Tuhan Bersama Mahasiswa "Semester Akhir"

11 Mar 2016 22:16 2580 Hits 1 Comments
Masihkah kita menganggap mahasiswa akhir semester “tidak” dekat dengan Tuhan ?

Hari-hari yang menyenangkan bisa bebas dari dedek gemes yang selalu menanyakan perihal wisuda. Rambut gondrong, muka kucel, serta bibir pecah-pecah. Tidak lantas memabukkan Ida Rani Ayunda untuk jatuh kembali dipelukan daku, karena sudah bersiap-siap datang ke KUA untuk melaksanakan ijab kabul. Lha, aku ijab apa ?

Rasa itupun gundah-gulanah layaknya kaum-kaum beragama yang sibuk membela Tuhan-nya masing-masing.  Demi menjadi yang paling agamis namun moralnya miris. Darah bercampur nanah siap untuk ditumpah dibumi.  Kurang keren pie ? Rebutan menjadi yang “paling” dekat dengan Tuhan memang menyibukkan diri kita.. Masyarakat yang pasif pun bakal terkena dampak negatifnya.

Lantas, seorang filsuf kenamaan mengeluarkan statement yang bikin kaum agamawan “darah tinggi”, bahwa Tuhan telah mati. Mak  jleb, mau di tafsir kan secara tekstual atau kontekstual itu urusan mereka yang masih rebutan Tuhan. Kalau yang tidak mampu, cukup rebutan barisan para mantan. Kalau tidak mau dikacangin sama dedek gemes yang sudah gebet kakak tingkat.

Keadaan runyam merebut Tuhan untuk sebuah kelompok. Membuat aku tergugah untuk meningkatkan intensitas ibadah. Mulai dari sholat lima waktu, sholat ba’diyah wa qobliyah, sholat tahajud, sholat dhuha, sholat istisqo, sholat jenazah, sholat tarawih, serta sholat ID pada waktunya yang disudah disepakati ulama setempat. Masih kurang tinggi ibadahnya ? Ya wes, saya tak menghadap dengan skripsi untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.

Keadaan skripsweet yang hampir selesai bukan menjadi ujung dari ribuan masalah yang menimpa diriku.  Masih ada saja dedek gemes yang nyeletuk “Mahasiswa Tingkat Akhir”. Terkadang mebuatku ingin mengajak makan beramai-ramai dikala dompet tidak kosong. Lalu kita semua diskusi mengenai “Mahasiswa Tingkat Akhir”. Berawal dari obrolan ngalor-ngidul, saya berencana akan mencela sambal mengeluarkan statement Tuhan Bersama Mahasiswa Semester  Akhir.

Kenapa statement tersebut harus di ucapkan dalam forum ?  Melihat keadaan dunia yang kedatangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) berujung kepada mahasiswa yang disuruh untuk ngebet lulus.  Tentu saja, mereka tidak mau menerima mentah-mentah slogan itu.  Karena jelas-jelas menghambat karir serta jodoh yang sudah kebelet pegang ijazah lalu ijabsah.  Mudeng Cah !

Tentunya, statement yang di ucapkan di forum tidak mungkin ada tindak lanjut. Jikalau tidak di ajukan di petisi change.org. Psikologi mahasiswa zaman Jokowi tentu berbeda jauh dengan “Pemalsu Supersemar”.  Kalau dulu kita berjuang untuk mendapatkan kebebasan di kampus kecuali “kebebasan untuk lulus cepat” sekarang justru dianjurkan untuk lulus cepat agar tidak bayar uang kuliah karena sudah Uang Kuliah Tunggal (UKT).  Ingat itu sistem !

Kalau mau menjadi junjungan para dedek gemes haruslah memilik wibawa dan motor satria. Kalau masih wibawa menaiki motor honda.  Kalah kece dengan para pemain film yang “mendidik” anak bangsa untuk main tamiya di jalanan.  Kalaupun itu kurang ajar, tapi itu menjadi dedek gemes semakin  tergila-gila dengan wibawa yang berjalan dengan satria.  Kalau masih honda jalan dengan anak-anak putih abu-abu.

Keadaan asmara yang tidak menentu, jelas membuat inkonsistensi dalam menggarap skripsweet.  Waktu normal hanya dua minggu harus menjadi dua tahun.  Masihkah kita menganggap mahasiswa akhir semester “tidak” dekat dengan Tuhan ?

Tags Ulasan

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel