​Anda Para Wanita, Jangan Hanya Berani Bermimpi!

15 Mar 2016 08:20 2784 Hits 2 Comments
Mimpi wanita kini tidak hanya sekedar menjadi sebuah angan

Emansipasi, mungkin kata dan kalmimat itu sudah cukup familiar, baik dengan membaca, mendengar dan melihat aksi di balik semua itu, beberapa aktivis dengan gencar menggelar kampanye itu, menginginkan penyetaraan hak kaum yang terpinggirkan, atau secara luas biasanya digunakan untuk pembebasan dari perbudakan. Di Indonesia sendiri, emansipasi lebih familiar digunakan dengan penyamaan hak para wanita, dan mungkin artikel ini bisa menjadi salah satu contoh, ketika para wanita mendapatkan hak layaknya seorang laki-laki, dan lebih menakjubkan, mereka mencatatkan sejarah baru.

 

Mungkin kita sudah melihat, bahwa wanita juga mendapatkan hak yang sama seperti laki-laki. Tak sedikit para wanita yang mendapatkan jabatan tinggi di sebuah instansi pemerintah atau swasta, beberapa contoh mungkin pernah kita lihat, bagaimana Sri Mulyani  menjadi wanita sekaligus orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu, namun ia meninggalkan jabatannya sebagai menteri keuangan ketika menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia.

18316_16023_367_293_JKT-SriMulyani-Saksi

Gambar via jawapos.com: Sri Mulyani, mantan Menteri Keuangan RI

 

Masih belum cukup bukti tentang kemampuan wanita memegang kekuasaan dan jabatan, maka kita bisa melihat sepak terjang Karen Agustiawan, dia adalah direktur utama Pertamina pada tahun 2009-2014, Fobres memasukkan dia sebagai yang pertama di dalam daftar Asia;s 50 Power Busunesswomen. Dan setelah mengundurkan diri dari PT Pertamina, dia menjadi guru besar di Harvard University, Boston, Amerika Serikat.

 

Sedangkan nama terakhir ini mungkin sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, nama wanita satu ini ramai diperbincangkan dalam beberapa tahun belakang oleh publik Indonesia, ketika dia didaulat untuk menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan dalam cabinet kerja 2014-2019, oleh presiden Joko Widodo. Selain terlihat nyentrik dan kontroversial, ia juga memiliki pengalaman di dalam bidang maritime serta  berasal dari kalangan professional sehingga presiden memilihnya.

SBY Panggil Dirut Pertamina dan Hatta Rajasa  ÃÃÃà

Gambar via tempo.co: Karen Agustiawan, mantan Dirut PT Pertamina

Tapi, dalam artikel ini, kita tidak akan membahas para wanita asal Indonesia itu, karena karier serta sepak terjang mereka telah banyak di kupas tuntas oleh para media, dan sekarang, kita akan membahas hal lain yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan, ketika para wanita ini menerbangkan pesawat dan mendarat di Arab Saudi, di mana wanita bahkan tidak diizinkan untuk mengemudikan mobil.

 

Trio pilot dalam artikel ini telah membuat sejarah dengan menjadi awak pesawat pertama dari Royal Brunei Airlanes yang semuanya adalah wanita, dan mereka mendapatkan perhatian karena melakukan penerbangan perdana mereka secara bersama-sama.

 

Dan mungkin hal itu akan menjadi momen penting bagi operator, karena penerbangan itu berakhir di Arab Saudi, yang memiliki aturan ketat mengenai wanita. Kapten dari awak ini adalah Sharifah Czarena dan senior first officers Sariana Nordin dan Senior First Officer Dk Nadiah Pg Khashiem berada di balik kontrol dari Boing 787 Dramliner pada penerbangan B1081 dari Brunei ke Jeddah.

Captain Sharifah Czarena (left) and senior first officers Sariana Nordin (middle) and Dk Nadiah Pg Khashiem

Gambar via Dailymail Kapten Sharifah Czarena (kiri), Senior First Officer Sarina Nordin (tengah) dan Dk Nadiah Pg Khasiem
 

Royal Brunei ditugaskan dengan tiga pilot wanita untuk penerbangan pada 24 Februari lalu, dalam rangka Happy 32nd National Day, di mana mereka memperingati keberhasilan meraih kemerdekaan penuh dari Inggris pada tahun 1984.

 

Czarina dilatih di Cabair Flying Schill di Cranfield, Bedfordshire dan mengoprasikan rute utama utama di negaranya, pada bulan Desember 2013, ia menjadi pilot Royal Brunei pertama kalinya untuk terbang dari London dengan Boeing 787 Dreamliner.

 

Dan pada penerbangan tersebut, tiga wanita itu menjadi pilot sekaligus, tanpa petugas penerbang dari laki-laki, dan dalam beberapa bulan terakhir, semua wanita itu menjadi buah bibir. Pekan lalu sejumlah maskapai penerbangan termasuk Air Canada dan Air India, melakukan penerbangan jarak jauh yang dioprasikan oleh pilot wanita, bertepatan dengan Women of Aviation Worldwide Week.

 

Royal Brunei, membawa bendera nasional Brunei, negara yang berdaulat di pantai utara Kalimantan, mengatakan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong lebih banyak perempuan untuk mengejar impian dan kariernya yang secara tradisional didominasi oleh laki-laki.

 

Tentu saja akan selalu didapatkan tentang penilaian yang berbeda, karena pada dasarnya pekerjaan itu dilakukan oleh laki-laki, sedangkan secara tradisional, di kebudayaan kita, wanita berada di rumah, mengurus anak dan suami, meskipun hal itu sama sekali tidaklah buruk, karena pada hakikatnya, wanita memang diwajibkan untuk berbakti kepada suami, dan para suami (yang tentunya laki-laki) juga harus memenuhi hak istrinya.

 

Di Indonesia sendiri, tanggal 21 April selalu diperingati sebagai hari Kartini, karena sosok ini dianggap menjadi pahlawan Nasional, karena memperjuangkan hak-hak kaumnya. Namun, sebenarnya sebelum nama Kartini dinobatkan sebagai pahlawan nasional, ada generasi sebelumnya yang telah berjuang, bahkan merubuhkan batasan-batasan yang seharusnya tidak dilakukan oleh para wanita.

 

Beberapa wanita ini sudah berjibaku dengan keringat dan darah, ketika memperjuangkan tanah Nusantara dari jajahan Belanda. Ada Laksamana Malahayati dan Cut Nyak Dien,  nama pertama  merupakan wanita yang berasal dari Kesulatanan Aceh, nama aslinya adalah Keumalahayati. Beliau memimpin 2000 pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid), berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda, dan ia membunuh Cornelis de Houtman (seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda), dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal dan mendapatkan gelar laksamana untuk keberaniannya ini.

malahayati-gtr.jpg

Gambar via atjehcyber.net: Laksamana Malayahati

 

Sedangkan Cut Nyak DIen, nama ini juga melegenda, bahkan namanya seolah menjadi momok yang sangat menakutkan bagi Belanda, seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh.

 

Para perempuan itu mungkin telah berjibaku dengan caranya masing-masing, tentu saja pada masanya. Dan saat ini, ada begitu banyak cara bagi para wanita di negeri ini untuk bisa berkarya tanpa membatasi urusan gender, namun tentu saja tidak melebihi batas-batas kewajaran.  Dan mungkin, para wanita Indonesia bisa menorehkan prestasi di kancah nusantara bahkan dunia, melebihi legenda dari Malahayati dan Cut Nyak Dien atau Kartini, juga bisa melibihi prestasi dari trio pilot dari negara tetangga, Brunei Darussalam, dan sekarang, para wanita Indonesia, jalan untuk menggapai impian, tidak hanya sekedar menjadi sebuah angan.

 

 

Sumber: dailymail.co.uk, Wikipedia

 

Tags

About The Author

Nana 45
Ordinary

Nana

Karena, menulis itu menyenangkan...
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel