 Mar 2016 23:08 3464 Hits 3 Comments

Pernah mengalami perasaan khawatir atau cemas kalau-kalau hasil tulisan Anda ternyata jelek?

Fenomena ini normal, wajar jika semua orang ingin hasil yang sempurna atau minimal mempersembahkan  ‘the best I can do’ dalam karyanya.

Pernah mengalami perasaan khawatir atau cemas kalau-kalau hasil tulisan Anda ternyata jelek?

Fenomena ini normal, wajar jika semua orang ingin hasil yang sempurna atau minimal mempersembahkan  ‘the best I can do’ dalam karyanya.

Apalagi jika berada pada posisi seorang penulis yang ‘terlanjur’ terkenal atau bagi penulis yang sudah ‘berumur’, karena mereka ingin hasil yang terbaik dan memuaskan kedua belah pihak, yaitu pihak pembaca dan pihak penulis, atau boleh ditambahkan pihak ketiga, pihak sponsor, hehehe.

Berbeda jika berada di posisi pemula seperti saya, tidak memiliki beban. Sehingga dengan begitu mudah lahirlah opini bebas, bahwa menulis itu menyenangkan, karena kenyataannya memang demikian, saya tidak terbebani oleh tuntutan apapun dari pihak manapun, menulis itu menyenangkan bagi saya!

Namun, jangan salah ya, beban ketika menulis di media pribadi dan di media publik itu ternyata berbeda loh, bahkan untuk pemula seperti saya.

Di media pribadi, semisal notes atau diary, beban ketika menulis memang tidak terasa, yang penting bisa dibaca. Saat sedang marah, jengkel, kecewa, sedih, gembira, atau antusias terhadap sesuatu, menuliskannya tanpa pikir panjang adalah hal yang biasa. Toh gak ada yang baca juga, sehingga bebas untuk menulis sesuka hati.

Tulis, tulis, dan tulis, hasilnya belakangan!

Saya setuju dengan motivasi seperti itu atau yang mirip-mirip. Namun, ketika dihadapkan dengan media publik dan dengan tujuan dibaca orang banyak, setidaknya saya mendapati bahwa ada 3 beban yang paling mendasar bagi kita para penulis pemula.

Apa saja beban menulis di media publik bagi pemula?

Sepengetahuan saya, ini poin-poinnya:

 

1. Hadiah langsung untuk pembaca

Awalnya, saya menulis semaunya dan sekenanya saja, kemudian tulisan tersebut saya sodorkan kepada ‘seorang teman’ untuk dicicipi alias test-drive. Setelah selesai membacanya, dia mengerutkan dahi, lalu bertanya, kamu menulis apa? Gubrak!

Padahal saya yakin sekali bahwa tidak ada kesalahan fatal dalam tata bahasa tulisan saya.

Ternyata tulisan saya tadi tidak memiliki hadiah langsung di dalamnya, bisa berupa pesan tertentu, ide atau opini yang persuasif, atau sekedar informasi yang ingin disampaikan, sehingga meninggalkan kesan setelah selesai membacanya.

Aimless writing (menulis tanpa tujuan) layak dicoba sebagai sarana latihan bagi pemula, tapi setidaknya, ada (meski sekecil apapun) intisari, atau informasi, atau hiburan, atau minimal simpulan dari tulisan tersebut yang bisa diperoleh pembaca sebagai ‘reward’ karena telah meluangkan waktu mereka untuk membaca tulisan kita.

Pembaca, selayaknya pembeli, adalah raja.

 

2. Kenyamanan untuk dibaca

Ketika menulis sesuatu di media publik, poin ini terngiang-ngiang di kepala saya, bukan sudah baguskah, akan tetapi, sudah nyamankah?

Memang, tulisan adalah hasil ego dan kreativitas penulis, seharusnya tidak ada pihak manapun yang bisa mengintervensi ‘isi’ dari tulisan si penulis.

Tetapi, ternyata cara penyampaian dan kemasan tulisan sangat berpengaruh loh terhadap ‘isi’ atau ‘ide pokok’ tulisan bagi para pembaca.

Wong pake Bahasa Indonesia sing good n right aja sometime masih iso pregnant* ketaksaan, akibatnya pembaca bisa salah tafsir. Sehingga, pilihan kata atau diksi yang tepat harus juga diperhatikan.

(*mengandung, LOL)

Apalagi klo 5u5un4nny4 aMbURaDuL, disingkat2 tdk s3su4i dGn atUr4N, padahal nih ya, awalnya loe yg lagi ngebutuhin informasi motivasi or pencerahan thd masalah elo, abis baca postingan yg isinya gajebo gitu, ee jdi mala bikin tmbh pusing pala berbi! Ujung2’a? elo jdi kesel sndiri trus banting monitor cape deh.

So, jangan bikin kesel pembaca, eh, Jangan membuat jengkel pembaca Anda!

 

3. Setia dan bertanggung jawab terhadap judul dan topik bahasan

Ketika membaca sebuah judul artikel, “Cara Menanam Kangkung” misalnya, kita pasti berharap isinya sistematis dan berurutan menjabarkan cara menanam kangkung dari awal sampai akhir sesuai judulnya.

Gak kebayang kalo ternyata isinya terlalu singkat dan padat, misalnya:

  1. Siapkan tanah semaian
  2. Taburkan bibit kangkung
  3. Wassalam

Atau terlalu melebar dan melompat kemana-mana, misalnya:

  1. Ada berbagai cara menanam kangkung, kita akan membahasnya dari A sampai Z, dari cara yang konvensional hingga cara yang di luar akal sehat, lengkap beserta foto dan videonya, kita mulai dari cara yang paling ekstrem, cara menanam kangkung di planet Mars… Sudah nonton film “The Martian”? Di Film ini, ceritanya bla bla bla… Gosipnya nih gan, Matt Damon bakal bla bla bla… Sutradara film ini sebelumnya sukses menukangi film peraih bla bla bla… Gosip yang beredar, dilansir dari bla bla bla… Kapan menanam kangkungnya?!
  2. Kangkung adalah… menurut KBBI... menurut Prof.Dr.Ir bla bla bla… Sejarah kangkung berasal dari… Dilansir dari wiki, kangkung bermanfaat untuk… Ditilik dari segi kesehatan, kangkung berbahaya jika dimasak dengan… Kangkung mengandung senyawa dan zat… Mitos dan Fakta kangkung adalah… Memberikan informasi tambahan itu bagus, tapi jangan berlebihan, hindari bahasan yang berpotensi keluar dari topik.
  3. Saya sangat suka kangkung, selain hijau dan halal, kangkung merupakan sayuran favorit keluarga… Kami memakannya setiap… Pengalaman paling traumatis saya bersama kangkung adalah ketika kangkung-kangkung kesayangan dimangsa tikus, di situ kadang saya merasa sedih sampai-sampai terbawa mimpi, hiks… Curhat Mode On!

Setia berarti tidak melenceng dari jalur. Bertanggung jawab berarti membahasnya sampai tuntas.

 

Bagi kita para pemula, lebih bijak jika mempertimbangkan ketiga poin di atas sebagai prioritas.

Kesampingkan dulu isu-isu seputar kualitas, orisinalitas, kredibilitas, apalagi tentang SEO!

Bukan berarti ditinggalkan ya… Keempat ‘isu’ di atas memang mutlak dibutuhkan pada proses selanjutnya, akan tetapi menurut hemat saya, untuk sementara penuhi dulu 3 beban yang sudah kita bahas, yaitu beban tujuan, kenyamanan, dan ketuntasan.

Jika kita sudah terbiasa memanggul ketiga beban ini dalam tulisan-tulisan perdana kita, saya optimis, beban selanjutnya yang lebih berat dapat kita penuhi satu per satu.

Saya sudah berusaha ‘the best I can do’ untuk menerapkannya pada artikel ini, bagaimana menurut Anda?

Saya sadari, sebagai manusia yang tidak luput dari salah dan lupa, tentu kritik, saran, dan masukan dari pembaca sangat saya harapkan.

Akhirnya, semoga tulisan kecil ini bermanfaat, nyaman dibaca, dan mudah-mudahan tuntas pembahasannya.

Terimakasih.

Writer is nothing without his/her readers!

 

3 Beban Dasar bagi Penulis Pemula di Media Publik

Tags

About The Author

Jimi Laila 25
Novice

Jimi Laila

Write about writing is sounds fun, isn't?
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel