Latte Factor yang Tidak Disadari

11 Apr 2018 18:19 1938 Hits 0 Comments
Namun latte factor tak hanya berwujud kopi, ia bisa macam-macam, mulai dari biaya membeli air mineral kemasan, rokok,  belanja cemilan, koleksi baju, koleksi sepatu, koleksi tas, hingga biaya transfer antar bank

Saya tertarik dengan apa yang disampaikan oleh David Bach, seorang penulis sekaligus motivator keuangan di Amerika Serikat yang mencetuskan istilah latte factor. Latte factor adalah pengeluaran-pengeluaran kecil yang sifatnya rutin, tetapi sebenarnya tidak terlalu penting dan bisa ditiadakan. Istilah latte factor diambil Bach dari secangkir kopi. Menurutnya, kopi, adalah pengeluaran skala kecil yang jika dijumlahkan dalam sebulan, totalnya bisa lebih besar dari biaya listrik dan air.

Namun latte factor tak hanya berwujud kopi, ia bisa macam-macam, mulai dari biaya membeli air mineral kemasan, rokok,  belanja cemilan, koleksi baju, koleksi sepatu, koleksi tas, hingga biaya transfer antar bank. Setiap orang memiliki latte factor-nya masing-masing.

Bahkan, taksi dianggap merupakan pengeluaran latte factor, karena ini sebenarnya adalah jenis pengeluaran yang bisa dihemat jika menggunakan kendaraan umum massa seperti kereta atau bus. Saya cukup surprise dengan istilah latte factor ini karena berkaca dari diri saya sendiri, ternyata saya mempunyai latte factor yang banyak.

Jika sudah dari dulu saya mengurangi latte factor saya, paling tidak dari sepuluh tahun yang lalu, sepertinya saat ini KPR rumah saya sudah lunas dan tabungan yang saya miliki , jumlahnya mungkin bisa lebih dari yang saya miliki sekarang.

Saya yang merupakan gen X saja banyak memiliki latte factor yang tidak disadari apalagi generasi millenial. Karena menurut penelitian, tren ini semakin banyak menjangkiti generasi millenial disebabkan generasi millenial sudah dimanjakan dengan kecanggihan teknologi sejak mereka kecil. Memasak nasi tak perlu pakai periuk, tren remote control, lalu diikuti dengan perkembangan gadget. Akibatnya, mereka kerap mengeluarkan uang untuk sekadar memuaskan nafsu atau mengikuti tren yang sedang berlangsung.

Namun, latte factor juga muncul karena beberapa alasan. Bisa jadi karena kebiasaan, bisa juga karena impulsive buying atau karena tekanan dari lingkungan. Jika setiap pagi seseorang membeli kopi di kedai kopi dekat kantor maka secara tidak sadar ia akan selalu mampir ke kedai tersebut tanpa berpikir panjang lagi. Atau ketika teman-teman sebayanya mengajak untuk nongkrong di coffee shop mahal maka ia akan mengikuti demi menjaga pertemanan.

Melihat kecenderungan latte factor yang semakin besar dari generasi ke generasi maka alangkah bijaksananya jika kita mempertimbangkan mengurangi pengeluaran pengeluaran kecil  rutin yang sebenarnya tidak perlu. Apabila pengeluaran untuk latte factor ini bisa dikontrol dan diminimalkan, tentu ada potensi dana yang bisa ditabung atau bahkan diinvestasikan. Lebih baik, utang KPR saya segera lunas daripada saya mengkoleksi sepatu, tas, alat make up yang sedemikian banyak, namun jarang saya pakai, mengurangi naik taksi dan lebih mempertimbangkan untuk naik busway. Adapun dana tersebut saya pikir lebih baik diinvestasikan di produk yang bermanfaat untuk masa depan contohnya reksadana pasar uang. Reksadana pasar uang cocok untuk kita yang baru belajar berinvestasi.

Banyak kok Manajer Investasi yang menawarkan bantuan untuk mengelola dana kita melalui reksadana. Salah satunya adalah PT CIMB-Principal Asset Management yang merupakan perusahaan Manajer Investasi (MI) regional yang berpengalaman untuk mengelola dana nasabah, MI ini mengelola beragam produk Reksadana dan PDNI (Pengelolaan Dana Nasabah Individual) bagi investor institusi dan perorangan di Indonesia.

PT CIMB-Principal Asset Management berdiri sejak tahun 2007, didukung oleh CIMB Group , salah satu perusahaan keuangan terbesar di kawasan ASEAN, dan Principal Financial Group, perusahaan jasa keuangan skala global dalam daftar Fortune500. Kalau masih penasaran, coba deh buka websitenya di www.cimb-principal.co.id.

Nah, kalau udah memutuskan untuk membeli reksadana ini kita dapat memanfaatkan atau memakai fasilitas yang ada di IPOTPAY, dengan cara membuka aplikasi IPOTPAY yang ada di gadget kita. Menggunakan IPOTPAY juga salah satu cara kita mengurangi latte factor karena kita tidak perlu pergi keluar rumah. Selanjutnya, agar dapat dipertimbangkan untuk mulai mengurangi latte factor yang kita miliki demi masa dapan yang lebih baik serta dapat lebih cerdas memanfaatkan dan menempatkan uang kita di produk dan tempat yang tepat.

Tags

About The Author

Johanes Sutanto 35
Ordinary

Johanes Sutanto

Pemula
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel