Indonesia Berkabut, Dunia Berduka

7 Oct 2015 19:59 2723 Hits 1 Comments
Dampak dari paparan kabut asap terus mengakibatkan kerugian

Bencana asap yang melanda beberapa kota di Indonesia, tak juga kunjung usai. Penanganan pemerintah yang terkesan lambat, perlahan mulai terlihat dampak nyata, korban nyawa mulai berjatuhan, kerugian akibat bencana ini juga sangat terlihat, tidak hanya dari faktor kesehatan, sektor ekonomi dan tentu saja lingkungan telah terkena imbas dari bencana ini.

Dampak Kesehatan

Data yang didapatkan dari harian Kompas, Sabtu (3/10) tercatat dari tanggal 29 Juli hingga 01 Oktober, sebanyak 44.211 orang terjangkit ISPA, meningkat 250%. Di Jambi, penderita ISPA pada September tercatat sebanyak 40.786, meningkat dua kali lipat daripada bulan Agustus, yaitu sebanyak 27.800 orang. Sementara di Kalimantan tengah, pada bulan Juli tercatat sebanyak 10.204 orang terjangkit ISPA, dan terus meningkat hingga bulan September, menjadi 15.528 kasus.

Indonesia Berkabut, Dunia Berduka

Cukup miris, bahkan dampak dari bencana asap ini mulai merenggut korban jiwa, diantaranya adalah Hanum Angriawati (12) warga Pekanbaru yang meninggal pada tanggal 10 September lalu, tidak hanya itu, Nabila Julia Ramdhani (15) warga Jambi juga ikut menyusul ke pangkuan Illahi setelah terjangkit Pneumonia, dampak langsung dari paparan asap kabut yang melanda wilayah Sumatera dan Kalimantan.

Dari keseluruhan korban ISPA  sebanyak 36.239, 31 diantaranyanya menderita Pneumonia, sementara satu orang terkena Pneumonia berat, dan kondisi itu akan terus memburuk jika pemerintah tidak cepat menanggulangi dari kebakaran lahan ini. Jumlah penderita dari paparan kabut asap ini lebih banyak dari yang terdaftar, pasalnya catatan tersebut hanya berdasarkan pasien yang memeriksakan dirinya, sementara warga yang tidak memeriksakan dirinya ada lebih banyak lagi.

Sementara ini belum ada bantuan yang berarti dari pemerintah, masker yang dibagikan masih sangat minim. Distribusi masker di Kalimantan Tengah sebanyak 307.500 buah, sementara jumlah warga mencapai 2.4 juta jiwa. Asumsi kebutuhan per hari adalah dua buah masker, setidaknya dibutuhkan 4.8 juta masker per hari. Sementara jumlah penduduk yang terpapar asap di Sumatera dan Kalimantan sebanyak 20 juta jiwa.  Dan jumlah masker yang dibagikan tentu masih sangat kurang.

 

Dampak Ekonomi

Sementara itu kerugian ekonomi akibat asap kabut selama sebulan di Sumatera Selatan mencapai puluhan miliar rupiah. Kerugian diperkirakan semakin besar, sebab hingga awal Oktober ini, belum ada tanda-tanda kabut asap akan mereda. Sektor pelayaran, penerbangan dan perhotelan menderita dampak langsung dari paparan kabut asap ini.

Menurut ketua Asosiasi Pemilik Kapal Indonesia (INSA) Sumsel, kerugian yang diderita usaha pelayaran berkisar Rp 10-20 miliar selama dua pekan terakhir. Sementara Adviso Humas, Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PT Pelindo II Cabang Palembang, Fransiska Riana S juga mengaku bahwa pendapatan turun hingga 20 persen. Di tempat lain, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumsel, Herlan Aspiudin mengatakan, kerugian sektor hotel dan restoran selama kabut asap sebulan terakhir mencapai 10 miliar. Dari sektor penerbangan, pendapatan dari Garuda Indonesia berpotensi hilang sekitar 7.2 miliar selama September.

 

Dampak Lingkungan

Selain mengakibatkan dampak kesehatan akibat ISPA, kebakaran hutan dan lahan juga menghanguskan habitat satwa liar. Habitat gajah di Taman Nasional Sembilang dan Suaka Marga Satwa Padang Sugihan di Kabupaten Banyuasin, Sumsel tandas dilalap si jago merah. Di Kabupaten Kubu Raya, Kaltim menyebabkan seekor anak orangutan terjebak karena aktivitas ini. Bayi orangutan tersebut diselamatkan oleh warga yang kemudian ke kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam setempat.

Indonesia Berkabut, Dunia Berduka

Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan. Karena habitat yang terus berkurang, konflik antara satwa dan warga tentu akan meningkat, data yang didapatkan dari Institute Hijau Indonesia menyebutkan bahwa 12 juta hektar kawasan hutan yang kini menjadi rumah bagi para satwa liar dan keanekaragaman hayati di Indonesia beralih fungsi mejadi perkebunan kelapa sawit.

Sangat disayangkan, karena Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, dan jika jumlah hutan di Indonesia terus berkurang berkurang, tentu akan berdampak pada pemasan global yang nantinya akan menaikkan suhu secara global, berkurangnya keragaman hayati dan rusaknya siklus hidrologi. Dan kerugian di sektor ini tentu akan lebih merugikan jika dibandingkan dari sektor perekonomian.

 

Pemerintah Tak Berdaya

Kepolisian Republik Indonesia telah menetapkan 140 tersangka, tujuh diantaranya adalah petinggi perusahaan. Para tersangka dijerat oleh UU Perkebunan, UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan diancam penjara maksimal 10 tahun dan denda maksimum Rp 10 miliar. Dan sepertinya tersangka akan terus bertambah, karena pihak kepolisian masih menyelidiki puluhan perusahaan yang diduga terlibat dalam pembakaran hutan.

Indonesia Berkabut, Dunia Berduka

Namun faktanya, meski para tersangka telah ditetapkan, namun penanganan dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini masih belum terlihat. Negara tampak tak berdaya menghentikan aksi kotor korporasi yang dengan kekuatan uang bisa membeli hukum. Dalang dari pembakaran hutan dan lahan sama sekali tak tersentuh jerat hukum, mereka selalu bersih sementara korban dari keadilan di negara ini hanyalah oknum rendahan atau masyarakat yang acap kali menjadi tumbal dari para perusahaan.

Perusahaan mampu membuktikan dirinya lebih kuat daripada hukum di negara ini, dan kejadian seperti ini terus-menerus terulang, tidak hanya itu, mereka bahkan memegang kendali atas sumber daya hutan dan lahan, yang seharusnya dipergukanan untuk untuk kesejahteraan masyarakat.

Data yang didapatkan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menyebutkan pada tahun 2013 dari 117 perusahaan yang mereka laporkan sebagai pelaku pembakaran hutan dan lahandi Riau, hanya delapan perusahaan yang ditindaklanjuti dan satu yang divonis bersalah. Cukup miris, pemerintah sama sekali tidak berdaya mengatasi masalah ini, hukum bisa dibeli dengan kekuasaan dan uang. Dan jika terus seperti ini, maka Indonesia akan benar-benar tertutup kabut, kelam. Dan mari kita tundukan kepala, karena Indonesia berduka untuk kesekian kalinya.

 

Tags

About The Author

Nana 45
Ordinary

Nana

Karena, menulis itu menyenangkan...

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel