Lamunan di Pagi Hari (01)

7 Nov 2015 08:05 3293 Hits 0 Comments
Pengen Nulis di Pagi Hari

“Hoam’z” masih ngantuk sudah mampir di layar kaca. Belum sempat cumuk (cuci muka) dan juga cukem (cuci cangkem) yang bau jigongnya masya Allohu Akbar. Belum lagi, tugas sana-sini yang masih numpuk minta dibelai agar selesai dan buru-buru ditumpuk ke dosen yang selalu setia menasehati dengan nada tinggi seperti gorila sedang kelaparan.  Huft, kebiasaan macam apa ini, sampai-sampai tugas keteteran dan ke urus.

Mahasiswa, sebagai agent social of change memang selalu dipandang sebelah mata oleh bapak-bapak pejabat. Ceile, pasalnya rakyat jelata menjadi objek perlawanan serta eksis  di kamera smartphone ketika lagi demo di gedung DPR.  W-O-W, keren tho, agen social of change harus melek informasi serta up to date soal smartphone terbaru dan juga aplikasi edit wajah yang bisa menyulap wajah.

Tugas kuliah, merupakan jelangkung yang tidak perah bisa dilupakan. Meski sudah makan dan minum 3 kali sehari. Bayang-bayangan tugas lebih ngeri tenimbang mantan-mantan yang tiba-tiba minta balikan. Pokoke, kuliah dan tugas itu satu kesatuan yang belum bisa terpisahkan, ketika lobi-lobi macam bapak-bapak pejabat Senayan belum dilakukan. Hahahaha, memang adanya begitu, seharusnya bapak-bapak dosen ini ma’lum dengan agen social of change yang sedang sibuk ngurusin rakyat jelata. Tentu itu lebih mulya ketimbang ngerjain tugas terus ditumpuk dan tidak dibaca sama sekali oleh bapak/ibu Dosen.

Eits, sekarang kuliah ibaratkan menunda angka pengangguran cuy. Setiap tahun angka pengangguran selalu naik secara signifikan, karena lapangan pekerjaan berbanding jauh terbalik dengan jumlah pencari pekerjaan.  Weleh Dalah, siapa yang harus tanggung jawa, kalau begini ? “Kita semua, sebagai warga negara Republik Indonesia harus memiliki andil dalam membangun Indonesia maju” jawaban dua capres yang tahun lalu sempet-sempetnya debat A,I,U,E, dan O.  Sampai-sampai followers-nya menganggap kedua orang itu lebih dari Tuhan, karena selalu dipuja dan dihina sampai. Sudah lupakan saja, nanti dianggap gerakan belum move on atawa gerakan lupa daratan.

Mahasiswa yang selalu menggunakan jas alamamater dan gagah berjalan di tengah himpitan ekonomi serta jeritan petani-petani Pantai Tegal Retno, Kebumen yang akan di gusur djiadikan tambak udang. Munculkanlah gerakan #save….. supaya kaum-kaum social media seantero jagad raya tahu akan kebutuhan mereka soal informasi mereka. Jeritan yang melengkin itu tak pernah terdengar kalau belum pindah alam seperti pahlawan anti-tambang, Salim Kancil.

Wahaha, tertawalah sebelum tertawa dilarang oleh S.E (Surat Edaran) karena mengejek salah satu politisi yang masuk bui. Menertawakan, Ibu cantik nan menor  Dewie Yasin Limpo yang diduga menjadi actor korupsi dana PLTA di Papua. Jelas mengejek lah, wong  politisi yang menghabiskan waktunya  untuk mengeruk harta negara kok ditertawakan. Bisa mendem nesu, nanti dilaporkan pencemaran nama baik.  Pasalnya nama ibu Dewie Yasin Limpo, cukup mumpuni untuk menjadi alat parpol. Jadi, kegemarannya mengeruk duit rakyat jangalah ditertawakan. Kalau marah, bisa-bisa benci dengan saya. Ih, serem lho.

Kami Mahasiswa Mahasiswi Indonesia,

Bersumpah

Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan

Berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan.

Berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan.

Sebagai, closing ceremonial  tulisan ini. Sumpah mahasiswa yang selalu diteriakkan oleh kakak’z waktu OSPEK sebagai awal doktrin gerakan mahasiswa.  Semua bendera pasti  tahu ini, mulai dari mahasiswa bercadar hingga you can see. Soal sumpah-menyumpah pasti tahu, karena tidak ada dalam kitab agama/kepercayaan apapun.

Jadi begitulah. Jaya, Mahasiswa ?

 

sumber gambar : www.dipacarin.com

Tags opini

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel