Perjuangan seorang gadis ‘labil’ untuk sebuah Impian

22 Nov 2016 06:34 2734 Hits 5 Comments
kisah perjuangan cewek labil mencari 'dunia' nya.

Setiap orang pasti memiliki cerita perjalanan menggapai impian nya, entah pengalaman seru ataupun haru, semua itu akan menjadi hal tak terlupakan dan cerita yang menarik untuk diulas.
    Impian pun terkadang berubah-ubah, hingga akhirnya menemukan impian terbesar yang mungkin baru terfikir disaat sudah dewasa. Aku pun punya beribu impian, dan lucunya, cita-cita ku selalu berubah-ubah, saat duduk di bangku SD kelas 1, saat aku belum mengerti apa itu cita-cita, aku hanya mengikuti suara terbanyak, yaitu menjadi dokter dan polisi, dan aku pun meyakini bahwa cita-citaku adalah menjadi seorang dokter, tanpa tahu apa tugas dan tanggung jawabnya, dan tanpa tahu apa bakatku. Namun, sedikit lebih mengerti tentang cita-cita, dan karena saat itu aku merasa sangat menyukai tulis-menulis, seringkali aku membuat cerpen dan puisi dengan bahasa yang ‘apa adanya’, aku merasa ingin mengubah cita-citaku, yaitu menjadi seorang penulis. Dan begitu hingga saat dibangku SMP pun aku masih gemar menulis, dan aku mulai berpikir untuk menunjukkan karyaku pada orang lain, berawal dari iseng-iseng tulis puisi di binder dan minta teman untuk baca (agak maksa sih), sampai terpikir untuk membagikan nya di blog, karena jangkauan internet jauh lebih luas daripada kertas binderku, aku pun mencoba nya, dan… ternyata lumayan banyak yang menyukai karyaku, tapi semakin terhanyut di dunia blogging, aku bukannya makin asik dengan hobi awalku (sastra) tapi malah lebih suka edit tampilan blognya, sampai akhirnya iseng-iseng coba edit HTML di blog, asik banget! Ternyata ga sulit ya pikirku saat itu, yaiya sih itu kan cuma HTML-_- setelah akhirnya makin asyik dengan coding, akupun merasa ingin masuk ke dunia programming, masih di ranah sastra kok! Bedanya ini sastra komputer hehe
    Semakin hari aku semakin yakin untuk mendalami dunia programming, apa lagi setelah aku tahu bahwa ruang lingkup kerja programmer sangat luas, dan programming adalah ilmu yang dibutuhkan di masa depan (seperti yang terjadi saat ini, programming benar-benar sedang merajai segala bidang), Dan akhirnya aku memutuskan untuk meneruskan ke SMK jurusan RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) / jurusan programming. Singkat cerita, setelah aku menyelami dunia itu, jauh dari imajinasi! Bahasa programming seperti bahasa manusia, sangat beragam, dan tingkat kesulitan nya pun berbeda, ditambah lagi dengan adanya bahasa baru yang akan terus muncul seiring berkembangnya teknologi. Pusing? Banget! Stress? Pasti! Setelah masuk kedalam dunia ini (programming) barulah aku tersadar, ini bukan dunia yang aku impikan, jurusan ini masuk di kategori saintek, dan aku…. Mungkin lebih cocok di soshum, karena musuhku ternyata ada di saintek-_- (matematika, fisika, kimia) selalu lemot dengan hal yang berkaitan dengan hitungan matematis. Tapi… ada paradigma masyarakat yang aku tidak setujui tentang soshum dan saintek, yang beranggapan bahwa kecerdasan anak soshum ‘dibawah’ anak saintek, siapa bilang? Kebanyakan anak soshum lebih berkembang dan sukses dibanding anak saintek! Dan yang jelas, kecerdasan orang berbeda-beda, ada yang pintar dalam logika, ada yang pintar dalam kreatifitas, dan lain sebagainya.
    Back to main topic, di sekolahku ada banyak jurusan di bidang teknologi dan industri, namun ada satu jurusan yang selalu membuatku merasa iri dengan tugas-tugasnya, tugas kok bikin film? Tugasnya bikin poster doang? Ih enak banget! Yap! Jurusan Multimedia, Aku sedikit tahu tentang editing dan menurutku itu cukup mudah, dan dibandingkan tugas jurusan RPL, duhh jauh banget, bosen lah ya kerjaan anak rpl ngurusin kode, benerin error, jarang banget mainan visual, mata pegel liat huruf dan error melulu-_- (karena emang ternyata bukan passion sih). Lanjut lagi… untungnya aku ikut ekskul rohis, dan di ekskul inilah pertama kalinya aku merasa ‘kepo’ sama desain, pernah sesekali aku diminta untuk mendesain banner acara sekolah untuk kegiatan maulid nabi, waah rasanya desain ku dipajang dan dilihat banyak orang luar biasa banget! Terlebih lagi itu pertama kalinya aku dipercaya untuk bikin desain banner acara, karena di sekolahku, yang biasanya di andalkan dalam hal ‘mendesain’ itu anak jurusan multimedia, apalah artinya anak jurusan RPL yang salah jurusan ini…
Permintaan untuk mendesain pun tidak berhenti saat itu saja, pernah mendesain brosur ekskul, sticker acara, desain nametag kepanitiaan, dan lain sebagainya, sampai –sampai dikelas 3 SMK saat itu, dengan ilmu & skill seadanya, ada orang yang mempercayai aku untuk bikinin desain pamflet bisnisnya, itu pertama kalinya dapet orderan ngedesain, dan semua itu membuat aku semakin asyik dengan kegiatan ‘mendesain’, Sebenarnya, awal orang tahu aku bisa editing itu karena aku seringkali upload foto editan (HAHAHA) dan mereka pikir itu semua hasil editan dari photoshop, padahal… semuanya hasil dari editor online, karena saat itu aku belum bisa photoshop sama sekali, tapi karena banyak yang kira aku bisa photoshop, aku jadi tertantang buat pelajarin photoshop, ya sekalian jadiin pikiran orang kalo aku bisa photoshop jadi kenyataan hehe.
Singkat cerita, karena merasa menemukan sesuatu yang baru dan jauh lebih asyik dibanding ngoding, aku merasa ingin keluar dari dunia ini (programming), Klimaksnya saat dipenghujung kelas 3 SMK, proyek akhir, ujian internal, eksternal, dan sertifikasi internasional semakin memenuhi pikiran, dan pertama kalinya stress karena tugas itu yaa waktu itu, saking fed upnya sama codingan, stress pun menghampiri… dan pada titik itupun aku merasa untuk ‘keluar’ dari dunia ini, cukup sudah lembaran ini sampai disini, rasanya ingin sekali membuka lembaran baru pada buku lain yang selama ini masih aku cari-cari..
Desain, mungkin ini passionku, setelah memikirkannya dalam-dalam, setiap aku merasa suntuk atau stress dengan codingan, mendesain adalah obat bagiku, entah mengapa mendesain memberikan kebahagiaan tersendiri, bukan dibuat-buat, tapi memang kenyataan nya begitu.
Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk meneruskan kuliah di jurusan desain grafis, karena tetap di jurusan RPL sudah sangat tidak memungkinkan (LOL), dan di akhir semester saat itu aku mencoba untuk mendiskusikan nya dengan orang tuaku, berharap mendapat dukungan tapi yang didapat malah tolakan, sayang banget ga di terusin.. desain mah cukup jadi hobi kata ayah, dan duh jangan deh, dunia seni itu bebas, ibu takut kamu jadi kebawa, kalo emang mau pindah jurusan, mending ambil jurusan agama pendapat ibu. Ayah, sarjana teknik elektro, dan ibu, penggiat dakwah keislaman yang mereka berdua memiliki pandangan yang berbeda, begitupun aku. Semakin mendekati hari kelulusan, semakin dilema aku untuk memilih, ayah dan ibu masih belum sepemikiran, namun keduanya yakin untuk tidak memilih jurusan seni dengan alasan yang berbeda. Aku ingin melawan arus, tapi aku takut tenggelam dan kehilangan arah, mau bagaimanapun ridho Allah ada pada ridho orang tua, aku pun menuruti kemauan ayah untuk meneruskan di jurusan RPL, aku fikir, mungkin nanti akan berbeda, mungkin aku bisa lebih memahami saat di perkuliahan, karena saat itupun sudah tidak mungkin lagi untuk mencoba masuk perguruan tinggi negeri, pendaftaran sudah tutup, terlambat karena ‘dilema’ dan saat itu entah mengapa aku diterima di jurusan programming, jadi aku mencoba untuk membulatkan tekad lagi, dan memotivasi diri.

kepo sama cerita selanjutnya? yuk baca disini... http://www.plimbi.com/article/166277/perjuangan-seorang-gadis-labil-untuk-sebuah-impian-part-2

Tags

About The Author

Conionio 25
Novice

Conionio

simply awesome
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Conionio