Hindari Wisuda Di Usia Dini

28 Jan 2016 20:05 4554 Hits 14 Comments
Sabda Kaum Lelucon “Wisuda dijemput orang tua, emang ngambil rapot SD”.    

Sorak-sorak pendukung Manchester City di Etihad Stadium menggema hingga Indonesia.  Manchester Biru menjadi pemenang duel sengit dengan Everton.  Skor yang ditorehkan cukup meyakinkan 3-1.  Super sap Kevin De Bruyne  menjadi mimpi buruk bagi The Toffes,  satu gol kontroversial di tambah satu  assist yang berhasil dituntaskan  Sergio Kun Aguero menjadi gol penutup duel semifinal leg kedua Capital One Cup. Final akan digelar di  Stadion Maha Megah Wembley akan menghadirkan duel panas, antara The Kop Vs The Citizens.  

Kebahagian itu membuat saya tertawa girang.  Tidak sadar bahwa status sebagai jomblo akut yang belum lulus kuliah.  Tugas numpuk seabrek, laptop yang selalu ngadat, serta hati yang terus gundah gulanah. Bahagiku ini semoga dirasakan oleh Mr. Firman dan Mr. Agung Prasetyo yang baru belajar ikhlas atas in-konsistensi The Gonners.  Ah, yang jelas kehebatan The Citizens memberikan pelajaran pada kita, bersabar dalam menyerang serta mengolah bola walau hadangan ritangan selalu menghadang.

Justru kebahagian tadi malam, menjadi petaka di pagi hari.  Seharusnya mangkat ke kampus jam 7.00 harus telat 2 jama. Jalan-jalan ke kampus, untuk menjemput wisudawan. Haduh, iya wisudawan para mahasiswa yang sudah ujian skripsweet lalu pakai toga serta berselfie ria. Kalau kaga selfie berarti bukan wisudawan masa kini, melainkan wisudawan zaman orde baru. Haru biru menjadi satu. Suka cita serta duka cita menjadi bumbu yang harus  diulek menjadi satu. Mulai dari mahasiswa-mahasiswi yang lulus 8 semester karena di kejar target beasiswa negara dan orang tua.  Sampai mahasiswa yang paling puas karena bolak-balik kampus selama 14 semester alias 7 tahun. Huh, puas dah pokoke.

Hingga muncul seorang penjemput membawa kardus dengan tulisan “Hindari Wisuda Di Usia Dini”. Hadeh, tulisan ini menggugah kembali semangat saya untuk menjalankan beberapa semester kedepan.  Entah itu 6 atau 9 semester lagi.  Awalnya tulisan tersebut mengutip para tokoh anti anak banyak untuk mengkampanyekan “Dua Anak Lebih, Baik” keliru “Dua Anak, Lebih Baik”.  Kalau masih bingung dibaca berulang-ulang.

“Hindari Menikah Di Usia Dini” memang sangat rentan terhadap alat-alat yang berkaitan dengan proses pembuatan si junior. Menikah usia dini, dianggap budaya primitif serta membatasi hak perempuan, karena perempuan yang selalu jadi korban. Haduh, kalau soal menikah di usia dini jelas saya paling minor. Pria yang sudah berumur kepala dua belum ada pandangan memiliki kekasih, apalagi menikah.  Sehingga saya bukan termasuk golongan pendukung  menghindar menikah usia dini. Pacar saja belum dapat, apalagi jodoh. Mikir Mblo.

Sebagai mahasiswa semester tingkat kritis, melihat fenomena wanita pembawa kardus bertuliskan “Hindari Wisuda Di Usia Dini”.  Menjadi senang, setidaknya, masih ada orang-orang yang peduli terhadap kegiatan-kegiatan kampus yang memerlukan “orang tua” alias semeseter tua. Mengapa ? Dia lebih berpengalaman karena saking lamanya dikampus.

Kemenyek, kalau buru-buru lulus dari kampus memang kalian mau jadi apa ?. “Mau jadi guru”, “Mau kerja di perusahaan internasional”, “Mau jadi PNS”, dan “Mau lanjut S2”. Kemauan itu memang selalu ada. Tapi kita tidak pernah sadar mengenai tatakrama terhadap senior-senior kampus. Mereka yang menghabiskan jatah kuliah selama 14 semester tiba-tiba ditinggal sama junior yang ngebet nikah untuk wisuda terlebih dahulu.

Begini, kakak-kakak senior di kampus yang memberi perhatian kepada kalian untuk OSPEK segala macam. Tiba-tiba diwaktu perebutan jatah wisuda, kalian yang terpaut 4 semeseter malah memakai toga duluan terlebih dahulu. Junior, Usia yang masih dini jelas belum matang kalian dalam urusan lobi-lobi dosen, pemerintah, hingga berurusan polisi karena ditangkap saat demo. Karena kuliah yang lulus hanya 7 semester ditambah 1 semester untuk urusan skripsweet, KKN, PPL, dan KKL.  Menghabiskan fulus sekaligus tenaga yang cukup tinggi.  Pie jal ?  Mereka yang menghabiskan jatah kuliah tentu memiliki nilai lebih, berupa kepuasaan mondar-mandir dikantor fakultas selama 14 semester.  Uhuk…. Uhuk….. Uhuk ……

Wisuda dini, kalau mahasiswa di katakana agent of social serta agent of change. Dogma-dogma senior diwaktu OSPEK. Tapi tukang bubur kacang ijo saat aku OSPEK mahasiswa juga sebagai penunda pengangguran. Naik alis deh kawan-kawan sampingku.  Maka kalau kita masih yakin wisuda di usia dini. Apakah sudah banyak pengalaman kita ? Apakah perusahaan masih ada lowongan untuk kita ?. Silahkann di renungkan masing-masing individu.  

Etika orang ketimuran yang selalu mendahulukan orang tua, memang seharusnya kita tradisikan kembali.  Biarkanlah senior-senior yang hampir keluar tanpa syarat alias DO untuk lulus terlebih dahulu. Dibantu dengan doa tentunya. Karena usaha hanya ada pada individu untuk menjadi lulusan terbaik serta terpuas di kampus. Sedangkan adik-adik yang ngebet wisuda dini renungkan kembali untuk kalian wisuda cepet-cepet seperti Rozi dan Lorenzo rebutan finish pertama di sirkuit.

Apalagi yang masih jomblo, carilah pacar untuk teman selfie wisuda. Jangan ngebet wisuda, sudahi dulu tuna asmaramu kemudia skripsweetmu  Sehingga tidak menjadi korban Sabda Kaum Lelucon “Wisuda dijemput orang tua, emang ngambil rapot SD”.     

 

sumber foto : DP Nastain, Photograper : Emon

Tags Ulasan

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel