Suara 'Orang Indonesia' di Layar Lebar (Bagian 3)

19 Apr 2016 15:01 3927 Hits 0 Comments
Menyuarakan kembali suara-suara Orang Indonesia (Bagian Ketiga)

Orang Indonesia tidak akan pernah kehabisan 'imajinasi dan kreativitas' dalam hal bersuara! Orang Indonesia telah terlatih sedemikian rupa selama bertahun-tahun lamanya untuk berkreasi, demikian pula di dunia industri perfilman.

Baca Juga : Suara Orang Indonesia di layar Lebar (Bagian Pertama)

Suara

Suara di Negeri Ironis

Siapa sebenarnya Orang Indonesia di mata dunia?

Mungkin adalah ungkapan sepihak jika saya katakan bahwa Indonesia adalah Negeri Ironis: negeri religius pemasok 'haji' terbesar dunia sekaligus negeri yang masih belum aman dari isu kejahatan, kriminalitas, korupsi, kebobrokan mental, narkoba, hingga ancaman bom.

Ya, negeri ironis, negeri dengan kekayaan alam dan budaya terbesar di planet bumi, atau jika ingin lebih lebay lagi, Indonesia adalah negeri terkaya di sistem tata surya ini atau jangan-jangan terkaya di galaksi Bima Sakti, namun masih dengan kesenjangan ekonomi dan sosial serta angka kemiskinan dan kebodohan yang membuat muka merah jika data statistiknya dipelajari.

Kadang mengingatkan saya, bahwa lambang-lambang dan semboyan pada Garuda bukan sekadar simbol saja, bahwa lambang-lambang itu memiliki makna, entah diterapkan atau tidak... Tak heran jika mereka yang lahir di negeri ini bisa melupakan lambang negaranya, kenyataannya, ideologi adalah ideologi, mencari makan tetap sendiri-sendiri.

Kekayaan sumber daya alam Indonesia adalah sebuah kebanggaan.

("Tanah Surga, Katanya" {Herwin Novianto} diunggah ke Youtube oleh Arief Gustaman)

Saya bangga terlahir di Indonesia, meski kadang merasa malu jika melihat kenyataan yang ada, ironis.

Bangga bila mengingat Indonesia terus mengekspor barang mentah dalam skala besar, namun kemudian menjadi malu ketika ternyata harus mengimpor barang jadi yang berasal dari ekspor barang mentah tadi dalam skala yang tidak kalah besar.

Jangan-jangan sayalah yang terlalu berlebihan menjudge Orang Indonesia dan keironisannya.

Suara-suara Aktor Indonesia di Luar Negeri

Tinggal di negeri ironis tidak berarti harus menjalani hidup yang ironis.

Jika pada pada dekade sebelumnya ada beberapa film Indonesia yang berani tampil dan bersuara keliling dunia dan akhirnya membawa pulang berbagai penghargaan, maka dekade ini (2011-sekarang) sepertinya suara Film Indonesia terdengar lebih nyaring lagi.

Baca juga : Suara Orang Indonesia di layar Lebar (Bagian Kedua)

"The Raid" adalah contoh film produksi Orang Indonesia hasil garapan Orang Lain (Gareth Evans) yang memiliki efek rantai suara yang berkelanjutan di Indonesia dan mancanegara.

Suara

(Image via Sonyclassics.com)

Sederhananya, "The Raid: Redemption" (2012) kemudian menelurkan "The Raid 2: Berandal" (2014).

Kedua sekuel Film "The Raid" yang distribusinya diakuisisi Sony Classic ini pun keliling dunia, menuai banyak pujian dari kritikus film internasional, mendapat banyak penghargaan di negeri Orang Lain, hingga menduduki peringkat 11 box office Amerika Serikat (The Raid 2).

Pada tahap selanjutnya, tidak hanya filmnya, aktor-aktor pemeran "The Raid" pun dilirik Orang Lain.

"Fast and Furios 6", "Star Wars 7: The Force Awakens", "Beyond Skyline", "Star Trek Beyond", "Man of Taichi", "Yakuza Apocalypse", dan jika boleh dimasukkan juga serial TV "The Gate", adalah judul-judul film Luar yang menyelipkan wajah dan suara-suara Orang Indonesia.

Terlepas bagus tidaknya film "The Raid" dan penting tidaknya peran aktor lulusan "The Raid" di Film Asing, melihat Orang Indonesia tampil di layar lebar versi internasional meski dengan durasi yang minim, adalah merupakan kebanggaan tersendiri di hati saya.

Persis seperti penampilan Rio Haryanto di F1, tidak perlu target muluk juara, bisa finish saja sudah sukur. Entah disebut apa mental buru-buru bangga meski hanya pajang nama, wajah, atau suara di mancanegara, yang penting eksis!

Suara-suara Penulis Indonesia di Layar Lebar

Ada beragam sumber adopsi dan ide yang diangkat ke layar lebar, salah satunya adalah tulisan.

Novel-novel populer karya Orang Indonesia yang diangkat ke layar lebar belakangan ini sangat berperan dalam membangkitkan antusiasme masyarakat terhadap film-film hasil olahan sendiri. Bioskop-bioskop di Indonesia pun kemudian memberikan slot untuk film Orang Indonesia di antara slot-slot yang semula dijajah oleh film Orang Lain.

Sebut saja nama-nama Dewi Lestari, Mira W., Ayu Utami, Marga T., Asma Nadia, Djenar Maesa Ayu, NH. Dini, Hanum Rais, Ilana Tan, Ika Natassa, Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy, dan Raditya Dika.

(Novel-novel Dewi "Dee" Lestari yang diangkat ke layar lebar)

(Novel-novel Habiburrahman El Shirazy yang diangkat ke layar lebar)

(Novel-novel Raditya Dika yang diangkat ke layar lebar)

Mereka adalah segelintir nama dari sekian banyak Orang Indonesia yang telah dan masih aktif menulis, sukses, dan novelnya diangkat ke layar lebar.

Sesederhana itu, menulis.

Mereka menulis untuk menuangkan ide mereka.

Mereka menulis untuk menyuarakan detak jantung mereka, bahwa yang hiduplah yang berkarya.

Mereka bersuara melalui sesuatu yang mungkin Orang Indonesia anggap sepele, tulisan.

Menulis itu tidak mudah?

Percayalah, bakat menulis bukan hanya bawaan lahir (baca: jenius), tetapi kebanyakannya adalah hasil dari latihan dan pengalaman, ditambah pembimbing dan wadah menulis yang tepat.

Di mana lagi ada wadah menulis yang memiliki fitur super-komplit dan pro (mendukung) sekaligus memanjakan authornya selain di Plimbi?

About The Author

Jimi Laila 25
Novice

Jimi Laila

Write about writing is sounds fun, isn't?
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel