Perjuangan seorang gadis ‘labil’ untuk sebuah Impian (PART 2)

23 Nov 2016 05:47 2324 Hits 2 Comments
kisah perjuangan cewek labil mendapatkan 'dunia' nya. (PART 2)

Singkat cerita, ternyata dunia perkuliahan tidak jauh berbeda dengan dunia SMK, di jurusan yang sama dan tantangan yang sama, perasaan yang dulu mulai kembali lagi menghantui, aku merasa perkembangan skill tak meningkat dengan signifikan, ya mungkin naik hanya 1%, seharusnya lebih unggul dibanding yang lain, yang asalnya dari SMA IPS, atau SMK jurusan selain RPL, tapi nyatanya aku tak jauh berbeda dari mereka, dengan IPK 3,4 di semester 1 aku merasa tidak puas, masa kalah sama temen yang lulusan SMK akuntansi? Walaupun beda 0,1 tapi itu hal yang lumayan memalukan bagiku-_- Beban yang dipikul pun terasa semakin berat karena tuntutan perkuliahan yang lumayan padat, ditambah lagi teman-teman sekelasku (teman SMK) dulu, mereka yang setelah lulus masuk di jurusan yang memang passion mereka terlihat sekali kemajuan nya, dan hal ini membuatku merasa iri, ingin sekali seperti mereka, yang bebeas memilih sesuai keyakinan hati, terkadang terpikir, mungkin aku juga bisa menjadi unggul atau setidaknya menikmatinya jika aku ada di dunia yang selama ini aku impikan.
Semakin hari semakin merasa bimbang, lagi lagi aku ingin mencoba meyakinkan orang tuaku, dan terus berpikir, apa yang salah dengan passionku? Toh semua orang memiliki bakat yang berbeda, setiap orang memiliki panggilan hati yang berbeda. Ayah menilai jurusan ‘seni’ bukanlah jurusan (profesi) yang bernilai jual, ruang lingkup pekerjaan sempit, karena mungkin kembali lagi pada paradigma mainstream yang aku benci itu, saintek is the best, soshum is nothing. Kalau memang benar begitu, akankah ada keindahan pada bangunan jika tanpa seni? Akankah ada kenyamanan mata saat menikmati tampilan aplikasi berbasis desktop ataupun mobile phone? Tak jenuhkah hidup tanpa hiburan seperti musik? Dan masih banyak lagi peran seni di dunia, bahkan hampir setiap hal bersentuhan dengan seni, Jika seniman tak lagi di hargai, akankah semua itu ada?
 Setiap orang akan memiliki peran nya masing-masing entah untuk dunia, ataupun dakwah, tanpa adanya seorang muslim yang hanif di dunia industri kreatif terutama pers dan pertelevisian, tersudutkanlah islam, tanpa media pembanding, masyarakat tercuci rata paradigmanya bahakan pada agamanya sendiri, dibuatlah propaganda dan sebagainya. Da jika karena pergaulan yang bebas diantara ‘orang-orang seni’, menurutku itu kembali pada pribadi masing-masing, jika prinsip dan iman kuat, mungkin saja malah bisa membawa perubahan yang baik. Saat pikiran itu terlintas dipikirku, aku terdiam sejenak dan akhirnya menjadi yakin, sangat yakin dengan alasan itu, alasan inilah yang bisa mematahkan paradigma orang tuaku.
Setelah akhirnya menemukan alasan yang kuat, aku kembali menetralkan keyakinanku (untuk meneruskan kuliah atau keluar dan pindah jurusan), dan aku meminta petunjuk pada-Nya, dengan beristikharah. Setelah itu akupun mencoba mendiskusikan nya dengan orang tua, tapi tak hanya mendiskusikan nya, aksi nyata pun perlu dicoba, selama aku berkuliah di jurusan RPL, tidak lepas dengan kegiatan ‘mendesain’, seringkali waktu kosong dan kesuntukan aku isi dengan kegiatan yang menambah mood itu, dan sampai akhirnya semakin banyak yang tahu kemampuanku, ‘orderan desain’ pun laris manis saat itu, entah mengapa tak henti-hentinya ‘orderan’ datang. Setiap kali ada orderan, fee dari client aku minta untuk transfer ke rekening ibu, (padahal aku punya rekening sendiri, strategi sih sebenarnya hehe) karena dengan orang tuaku tahu berapa bayaran sekali mendesain, dan tahu bahwa desain adalah pekerjaan yang menjanjikan, juga tak menyulitkan bagi perempuan (bisa freelance), aku berharap paradigma orang tua ku berubah, dan ternyata benar saja, sedikit demi sedikit mereka berubah pikiran, walaupun ibu tetap yakin kontra karena ‘pergaulan yang bebas’, aku terus mendiskusikannya dan terus mencoba.
Namun di akhir semester, bulan Desember, ayah jatuh sakit dan dirawat lebih dari sebulan lamanya, pupuslah harapanku untuk bisa resign kuliah dan pindah jurusan, tak tega pastinya, pertama pengeluaran yang membengkak, dan beban pikiran orang tua yang tak mungkin lagi aku tambahkan.
Pasrah, satu-satunya jalan terbaik adalah bertawakal kepada Allah SWT, aku sudah meminta diberikan jalan yang terbaik, entah apa pun itu, aku sudah berdo’a dan berikhtiar, tinggal lah istiqamah dan berserah diri, entah apapun itu jawabannya, yang aku percayai, jalan yang Allah berikan pasti indah dan yang terbaik untukku.
H-3 Daftar ulang perkuliahan, tidak mungkin aku resign, sangat tidak mungkin, setelah lama menunggu waktu berbulan-bulan, belum juga ada sedikitpun sinyal yang diberikan, tak berani rasanya bertanya tentang hal ini, aku hanya bisa pasrah, lagi-lagi pasrah..
bu, daftar ulang sebentar lagi ditutup, besok ibu yang mau kesana atau ita aja? dengan berat hati ku tanyakan pada ibu, kamu jadi mau keluar gak? Balas ibu, dengan heran aku pun menjawab yaa mau gimana lagi, emangnya boleh?, dan tak disangka-sangka jawaban ibu ayah udah izinin kalo kamu mau keluar, tapi dipertimbangin lagi coba MasyaAllah… dengan haru bahagia tak terkira hati ini terus mengucap syukur,sudah sangat cukup waktu setahun lebih untuk mempertimbangkan nya, dan keyakinanku bulat saat itu, aku harus menggapai apa yang aku impikan selama ini, yang aku perjuangkan selama ini, dan walaupun ini adalah pertimbangan yang cukup besar, karena artinya jika resign aku harus mengulang dari semester 1 lagi, tapi aku tak berpikir panjang lagi, esok harinya bukan mengurus daftar ulang, tapi aku mengurus surat keluar.
Lega rasanya hati, akhirnya kesempatan ini datang setelah sekian lama berjuang, tapi perjuangan ini belum berakhir, masih ada perjuangan setelahnya, mencari kampus yang cocok, daftar, dan mengikuti tes masuk kuliah, dan pastinya aku harus mengejar banyak pelajaran untuk tes masuk kuliah, karena basic lulusan SMA bukan tandingan nya basic lulusan SMK (pelajaran SMA lebih berat dan kompleks di teori dibanding SMK yang lebih banyak praktek).
Tapi setidaknya, kisah perjuangan ini pasti menjadi semangat tersendiri untukku jika rasa malas mulai berdatangan, tak mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan yang aku dapat dengan susah payah ini. Yang aku harus lakukan sekarang adalah bersungguh-sungguh, dan membuktikan pada orang tua dan dunia bahwa aku memang pantas mendapatkan nya, bahwa apa yang aku perjuangkan selama ini akan berbuah kesuksesan.


Terimakasih telah membaca, selanjutnya akan ada cerita saat akhirnya aku di bangku perkuliahan di jurusan yang aku inginkan:3 (just stay tuneee~) 

untuk part 1 ada di--> http://www.plimbi.com/article/166273/perjuangan-seorang-gadis-labil-untuk-sebuah-impian

Tags

About The Author

Conionio 25
Novice

Conionio

simply awesome
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Conionio