5 Hal Menarik Tentang Festival Obon di Jepang

11 Aug 2015 08:00 7791 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Bon odori? Atau Awa Odori? Pernah Dengar? 

Bosan dengan topik teknologi?

Sekarang Plimbi akan mengajak rekan pembaca untuk mengenal salah satu budaya yang cukup terkenal dari Jepang.

Tapi sebelumnya, pernahkan terjadi pada diri Anda ketika orang yang Anda sayangi meninggal dunia, Anda merasakan ketidakadilan?

Jika pernah, maka Anda juga harus mempertimbangkan pandangan orang Jepang terhadap kehidupan sesudah kematian seperti yang akan diulas berikut ini.

Walaupun tidak ada yang bisa melawan takdir, yaitu kematian. Di Jepang ada sebuah tradisi turun-temurun yang memperingati kembalinya roh orang-orang yang sudah tiada untuk menemui kerabatnya yang masih hidup.

Festival ini diberi nama Bon (atau Obon jika menggunakan honorifik O), yaitu sebuah hari libur yang berlangsung selama empat hari, biasanya pada tanggal 12 hingga 16 Agustus. Festival ini merupakan festival yang berlangsung beberapa hari dimana orang-orang yang sudah tiada kembali sebagai roh untuk makan dan minum bersama serta berkumpul bersama keluarga dan berbagi kebahagiaan.

Dari tradisi Bon, lahir sebuah tarian unik yang cukup terkenal ke seluruh mancanegara. Tarian ini berasal dari prefektur Tokushima, dan lebih dikenal dengan nama Awa Odori.

Terlepas dari makna festival tersebut, tarian Bon (Awa Odori / Bon Odori) adalah sebuah hiburan yang sangat menarik khususnya bagi para turis dari luar Jepang.

Walaupun biasanya tarian Bon dimulai tanggal 12 Agustus setiap tahunnya, sebuah kota yang menjadi tuan rumah festival itu biasanya sudah mempersiapkannya berbulan-bulan sebelumnya. Seperti melatih tariannya dan simulasi penutupan jalan yang akan dilintasi.

Meskipun setiap daerah memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam merayakan festival Bon, berikut ini adalah 5 hal yang umumnya akan Anda lihat pada festival tersebut, dimana pun Anda menyaksikannya.

5 Hal Menarik Tentang Festival Obon di Jepang

1. Api Selamat Datang (Mukaebi)

Adalah ritual atau urutan acara paling pertama yang ada di Festival Bon. Di hari pertama festival, setiap orang memasang lentera yang sudah dinyalakan dengan tujuan untuk memandu para roh kembali ke rumahnya.

 

2. Persembahan berupa makanan, minuman dan kue manis (Ozen)

Ritual ini biasanya dilakukan di dalam rumah di altar keluarga yang sudah tiada. Persembahannya berupa, nasi, buah-buahan, teh hijau, sake dan kue manis yang biasanya dibuat membentuk daun lotus.

Nama Ozen sendiri memiliki arti memberikan atau berbagi makanan dengan roh orang yang sudah tiada.

 

3. Kunjungan ke kuburan kemudian membersihkannya (ohakamairi)

Mungkin sedikit mirip dengan budaya di Indonesia. Yang berbeda adalah, mereka berkunjung ke kuburan adalah untuk membersihkannya dari noda-noda yang melekat menggunakan gayung dan air tertentu yang memang dikhususkan untuk ritual ini.

5 Hal Menarik Tentang Festival Obon di Jepang

 

4. Tarian Bon (Bon Odori)

Tarian yang merupakan ritual religi ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Umumnya, tarian ini dilakukan di sekitar yagura, yaitu sebuah panggung dimana satu orang menyanyikan sebuah lagu dan yang lainnya memainkan alat musik tradisional seperti drum taiko.

Para penari menari secara serentak dengan gerakan yang sama  sambil mengitari yagura. Namun, berbeda dengan awa odori, sebagai ganti mengitari yagura tarian awa odori menari sambil berkeliling kota. Secara turun-temurun, tarian ini biasa dilakukan dari malam hari hingga subuh.

Dan dari situ, muncul kepercayaan bahwa tarian itu juga dapat membantu para penarinya untuk mendapatkan jodoh.

Selain itu, tarian Bon juga masih ada yang memang diperuntukkan untuk ritual kepercayaan ketimbang untuk hiburan.

Contohnya adalah tarian Shiraishi yang sudah turun-temurun dilakukan sejak 700 tahun yang lalu dilakukan untuk mendoakan para kesatria yang menjadi korban pada peperangan laut bernama perang Gempei yang terjadi pada tahun 1180-1185.

 

5. Mengantar kepergian roh (okuribi / toronagashi)

Hari terakhir pada festival Bon sekaligus hari yang menandai waktu kembalinya para roh ke tempat mereka berasal.

Tradisinya para sanak keluarga mengantarkan mereka dengan kembali menyalakan lentera. Bagi yang tinggal di dekat sungai atau sengaja datang ke sungai atau laut, ada tradisi lain yang biasa dilakukan bernama toronagashi, dimana lilin dinyalakan dalam sebuah lentera kertas lalu kemudian dialirkan ke sungai atau laut.

Setiap satu lentera yang mengalir merepresentasikan satu roh nenek moyang atau sanak keluarga yang diantarkan.

Terlepas dari ritual-ritual yang ada pada tradisi atau festival ini, festival Bon ternyata memiliki dampak positif bagi setiap individu di Jepang, yaitu berkumpulnya seluruh sanak keluarga dari berbagai penjuru Jepang. [FM]



 

Via rocketnews2

Tags

About The Author

Plimbi Editor 500
Administrator

Plimbi Editor

Official Account of Plimbi Editor - Follow Twitter @plimbidotcom dan Like FP Facebook Plimbidotcom
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel