Oh Kalijodo

15 Feb 2016 19:22 2759 Hits 3 Comments
Coba pikir ulang

Begitu sedap mendengar isu soal lokalisasi. Sekupnya yang sudah terdikotomi menjadi lokalisasi offline dan lokalisasi online. Sama halnya dengan bunglon yang harus melindungi diri dari musuh, maka ia harus berkamuflase menjadi warna barang yang dipijaknya. Isu-isu yang muncul pun mulai dari tempat lokalisasi yang akan digusur, artis-artis alih profesi, serta penjualan anak di bawah umur.  Pusing pala barbie mengurusi isu-isu seperti ini. Para pakar-pakar baru bermunculan untuk saling mendukung pihak yang pro ataupun kontra.

Munculnya isu Bapak Ahok yang ingin mengubah resosialisasi menjadi lahan hijau menuai banyak tanggapan dari berbagai pihak. Saya yang sedang sibuk menghubungi pihak kampus karena mau KRS-an selalu di PHP-in website. Menjadi tambah gundah gulanah. Masa mau bikin “Gerakan PHP Website” kaya tetangga sebelah yang bikin “Gerakan Janda Berhijab”. Malu lah, sudah berumur 6,5 tahun dikampus tapi masih menunggu satu mata kuliah selesai. Mak jleb.

Kesibukan yang tiada tandingannya dengan Bapak Ahmad Dhani yang dicalonkan jadi bintang DKI 2. Ketika Bapak Ahok sibuk menata kota agar indah ketika tamu-tamu muslim datang ke nusantara. Kalijodo yang dianggap ladang penyumbang nafsu birahi terlarang akan digusur.

“Apa digusur, Kalijodo ?”  ucapku dalam hati kecil.

Bapak Ahok yang akan lengser dari kursi DKI 1, menjadi buah bibir para pramuria. Alih-alih akan bertanding dengan tokoh-tokoh gede sekaliber Bapak Yusril Ihza Mahendra, Bapak Ridwan Kamil, Ibu Risma, Bapak Haji Lulung serta seniman tiada tara Bapak Ahmad Dhani.

Kamuflase dari kereta cepat yang menuai banyak kritik dari aktivis keuangan, aktivis lingkungan, aktivis perhubungan, serta aktivis yang jadi-jadian. Menjadi gusur Kalijodo. Cerdas betul memang seorang Bapak Ahok.  Prestasi memindah pramuria telah berhasil dilakukan tokoh semacam Risma. Dari Gang Doly yang katanya kawasan resosialisasi terbesar di kawasan ASEAN ke daerah masing-masing. Bapak Ahok tentu berpikir dua kali,  Surabaya saja bisa masa Ibukota Jakarta nda bisa. Tentu bukan hal yang susah kalau Bapak Ahok mau mengajak sahabat-sahabat FPI.

Melihat fenomena pemulangan para pramuria ke daerah asal tiba-tiba membuat saya berpikir ribuan kali.  Belajar dari peristiwa Gang Doly, resosialisasi dibubarkan serta pramuria diberikan santunan dengan jutaan harapan dapat mengubah kehidupan mereka. Jurus tersebut dilakukan oleh Bu Risma sebagai salah satu penanggulangan penyakit masyarakat. Pramuria pulang, Surabaya tenang, Masa ?

Menutup tempat sebesar Doly tidak segampang para akhi-ukhti mengkafir-kafirkan LGBT serta tidak se simple AA Gym uinstall  Line karena pro terhadap LGBT. Permasalahan di tempat resosialisasi sangatlah pelik.  Datang ke tempat resosialisasi bukan atas dasar keinginan. Melainkan faktor-faktor X yang menuntun ke jalan tersebut. Beberapa waktu lalu, “CL” salah seorang pramuria di daerah resosialisasi mengungkapkan motifnya terjun di dunia tersebut karena  tuntutan ekonomi. Harga-harga bahan pokok yang mencekik kaum papa, pragmatis mencari rejeki menjadi pilihan dari pada dilindas zaman. Ketika mereka terjun di dunia tersebut masih dilanda segudang permasalahan, keamanan dan kesehatan.

Bapak Ahok, tentu memiliki visi yang sangat mulia untuk menjadikan Jakarta ramah terhadap tamu-tamu KTT OKI. Tapi kalau masih menggunakan cara yang diterapkan Bu Risma jelas belum bisa dikatakan efektif. Alumni Doly berpindah ke daerah-daerah menjadi new Doly.

Apa Bapak Ahok memikirkan new Kalijodo juga ?

Silahkan dipikir pak, saya mau menyelesaikan masalah dengan pihak kampus dulu.

sumber : media.iyaa.com

Tags

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel