Intrik Politik Maha Patih Gajah Mada

1 Aug 2019 14:30 2539 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Intrik politik Maha Patih Gajah Mada yang dinilai gegabah membuatnya mendapat hukuman dan kecaman dari Kerajaan

Tragedi perang Bubat yang terjadi tahun 1357 M adalah sebuah tragedi perang yang menewaskan rombongan pengantin dari kerajaan Sunda termasuk raja Sunda Lingga Buana, Dyah pitaloka Citraresmi beserta keluarga besar pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk.

Dibalik peristiwa perang Bubat nan tragis telah banyak meninggalkan kisah cerita yang mengharukan, sedih berurai air mata dan kisah lainnya yang melegenda dikalangan masyarakat Jawa diantaranya kisah cinta Hayam wuruk dengan Dyah Pytaloka. Kisah cinta antara Hayam wuruk dan Dyah Pitaloka berawal dari sayembara melukis kemudian hasil lukisan tersebut diserahk pada sang raja Hayam wuruk yang sedang mencari calon pemaisuri dan lukisan Dyah Pitaloka putri raja Lingga Buana dari kerajaan Sunda terpilih menjadi calon permaisuri setelah mengadakan perundingan kedua keluarga kerajaan sepakat untuk menjodohkan keduanya dalam mahlai perkawinan.

Kedatangan rombongan keluarga kerajaan Sunda terdiri Dyah Pitaloka,raja linggabuana ke pesanggrahan bubat yang semula untuk membicarakan pernikahan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka ternyata dimanfaatkan oleh Mahapatih Gajah Mada sebagai intrik politik Majapahit, yakni takluk atau sekutu dengan majapahit daripada negara jajahan. Akibatnya, Gajah Mada yang tidak mengetahui ternyata dibalik itu ada perjodohan antara Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka segera mengumpulkan pasukan jumlah besar menyerang rombongan pengantin Kerajaan Sunda berjumlah sedikit yang berada di Pesanggrahan Bubat.

Gajah Mada dalam peristiwa itu sesungguhnya tidak mengerti, tidak tahu kalau akan ada kedatangan rombongan pengatin dari kerajaan sunda ke Pesanggarahan Bubat dan Gajah Mada saat itu hanya ingin sekali menyatukan antara raja Sunda dan raja Majapahit menjadi satu kerajaan tanpa ada saling berselisih sebagaimana perintah Raja Majapahit karena Gajah Mada tidak ingin melawan perintah raja .

Pada masa itu terdapat peraturan kerajaan barang siapa yang melawan perintah raja akan dikutuk oleh raja meninggal secara moksa atau menghilang ,dalam hal ini Gajah Mada tidak melawan perintah raja, karena sepengetahun Gajah Mada, Raja Hayam Wuruk telah dijodohkan sejak kecil dengan Adik sepupu Dewi Sekartaji atau Hindu Dewi menurut catatan Merdeka.com Gajah Mada tidak bersalah dalam peristiwa perang Bubat.

Gajah Mada dalam peristiwa perang Bubat tersebut tidak mengerti apa-apa mengingat sang raja tidak memberi tahu sebelumnya terhadap Patih Gajah Mada kalau akan ada rombongan pengantin perempuan dari kerajaan Sunda datang ke Kerajaan Majapahit. Jadi seakan keluarga kerajaan Majapahit sangat menutup rapat-rapat tentang perihal pernikahan Hayam wuruk dengan Dyah Pitaloka terhadap Gajah Mada. Wajar bila kedatangan rombongan pengantin wanita dari kerajaan Sunda bukannya disambut sebagaimana semestinya oleh Gajah Mada, namun malah disambut dengan perang.

Lain ceritanya bila Gajah Mada sebagai patih Kerajaan Majapahit diberi kabar sebelumnya kalau akan ada kedatangan rombongan pengantin wanita dari kerajaan Sunda tentu Gajah Mada yang bertindak sebagai Mahapatih Majapahit akan bersikap santun.

Intrik politik yang diciptakan Patih Gajah Mada berdampak luarbiasa bagi kerajaan Majapahit selain berjatuhan korban termasuk keluarga kerajaan Sunda dan Prajurit Majapahit hubungan politik antara kedua kerajaan hancur berantakkan akibat intrik politik yang diciptakan sendiri oleh Patih Gajah Mada.Tragedi perang Bubat yang dramatis, sadis meninggalkan luka mendalam dihati sang putri Dyah Pitaloka yang banyak kehilangan anggota keluarga mulai ibu kandung, ayah sekaligus raja Kerajaan Sunda, Linggabuana, dan beberapa anggota keluarga kerajaan Sunda lainnya membuat Dyah Pitaloka putus asa,sakit hati hingga membuat Dyah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri sebagai bentuk kehormatan bangsa dan negara.

Sementara Gajahmada mendapat hukuman, kecaman dari pihak kerajaan Majapahit akibat sikap dan perbuatannya yang ceroboh, gegabah dan lancang.

Tags

About The Author

Suryatiningsih 45
Ordinary

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel