Akhirnya Salju Pun Hinggap di Nagoya

30 Mar 2023 19:45 1426 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Akhirnya Salju Pun Hinggap Di Nagoya 

Ku termenung.

Aku mampu mencintai seseorang, dalam ! Dan aku telah melakukannya. Aku merasa setiap bagian dari diriku dan perasaan – perasaan ini adalah rasa yang tidak akan pernah meninggalkan aku. Semua pintu terbuka lebar untuk hati yang terluka dalam banyak cara. Justru, sekarang ini membuatku takut untuk merasa bahwa cinta yang kuat selalu ada dimana – mana karena aku tahu itu bisa berarti segala macam kesulitan bagi aku kadang - kadang mencoba untuk meniadakan saja beberapa ruang lain dalam hatiku ….... tapi hati ini selalu berontak, ingin selalu menjawab mau, tapi aku berusaha mencoba untuk menjaga hal - hal terbaik dalam diriku sendiri.

Aku tidak benar - benar merasa seperti orang yang menyukai cara yang sama dimana aku selalu merasa mampu ….... atau mungkin aku merasa tidak mampu untuk dicintai sedemikian rupa. Sulit untuk menerima dan itu membuat aku menutup diri ... kadang - kadang aku berharap aku bisa kembali menjadi seorang laki – laki naif yang tidak terlalu khawatir tentang konsekuensi dari pemberian hati yang begitu besar sedemikian rupa.

Aku tidak ingin menjadi orang dingin didalam maupun diluar hatiku mampu menjangkau ... karena aku tahu itu bukan aku sebagai seseorang dalam kepribadian orang lain , aku tidak ingin hal ini menjadi besar karena ini adalah sesuatu yang akan sulit untuk diterima oleh orang lain. Jika kita semua mematikan hati kita, justru hal ini akan membuat gairah dan hasrat kita hidup kembali.

Tahun lalu, Desember dan merupakan malam Natal terakhir kami.

Seperti biasa setelah makan malam aku memilih untuk tidak belajar langsung karena merasa sedikit malas, aku buru – buru pergi ke kamar tidur, pada bantal kubenamkan kepala dan berharap segera tidur. Di malam hari apa yang aku benar – benar inginkan, apakah sebuah mimpi yang menakjubkan ….. !!!

Esok hari, pagi – pagi sekali, ayahku menelepon aku dari kantornya dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin aku pergi ke kantor segera karena  ada putri bosnya yang kebetulan hari ini baru tiba dari London. Aku mau tidak mau harus mengatakan ya.

Perkenalan sangat singkat. Martha adalah seorang gadis dari keturunan bangsawan Eropa, anggun dan sangat cantik. Itulah kesan pertama yang dapat aku berikan. Kemudian kami berdua bersama – sama keluar dari kantor ayah tetapi sebenarnya aku bingung hendak mengajak Martha kemana ?

Aku sengaja tidak membawa mobil, mungkin Martha akan senang menghabiskan liburannya di sini dengan wisata jalan kaki keliling kota Paris apalagi sekarang adalah musim semi.

Dalam perjalanan kami berdua, mengelilingi kota Paris yang sangat cantik.

Percaya atau tidak, gadis disebelahku ini benar - benar indah meskipun sebelumnya aku belum pernah melihat putri bos ayah dalam kenyataan hidup kami sehari – hari karena bos ayah type laki – laki yang sangat cuek, tidak pernah menggabungkan urusan rumah dengan keperluan kantor. Dalam kecantikannya yang sempurna, sebenarnya dia adalah gadis yang sangat sederhana, menunjukkan persahabatan dengan aku saat pertama kali kami bertemu dan kenalan, tapi aku sedikit gugup. Dia bercerita banyak tentang kehidupan luxeriousnya dan juga bertanya banyak hal terutama tentang perguruan tinggi dan teman - temanku.

Ternyata setelah kurang lebih lima jam, berjalan – jalan mengelilingi kota, kami memiliki banyak perdebatan tentang kita yaitu kehidupan pribadi kami berdua. Sampai akhirnya menjelang malam hari, aku melihat di wajahnya tanda – tanda kelelahan jelas sekali, aku memutuskan untuk mengajaknya makan malam disebuah restoran mewah dekat taman kota Paris. Dia makan sangat lahap dan aku senang melihatnya.

Lalu perjalanan hari ini aku akhiri, kami berdua pulang ke hotel dimana dia dan ayahnya menginap, di dalam trem dia tidur di bahuku. Aku benar - benar jatuh cinta padanya. Aku tidak bergerak untuk membuat dia tetap tidur nyaman. Feelingku malam ini terasa sangat indah. Love, wow !

Jam menunjukkan pukul 7:30 di pagi hari. Aku terbangun dengan sebuah senyum di wajahku. Kenapa ? Karena sebuah mimpi. Aku tahu fakta bahwa bagaimana seseorang bisa melihat mimpi tersebut sangat nyata tapi aku bersumpah itu terjadi padaku. Aku ingat selalu hingga senyum ini melekat terus di wajahku. Orang mengatakan bahwa mimpi mungkin akan menjadi kenyataan. Aku tergoda untuk mempercayainya, jadi aku terus berharap.

Martha hanya seminggu disini, dia harus kembali ke kotanya. Tetapi bukan ke kota London, tempat keluarganya tinggal bersama – sama melainkan kesalah satu kota bunga Sakura, Nagoya di Jepang. Martha kuliah disana. Malam nanti, aku akan mengantar dia sampai di Bandar Udara Internasional Paris Charles de Gaulle. Aku mencium tangannya lalu dia pergi ke dalam ruang tunggu sambil melambaikan tangannya ….. terasa sunyi setelah itu.

Liburan semester tiba.

Musim dingin akan segera berakhir. Ada kuliah terbuka dari Dr. Maurice Bucaille  diakhir pekan akan diselenggarakan di kampus baru kami yang terletak di dekat stasiun kota Paris. Sebenarnya kuliah terbuka ini diadakan dadakan. Ketika Dr. Maurice Bucaille sedang berencana liburan ke Perancis dengan istrinya, beliau didaulat untuk memberikan sedikit paparan di depan masyarakat muslim yang ada di sini tentang penelitiannya. Dalam sepekan liburan itu beliau memberikan kuliahnya di tiga kota. Paris, Toulouse, dan Colmar.

Dan aku sukses mengikuti kelas ini meski sedikit membosankan karena seharusnya aku berada disuatu tempat, jauh disana, sibuk mencari pantai dengan sinar mataharinya yang hangat membalut sekujur tubuh dan bersama teman – teman lain, asyik berburu cewek – cewek pantai yang juga memiliki tujuan sama seperti kami, menikmati liburan semester dan musim dingin. 

Pemandangan di stasiun Paris.

Kesempatan mendengarkan kuliah terbuka ini adalah kesempatan langka.  Aku hadir sekalian untuk bertemu beberapa kawan - kawan lama dan juga Brother Hisyam, salah seorang dosen kami yang memiliki hubungan sangat dekat dengan aku. Sudah hampir 3 bulan  aku tidak bertemu dengan mereka karena kesibukan pekerjaan dan ujian semesteran. Kuliah terbuka ini diadakan di lantai 4 pada sebuah gedung baru kampus kami di dekat stasiun. Kuliah rencana dibuka pukul 7 malam.

Aku datang jam 7 kurang. Brother Hisyam dengan wajah yang sedikit berjanggut langsung menyambut dan menjabat  tangan aku erat - erat.

“ Thank to you, Brother, I am a happy man now.” Dia memulai sebuah percakapan dengan kami dihiasi wajahnya yang riang gembira.

“Hi, Congratulation! So you’ve married. This is a good news for me too, My Brother.  I am very happy. Good Luck to you. And may Allah blessed your marriage. I’m sure you’re wife will be proud of you. Give my best regard to your wife.” Jawabku singkat dan sopan dalam bahasa Inggris seadanya.

Brother Hisyam memelukku. Menepuk - nepuk punggungku. Hubungan kami hangat seperti saudara. Sepertinya ia bahagia sekali. Aku senang melihatnya begitu riang. Turut bersyukur akhirnya dia bisa menikah. Aku tak bisa bicara dan bercengkrama lebih lama, karena kuliah dari Dr. Maurrice akan segera di mulai.

Dr. Maurrice memaparkan kuliahnya. Dan banyak sekali mengupas tentang legenda mumi yang terkubur di dalam perut piramid yang ada di Mesir. Aku tidak begitu mengerti. Pernah aku membaca sebuah buku karya Dr. Maurice sendiri. Bukunya yang sudah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa adalah mengenai tafsir Al Quran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Di situ dipaparkan tentang penciptaan jagat raya ini yang belum selesai. Diujung jagad raya ini  yang jaraknya kira - kira 15 milyar tahun cahaya masih terjadi proses penciptaan baru. Masih terbentuk ruang - ruang baru dari yang tadinya tidak ada apa – apa menjadi suatu kehidupan baru yang penuh pengharapan.  Di kuliah terbuka ini aku justru baru mendapatkan begitu banyak informasi menarik tentang mumi para Fir’aun, yang disembunyikan di piramid – piramid mewah.

Piramid - piramid itu merupakan bangungan - bangunan tinggi menoreh langit  menjulang ke angkasa. Bukan istana tapi kuburan. Di kuburan itu mumi disimpan dan diawetkan. Supaya awet, mayatpun sejak dulu di Mesir sudah dibungkus rapat - rapat, begitu pikiran pendek aku menyimpulkan dan untuk hari ini, tepat jam sepuluh malam, kuliah pun usai.

Hari ini tanggal 15 Desember 2006. Tidak terasa sudah beberapa hari berlalu tanpa kejadian serius yang membuat hidup aku terjaga dari sebuah tidur lelap dan mimpi – mimpi yang indah.

Tanggal 15 Desember. Setengah bulan lagi tahun berganti menjadi tahun 2007. Usiaku akan bertambah. Jatah hidup di dunia ini otomatis berkurang. Oh, betapa cepat waktu melesat. Besok hari Sabtu. Libur akhir pekan. Hari ini tidak banyak aktivitas di kampus. Cuma kuliah dengan satu mata pelajaran saja. Lalu pulang. Jadi malam ini, aku bisa menulis agak panjang. Bisa menulis blog diary.

Hari - hari di musim dingin ini mulai terasa biasa. Ya, aku mulai terbiasa dengan suhu 5 - 10 derajat celcius. Terbiasa dengan pakaian bertumpuk – tumpuk membalut tubuh. Terbiasa dengan jaket tebal. Terbiasa dengan kaos tangan dan penutup kepala. Terbiasa mandi air hangat. Terbiasa dengan uap air yang keluar dari mulut setiap bernafas. Rasa dingin yang kadang mengiris tulang ini, kadang merepotkan. Butuh waktu buatku untuk menyesuaikan irama hawa tubuh. Itulah sebabnya mengapa di setiap musim dingin tiba, aku selalu merasa jengkel !

Entah kenapa ….. khayalanku melayang jauh ke masa silam, saat kami sekeluarga masih tinggal di negeri Sakura, Jepang.

Enam tahun yang lalu aku tinggal di Nagoya selama setahun. Tapi Nagoya tidak sedingin Kyoto. Salju pun tidak sebanyak di Kyoto. Namun musim dingin, dimanapun akan selalu menjadi kenangan tersendiri seperti masa – masa kecilku di kota ini yang sangat akrab dengan tumpukan – tumpukan putih yang sangat halus dan begitu dingin.

Sebenarnya aku sangat suka musim dingin, apalagi merasakan denyutan aneh saat mulai menginjak usia remaja dimana cinta sudah mulai menyerang ibarat indahnya salju dimana – mana serba putih dan menggetarkan kisi dalam hatiku.

Sama halnya dengan musim panas, musim gugur, musim semi, rasanya tidak jauh berbeda, perasaan ini selalu ada dan aku harus pandai – pandai untuk menemukan dimana dan dengan siapa ?

Tentu musim dingin di Jepang paling dingin.                                                                                                                     
Lalu khayalanku terbang ke Kyoto, seperti halnya di kota lain di Jepang, gaya berpakaian sangat atraktif. Sebentar, aku jadi ingat Harajuku Style. Ini adalah sebuah cara berpakaian anak - anak muda di distrik Harajuku, sebuah pusat youth culture di Tokyo. Cara mereka berpakaian sering menabrak kode - kode fashion yang jamak. Model, desain, tekstur, cutting, dan warna mereka buat untuk main – main sehingga menciptakan sesuatu yang indah dipandang mata. Tidak ada yang baku dalam berpakaian. Kebebasan berekspresi seperti halnya kita dihadapan Tuhan. Dari Harajuku, cara berpakaian ini menyebar ke penjuru dunia. Di musim dingin gaya berpakaian di Jepang tetap atraktif. Jangan kaget jika disuhu nol derajat celcius, ada saja gadis Jepang yang berok mini dan T - Shirt. Atau yang cowok hanya berjeans dan T-Shirt plus full zip vest. Fungsi, buat mereka nampaknya urusan kesekian. Yang penting gaya. Yang utama tampil beda. Khusus untuk sebagian besar wanita Jepang, cara dan gaya berpakaian adalah segalanya. Budget besar dikeluarkan untuk mengejar trend terbaru.

Sebagian besar wanita Jepang yang lain tampil dengan baju tebal dan segala pernik - perniknya. Nyaris tidak ada yang tampil biasa – biasa. Beragam mantel, dengan model coat, cardigan, rib turtleneck atau knitting dengan bahan wool, fur, fleece maupun leather berebut perhatian di jalanan. Ya, fashion street di Jepang sungguh hidup, riang dan berwarna. Seorang kawan dari Perancis, pusaran mode dunia, pun mengakui betapa menariknya catwalk jalanan di Jepang. Selain gaya berpakaian, musim dingin menjanjikan cerita soal keindahan alam. Aku paling suka melihat jatuhnya salju dari jendela di senjakala. Begitu romatis. Semuanya putih. Putih bersih. Aku sering mengkhayal sedang berada di negeri awan.

Pengalaman - pengalaman seperti itu memperkaya bathinku.

Aku bersyukur, disebagian hidupku, aku pernah mengalami banyak hal indah dalam usia yang sangat muda. Salah satunya pengalaman hidup di Jepang. Banyak hal yang aku pelajari soal bagaimana menghargai kehidupan di sana.

Aku beranjak dari lamunan panjangku, menuju tempat api unggun ruang tamu yang selalu menyala hangat, memberikan kenyamanan untuk berlama – lama tinggal disini entah hanya untuk melamun saja atau kegiatan rumah lainnya di musim dingin ini. Kartu undangan perkawinan Martha dengan seorang pemuda dari kota Nagoya Jepang, sempat mengagetkan dan mematikan semangat hidupku. Kubuang ke dalam nyala merah api unggun ….. bssb … bssssb …. bsss, dalam sekejap, hangus terbakar api.

Liburan musim dingin tanggal 23 Desember 2006 sampai tanggal 4 Januari 2007. Minggu depan kelas terakhir di kampus. Aku belum tahu mau liburan kemana. Belum ada rencana apa - apa. Mungkin malah cuma diam di rumah saja untuk menemani ayah menulis beberapa artikel untuk diposting segera di majalah tempat beliau bekerja. Untuk satu hal, ayahku sangat tidak disiplin sehingga kadang – kadang mengganggu jam deadline mereka. Sebenarnya aku merasa sedikit malu tetapi disisi lain, ayahku mempunyai tugas ganda di kantor, sehingga atasan mereka sepertinya maklum, juga ada aku, freelance writer mereka.

Sudah jam 10.56. Malam semakin kelam diluar rumah.

Entah kenapa tiba - tiba aku merasa kangen seseorang yang aku tidak tahu siapa, justru seharusnya saat ini aku patah hati berat karena mendapat sebuah berita buruk dari Martha, seorang gadis cantik yang sempat mencuri perhatian lebih dari aku dan membuat perasaanku berbeda dari hari – hari biasa.

I miss them much.

 

 

 

 

 

 

 

About The Author

Utamii 67
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel