Mengeluh di Negeri Sendiri

25 Sep 2015 01:32 2882 Hits 0 Comments
Megeluh bagain keseharian dinegeri ku
 
Hebat negaraku. Pernah berpikir dalam benak mu tentang negeri yang telah dijajah 3,5 abad oleh Hindia Belanda (Belanda). Sumber daya alam kala itu diangkut tanpa ada balas budi yang sepadan. Pembodohan terhadap rakyat semakin menjadi - jadi. Rodi menjadi cara penjajah untuk menjajah kekayaan alam yang tersimpang, dilanjut romusha ala negara matahari terbit yang kejamnya melebihi penjajah terdahulunya, yaitu Belanda.

 

Masih saja, negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia harus pesakitan melawan para perompak modern. Alih - alih ingin menguasai perairan yang melimpah spies laut, mereka menghalalkann cara untuk masuk ke daerah tetorial. Cara - cara picik digunakan untuk mengelabuhi petugas, termasuk menggunakan bendera merah putih dalam kapal. Tak segan mereka menyogok petugas penjaga laut. Ikan dilaut menjadi buruan para pelaut untuk menyambung hidup.

 

Negaraku yang menganut paham kebhinekaan (keberagaman) dalam etnis, suku, agama, dan bahasa. Falsafah yang sudah digunakan kala kerajaan Majapahit Berjaya, yaitu Bhineka Tunggal Ika berarti berbeda - beda tetap satu jua (tujuan). Akhir - akhir ini keberagaman tersebut sering di usik oleh oknum - oknum yang tak bertanggung jawab. Keberagaman itu berubah menjadi hal yang sangat merah, intoleran dalam berprilaku hidup menjadi pilihan yang paling pas. Contoh konflik yang disorot oleh media internasional, kala jemaat Ahmadiyah diserang kala melakukan ibadah oleh beberapa orang tak dikenal bersamaan dengan orang nomor satu RI (kala itu Susilo Bambang Yudhoyono)mendapatkan perhargaan sebagai kepala negara yang berhasil menangani konflik antar etnis, suku, dan budaya.
 

 

Ketiga peristiwa tersebut hanyalah secuil permasalah dalam negeri ini. Siapa yang mau mengeluh ?. Pertanyaan yang banyak di ajukan oleh rakyat. Mengeluh kepada siapa ? Tak mau ada yang disalahkan dan tak mau ada yang gentle mengakui kesalahannya. Kita (rakyat) kecil selalu saja bingung mau mengeluh pada siapa. Padahal sudah diatur dalam UUD 1945 tentang kewarnegaraan, melindungi segenap hak bangsa. Hak yang dimiliki oleh seluruh penghuni negeri ini. Tentunya itu adalah kewajiban para wakil rakyat.
 
Sumpah atas nama rakyat itulah rundown acara dalam pelantikan 520 anggota Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan. Alhamdulillah, sudah dilantik dan sudah mendengarkan keluhan rakyat pinggiran. Wakil rakyat kini sudah berubah mindset yaitu kerja, kerja dan kerja. Libur pun bukan alas an tak hadir dalam sebuah event, karena revolusi mental untuk selalu bekerja setiap saat melayani rakyat yang kelaparan dan tak punya rumah yang layak.
 
Keluhan dan terus mengeluh bukan saatnya kita tujukan pada mereka mereka. Mendewa dewakan para wakil rakyat hanya akan membuat kita jatuh dalam dunia mereka. Kontrak politik tentunya akan terjadi kala ia turun tangan menghampiri kita. Mindset kerja, kerja, dan kerja harus ditumbuhkan sejak dini. Anak  anak negeri ini perlu dibina dan diberi sebuah kebebasan. Biaya pendidikan perlu dipikirkan kembali oleh pemerintah terkait kemapanan dalam pendidikan. Pendidikan yang selalu berbiaya tinggi selalu menjadi tembok besar bagi anak - anak yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Terkadang beasiswa bidik misi salah membidik orang karena pendaftaran menggunnakan borang online.

 

 
Sumber daya alam yang hingga kini masih di kuasai negara - negara maju seperti, Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Jerman, dan Jepang. Menjadi kebudayaan dalam pengelolaan sumber daya alam kita. Seperti syarat sah solat yaitu suci dari hadas kecil dan hadas besar, kekuasaan negara maju di negaraku menjadi sah untuk mendongkrak perekonomian. Kanker ekonomi menjadi - menjadi, kemajuan ekonomi yang di idam - idamkan terkadang tersendat oleh sutradara ekonomi kita, investor asing yang tak menyetujui peraturan.Terlalu banyak masalah dalam negeriku. Seperti ember yang terisi oleh busa - busa. Tak terlihat air bening yang kita butuhkan. Mencari airnya memang mudah, tapi masalah - masalah selanjutnya akan ada. Seperti busa yang menempel pada tangan kita.

 

Mengeluh bukanlah solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan yang begitu kompleks. Action terhadap sebuah masalah adalah solusi terbaik. Misalnya intoleransi yang sering terjadi di masyarakat kita. Ajaklah masyarakat untuk saling memahami antar agama atau etnis. Ajak pemerintah juga untuk memberikan fasilitas pengarahan tersebut. Jalan untuk sebuah masalah itu pasti ada, tinggal kita yang mau membuka pintunya atau tidak.
Tags opini

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel