Suara 'Orang Indonesia' di Layar Lebar (Bagian 1)

14 Apr 2016 19:31 4701 Hits 4 Comments
Menyuarakan kembali suara-suara Orang Indonesia (Bagian Pertama)

Orang Indonesia. Gabungan dua kata ini seringkali memberikan stigma bermacam-macam bagi 'Orang Lain' dan bahkan bagi orang Indonesia sendiri, entah dalam hal kedisiplinan, kebersihan, atau kepekaan. Salah satunya dalam hal bersuara.

Suara-suara di Alam Kemerdekaan, Suara untuk Bangkit

Orang Indonesia mulai lantang bersuara setelah muak ditindas oleh Orang Lain.

Puncaknya adalah 17 Agustus 1945, saat itu Orang Indonesia memperdengarkan suaranya untuk memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia kepada dunia.

Suara

Peristiwa ini disuarakan kembali oleh Orang Indonesia (Hanung Bramantyo) pada film "Soekarno" yang dirilis akhir 2013 silam.

(Diunggah ke Youtube oleh Admin Multivision)

Orang Indonesia akhirnya memiliki: Negara sendiri, Radio sendiri, Suara sendiri.

Suara mereka mengobarkan semangat mempertahankan Indonesia.

Suara mereka menggetarkan dunia demi membela Orang Indonesia.

Suara

 

Suara-suara di Alam Kesunyian, Suara Kematian

Namun dalam perjalanan Orang Indonesia di alam kemerdekaan tidak sebebas yang mereka kira.

20 tahun kemudian, bersuara secara terang-terangan adalah: Penjara, Peluru di Kepala, ataupun Hilang Tiba-tiba.

Indonesia dalam kesunyian.

Orang Indonesia tidur di kasur-kasur yang kelam dan mencekam, lalu terbangun di pagi hari untuk menyambut matahari yang bisu, dan menjalani hari yang ngeri.

Secuil dari suara-suara sunyi Orang Indonesia ini kemudian pada tahun 2013 dan 2014 diangkat oleh Orang Lain (Joshua Oppenheimer) ke layar lebar, melalui dua film dokumenter, Jagal dan Senyap.

Kedua film yang pengambilan syutingnya dilakukan di Indonesia dan diperankan oleh Orang Indonesia ini meraih banyak penghargaan dari Orang Lain namun justru dicekal pemutarannya di Indonesia, meski pada akhirnya boleh ditayangkan untuk kalangan tertutup.

Selama hidup di alam kesunyian, gairah perfilman Orang Indonesia mulai bangkit. Tidak membahas politik ataupun perjuangan Orang Indonesia, Film Indonesia di tahun 70an banyak bercerita seputar drama kehidupan.

Banyak sineas, aktor dan aktris Orang Indonesia yang unjuk kebolehan seni akting mereka pada dekade ini yang namanya masih harum dan dikenang hingga sekarang.

Bahkan di tahun 80an dan 90an, suara Orang Indonesia melalui industri perfilman semakin 'tersalurkan'. Dekade ini seakan menjadi dekade keemasan Orang Indonesia untuk bersuara di layar lebar.

Suara-suara layar lebar Orang Indonesia pada dekade ini terdengar sumbang namun membara.

Saat itu, film-film Indonesia banyak bercerita tentang drama kehidupan, percintaan, dunia persilatan, hingga dunia mistis dan alam gaib, yang semuanya dibumbui dengan cabe dan merica. Gurih, sekaligus Gerah, Panas, Basah dan Pedas.

Setelah itu, Perfilman Indonesia mati suri.

Setelah 'dibungkam' sedemikian lamanya, pada tanggal 21 Mei 1998, Orang Indonesia menyataken untuk menghentiken penjajahan suara Orang Indonesia.

Orang Indonesia akhirnya memiliki: Kebebasan bersuara.

 

Suara-suara di Alam Kebebasan, Suara Kehidupan

Kebebasan bersuara yang dimulai pada pertengahan tahun 1998 ini dijadikan momen penting dalam kebebasan berekspresi. Film Indonesia bangkit dari kuburnya di tahun 2000.

Bioskop-bioskop Orang Indonesia akhirnya kembali menayangkan suguhan Film hasil karya Orang Indonesia sendiri, dimulai oleh "Petualangan Sherina" (Riri Riza) yang diopinikan sebagai starter kebangkitan Perfilman Indonesia.

(Diunggah ke Youtube oleh FlikTV)

Pada dekade ini, Orang Indonesia mulai menunjukkan geliatnya di layar lebar. Film-film dengan tema drama, cinta, action, hingga thriller mulai bermunculan.

Tema yang terakhir disebutkan bahkan menjadi viral dan menghantui bioskop-bioskop Indonesia selama satu dekade selanjutnya, entah terinspirasi dari boomingnya arwah-arwah gentayangan semacam "Beranak dalam Kubur" di era Suzanna.

(Trailer Jelangkung, Rizal Mantovani, diunggah ke Youtube oleh Andrew Meda)

 

Di Alam Manakah Orang Indonesia Sekarang?

Film yang diproduksi di Indonesia pertama kali adalah film "Loetoeng Kasaroeng karya Orang Lain (G. Kruger dan L. Heuveldorp).

Film ini ditayangkan perdana di kota Bandung dari tanggal 31 Desember 1926 sampai 6 Januari 1927 di Bioskop Metropole dan Bioskop Majestic.

Jika menoleh jauh ke belakang, sejarah mencatat bahwa Film Orang Indonesia yang pertama kali diproduksi, disutradarai, dan diperankan Orang Indonesia adalah Film "Darah dan Doa" pada tahun 1950.

Sutradara film ini, Usmar Ismail, dianggap sebagai Orang Indonesia yang mempelopori perfilman di Indonesia. Tanggal syuting pertama film ini pulalah yang dijadikan  sebagai Hari Film Nasional oleh Orang Indonesia, 30 Maret.

Jika kita menoleh lebih dekat, sejak tahun 2010 hingga 2015, tercatat sekurangnya 560 judul film yang telah diproduksi dan dirilis oleh Orang Indonesia untuk Orang Indonesia.

Baca juga : Suara Orang Indonesia di Layar Lebar (Bagian Ketiga)

Jumlah ini tidak bisa dikatakan sedikit bagi Orang-orang yang baru satu dekade bangkit dari Alam Kubur.

Andakah Orang Indonesia yang Saya Suarakan Ini?

Dewasa ini, Orang Indonesia memang masih bebas bersuara, namun suara mereka masih saja 'diwakilkan', sejak alam kemerdekaan, alam kesunyian, hingga alam kebebasan.

Suara Orang Indonesia diwakili melalui mulut lembaga, dewan, majelis, birokrasi, perusahaan, bahkan mafia.

Ketidak puasan Orang Indonesia terhadap suara dari mulut wakil mereka ini, menumbuhkan kreativitas Orang Indonesia dalam bersuara.

Orang Indonesia tetap kritis dengan cara mereka, Orang Indonesia telah belajar bersuara melalui sindiran, lewat tulisan, lagu, hingga layar lebar.

Apalagi zaman sekarang, tidak ada lagi kematian yang membayangi celoteh-celoteh Orang Indonesia seperti puluhan tahun silam.

Ya, Andakah Orang Indonesia yang saya ceritakan di atas?

Jangan-jangan saya bukan menceritakan tentang Anda, tetapi tentang Orang Indonesia yang lain, yang mungkin berada di sana, walau entah di mana.

Kalau memang Andalah Orang Indonesia tersebut, maka tunjukkan suaramu!

Tak perlu terlalu jauh menunjukkan lewat layar lebar ataupun lagu, cukup perdengarkan suara Anda lewat tulisan, tulisan berupa ulasan Film Indonesia di Plimbi, atau tulisan yang paling sederhana di komentar.

Saya adalah Orang Indonesia, dan saya telah mencoba untuk bersuara.

Jadi, MANA SUARAMU?!!

(Image via thedatingtruth.com)

Bersambung ke "Suara Orang Indonesia di Layar Lebar (Bagian 2)"

About The Author

Jimi Laila 25
Novice

Jimi Laila

Write about writing is sounds fun, isn't?

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel