Pendekatan Top Down dan Bottom Up dalam Proses Pemilihan Saham

14 Oct 2020 09:45 2100 Hits 2 Comments Approved by Plimbi
Kedua pendekatan ini, baik top down maupun bottom up, biasanya tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan dipadukan untuk mendapatkan pilihan saham yang benar-benar terbaik untuk dimasukkan ke dalam keranjang investasi.

Saat ini perusahaan tercatat di BEI sudah lebih dari 700 emiten. Jumlah yang tidak sedikit. Memilih saham yang terbaik untuk dimasukkan ke keranjang investasi menjadi pekerjaan yang tidak mudah.

Guna memudahkan pemilihan, tak mengherankan dalam lingkup investasi saham dikenal 2 pendekatan. Pada dasarnya, kedua pendekatan ini patut diketahui para investor di tengah kemudahan investasi saham yang sudah serba online berbasis aplikasi dan terjangkau saat ini, semisal dengan aplikasi IPOT milik Indo Premier Sekuritas. Kedua pendekatan yang wajib dipahami tersebut adalah pendekatan top down dan bottom up.

Harus diakui, baik pendekatan top down maupun bottom up ini sebenarnya memiliki tujuan yang sama, yakni menemukan saham-saham unggulan yang layak untuk dimasukkan ke dalam keranjang investasi. Baik top down maupun bottom up bertujuan untuk menemukan keselarasan antara makro ekonomi dan mikro ekonomi. Hal ini dilakukan untuk memperkecil risiko investasi atau trading.

Dari asal katanya top down maka dapat dengan mudah diartikan dari atas ke bawah. Artinya, pendekatan ini berupa analisis dari makro ke mikro. Dengan pendekatan ini situasi ekonomi global dan domestik lebih dulu dinilai sebelum menentukan sektor apa yang bakalan memiliki prospek lebih cerah ketimbang sektor lainnya. Dengan kata lain maka kerangka berpikirnya berangkat dari makro ekonomi secara keseluruhan baru kemudian mengerucut ke analisis sektor atau industri, sebelum akhirnya bermuara pada analisis emiten atau saham.

Makro ekonomi ini menelisik kondisi negara-negara maju (developed countries) maupun negara-negara berkembang (emerging countries), salah satunya dengan melihat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) selama beberapa tahun terakhir dan memperkirakan angka pertumbuhan di masa depan. Bukan rahasia lagi, negara-negara berkembang justru memiliki angka pertumbuhan PDB yang jauh lebih baik daripada negara-negara maju. Selain indikator makro tersebut, perlu pula analisis geopolitik yang biasanya juga bisa mengubah tatanan perekonomian negara-negara tertentu.

Nah, setelah menganalisis kondisi global dan telah mengerucut ke negara tertentu, langka yang biasanya diambil adalah melihat grafik pergerakan jangka panjang dari indeks harga sahamnya supaya bisa menentukan apakah pasar saham di negara tersebut sedang mengalami tren kenaikan dan layak dianalisis lebih lanjut atau mungkin malah sedang dalam tren penurunan sehingga tidak layak untuk dijadikan tujuan investasi.

Jika suatu negara layak menjadi tujuan investasi maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis lebih mendalam atas perekonomian negara tersebut serta kesehatan pasar sahamnya tanpa lupa untuk menelisik tingkat suku bunga, inflasi hingga tingkat pengangguran. Setelah itu baru analisis pergerakan indeks harga saham, baik secara fundamental maupun teknikal.

Sebaliknya, pendekatan bottom up atau dari bawah ke atas tentu saja arti sebaliknya dari top down yang artinya pendekatan berupa analisis mikro ke makro. Pendekatan ini mengedepankan kondisi fundamental dan teknikal suatu emiten, setelah itu baru mempertimbangkan pengaruh kondisi makronya seperti inflasi, suku bunga, permintaan pasar, dan sebagainya yang biasanya memberi pengaruh pada kinerja emiten.

Pendekatan dengan analisis bottom up biasanya mengesampingkan analisis ekonomi dan kondisi pasar terlebih dahalu karena fokus pada analisis pada masing-masing sahamnya. Analisisnya ini bertumpu pada asumsi bahwa emiten dapat berkinerja baik, meski industri di mana emiten itu tidak sedang bagus kinerjanya.

Nah, karena analisis langsung pada masing-masing emiten maka biasanya kajian mengarah pada produk dan layanan emiten, kondisi finansial dan berbagai aspek bisa berdampak langsung pada kinerja emiten.

Secara lebih terperinci, telaahnya pada daya saing emiten di pasar, utang, kas, dividen, pergerakan laba hingga harga sahamnya selama ini. Kajian ini semua untuk menilai apakah saham yang dinilai ini masuk kriteria kelayakan untuk dimasukkan ke keranjang investasi.

Praktik nyata dalam investasi saham, kedua pendekatan ini, baik top down maupun bottom up, biasanya tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan dipadukan untuk mendapatkan pilihan saham yang benar-benar terbaik untuk dimasukkan ke dalam keranjang investasi.

Tags

About The Author

Johanes Sutanto 40
Ordinary

Johanes Sutanto

Pembelajar dalam menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel