CEO Xerox Ursula Burns : Kisah Inspiratif Cinta Terhadap Keluarga

5 Jun 2013 22:30 3465 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Tepatnya tahun 1980, Ursula Burns lulus dari Polytechnic Institute, ia pun melanjutkan kuliah di Columbia University.  Setelah itu, ia pun bekerja di Xerox.  Di perusahaan yang fokus pada bidang mesin fotokopi ini, karir Ursula dimulai. Ia memulainya dengan tidak mudah namun karena ketekunannya, Burns cukup bersinar dan karirnya mulai cemerlang. Sepuluh tahun berkarir di Xerox, Burns ditawari menjadi seorang asisten eksekutif oleh  Wayland Hicks, seorang senior eksekutif di Xerox. Pada tahun 1999, karirnya semakin menanjak dan menempati posisi wakil presiden bagian manufaktur global. Ia pun sanga dekat dengan CEO Xerox saat itu, Anne Mulcahy

Sebuah kisah yang akan dibahas kali ini adalah  kisah inspiratif cinta seorang CEO (chief executive officer) perempuan terhadap keluarganya. Berkat dukungan dan rasa cinta keluarga, ia kini termasuk orang yang berpengaruh di sebuah perusahaan bernama Xerox. Perempuan tersebut tidak lain adalah Ursula Burns, CEO perempuan kulit hitam di dunia yang memiliki pengaruh terhadap berbagai kebijakan di perusahaan fotokopi pertama di dunia tersebut.

CEO sendiri merupakan jabatan eksekutif tertinggi di sebuah perusahaan,. Tugas utama seoarang CEO adalah membuat  keputusan, pengambil kebijakan, pengatur keuangan, dan sebagai eksekutor. Saat ini posisi krusial tersebut banyak diisi oleh kaum pria. Namun belakangan perusahaan-perusahaan besar mulai membuka kesempatan kepada seorang perempuan untuk menjadi seorang CEO. Salah satunya adalah Ursula Burns. Beliau merupakan perempuan yang cukup sukses membawa Xerox menggeliat kembali di dunia. Kisah kesuksesan beliau ternyata tak lepas dari kecintaannya akan keluarga. Kisah tersebut menjadi bagian dari kisah inspiratif cinta keluarga yang patut diteladani.

Awal Kehidupan

Kisah inspiratif cinta terhadap keluarga ini dimulai pada tanggal 20 September 1958. Seorang bayi yang mewarisi darah Afrika-Amerika lahir ke dunia dengan tatapan polos serta tangisan yang melaung. Beliau adalah Ursula Burns.  Tidak pernah dapat dibayangkan oleh keluarga beliau  bahwa perempuan kulit hitam tersebut lima tahun kemudian akan menjadi orang besar. Padahal beliau dibesarkan di daerah kumuh dengan keadaan ekonomi yang cukup mengkhawatirkan. Namun itu semua tidak menyurutkan motivasi Ursula untuk terus berbuat yang terbaik untuk hidup.

Besar bersama seorang ibu bernama Olga dan kedua saudaranya, Ursula Burns belajar tentang arti hidup yang diajarkan oleh ibunya. Ibunya tanpa lelah, membesarkan ketiga anaknya dengan keringat dari menyetrika pakaian tetangganya. Selain itu, Olga pun membanting tulang dengan turut mengasuh anak yang dititipkan kepadanya.  Tanpa lelah, Olga menemukan kebahagiaan karena dikelilingi orang-orang yang dicintainya yaitu anak-anak. Anak-anaknya didorong untuk giat belajar dan menjadi orang yang baik serta berguna bagi orang. Dengan seutas senyum yang terus mengembang itu, ibunya tidak menunjukan kelelahan akan pekerjaanya. Ursula membuncah. Ia menemukan kasih sayang dan ketulusan dari ibunnya yang sangat berdikari. Saat itu pun ia menyadari bahwa  kehidupan ibunya merupakan kisah inspiratif cinta yang  takkan tebalas.

Menjadi bagian dari Xerox

Waktu bergulir begitu cepat ketika  akhirnya Ursula Burns masuk perguruan tinggi di kampus Polytechnic Institute yang berada di New York. Sebelumnya, saat sekolah Ursula Burns dikenal sebagai seorang yang pintar dan selalu menjadi bintang kelas. Saat di perguruan tinggi,  sinar dalam dirinya tidak padam. Sinar seorang yang bertalenta yang membuat Xerox begitu terpikat pada sosok perempuan yang rajin ini.  Tidak perlu menunggu lama bagi Xerox untuk menjadi bagian dari kehidupan Ursula Burns. Keberuntungan yang tidak terhindarkan bagi Ursula Burns karena biaya kuliahnya ditanggung perusahaan Xerox. Sebuah anugrah yang tidak ternilai bagi Burns dan itu semua selalu ia anggap sebagai doa seorang ibu bagi anaknya. Cerita Burns tersbut merupakan kisah inspiratif cinta ibu pada anaknya

 

Baca juga :

                    Kisah Inspiratif Motivasi Chester Roh, Penjual Perusahaan Pertama Asal Korea ke Google

                    5 Gadget ini Membuat Orang Jepang Tidak Dapat Hidup tanpa Memilikinya

 

Sukses Bersama Xerox

Tepatnya tahun 1980, Ursula Burns lulus dari Polytechnic Institute, ia pun melanjutkan kuliah di Columbia University.  Setelah itu, ia pun bekerja di Xerox.  Di perusahaan yang fokus pada bidang mesin fotokopi ini, karir Ursula dimulai. Ia memulainya dengan tidak mudah namun karena ketekunannya, Burns cukup bersinar dan karirnya mulai cemerlang. Sepuluh tahun berkarir di Xerox, Burns ditawari menjadi seorang asisten eksekutif oleh  Wayland Hicks, seorang senior eksekutif di Xerox. Pada tahun 1999, karirnya semakin menanjak dan menempati posisi wakil presiden bagian manufaktur global. Ia pun sanga dekat dengan CEO Xerox saat itu, Anne Mulcahy. Tahun 2009, merupakan puncak kesuksesan seorang Ursula Burns. Ia ditunjuk sebagai CEO sampai sekarang. Keberhasilannya mencapai puncak kepemimpinan tidak lepas dari doa ibunya. Ibunya merupakan inspurasi baginya. Ia selalu ingat perjuangan ibunya sebagai kisah inspiratif cinta  terhadap anaknya.

Kemampuan Ursula Burns  dalam memimpin perusahaan dianggap sejajar dengan kemampuan para CEO pria. Kebijakannya yang paling berpengaruh adalah mengubah strategi pemasaran. DI bawah kepemimpinan Ursula Burns, Xerox yang tadinya hanya menjual printer dan mesin fotokopi juga masuk pada ranah bisnis servis. Atas perjuangannnya itu, Forbes menempatkan Burns pada  posisi ke-20 sebagai wanita yang memiliki pengaruh besar pada dunia. Sebuah perjuangan yang bisa jadi kisah inspiratif cinta keluarga terbaik. Itu semua berkat doa dan kasih sayang seorang ibu. [HMN]

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel