Memori Perjalanan Meraih Mimpi (03)

24 Feb 2016 18:29 2406 Hits 0 Comments
Kemah di Jembangan bukan mengakhiri kebersamaan

sambungan .....  Memori Meraih Perjalanan Mimpi (02)

----------------------------------------------------------------------------------------------

Sesampai di Bumi Perkemahan Jembangan. Seluruh adik dan dewan kembali memperlihatkan parade akbar gotong royong. Ambil posisi untuk menurunkan barang-barang dari truk yang lain berada di bawah menata masing-masing barang sesuai jenis barang. Filosofi dalam ekstra pramuka dan PMR adalah  mengedepankan kemaslahatan bersama untuk tujuan bersama.

Terik matahari yang menyengat tidak menurunkan semangat anak-anak  untuk berjalan kesana-kemari mengambil barang untuk dikumpulkan di kavling yang telah disediakan. Terlihat cewe-cewe perkasa bahu-membahu mendirikan tenda parasit untuk ditempati selama tiga hari dua malam. Lengkap dengan pagar, gapura, serta pawon mini agar menjadi rumah tangga yang sakinah selama menjalani perkemahan.

Kami bersembilan tidak ambil pusing untuk urusan mendirikan tenda.  Sudah mendatangkan ahli strategi teknik sipil.  Muhammad Misbahul Munir, dengan pengalaman serta sudah malang melintang di dunia ke pramukaan. Yang lain mendapatkan komando untuk melakukan A, B dst.  Perawakannya yang kecil hampir sama dengan Aji.  Memiliki intelegensia tinggi untuk permasalahan perkayuan serta tata letak sesuatu.

Sinar itu semakin menyengat membakar semangat anak-anak untuk cepat-cepat merampungkan tenda dll.  Munir yang menyumbangkan seluruh tenaga dan pikiran untuk  membangun tenda, memudahkan yang lainnya untuk bekerja.  Kurang dari satu jam setengah tenda sudah bisa berdiri tegak bersama gapura dan pagar. Perkemahan bukanlah ajang menunjukkan individualitas melainkan kolektivitas yang harus di jaga terus menerus.

“Gimana de, sudah makan belum” tanya Kak Yasin.

“Sini, kak makan !” seru kami

Kak Yasin menjadi penanggungjawab regu kami selama di perkemahan.  Pada intinya segala sesuatu yang terjadi pada regu harus secepatnya dilaporka padanya.  Dia yang tadinya hanya melongok di diluar tenda, kemudian masuk untuk makan bersama dengan kami. Yadi yang begitu maknyos menikmati kering tempe di urab denga lauk-lauk gurih, tiba-tiba nyeplos.

“Sin, besok jangan galak-galak”

“Santai saja, kalian cukup ikut dan patuhi aturan mainnya.

Yadi yang semula meminta, tidak menghiraukan balasan dari Kak Yasin. Dia sibuk dengan  tanganya untuk meraih sesuap nasi diantara sembilan tangan yang ada. Tenda yang berwarna hitam, ikut memanaskan suasana di tenda. Sepeluh lelaki yag sedang melahap santapan siang, seperti orang habis kerja bakti. Nasi seperti di ombang-ambing kesana kemari untuk masuk ke lambung siapa. Perut keroncongan sudah terisi dengan ribuan bulir beras yang telah di nanak. Untuk menyejukkan suasana, bercengkrama dengan wanita-wanita di bawah pohon menjadi pilihan bagi kami. Kak Yasin melanjutkan tugas bersama dengan puluhan kakak dewan lain.

“Priiiit, Kepada Seluruh Adik Pramuka dan PMR. Siaaaaaaaaaap Grak !”

Berbincang-bincang cantik di bawah pohon yang rindang harus berhenti sejenak. Seluruh adik berbaris rapih demi tidak terkena “kuah” dari pengatur barisan. Upacara pembukaan akan di mulai, Kakak Haryoko membuka secara langsung kemah di Jembangan. Beliau menyampaikan mengenai manfaat perkemahan sembari berdo’a agar cuaca bersahabat.

“Sungguh beruntung adik-adik Pramuka & PMR mengikuti kemah di tahun ini.  Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh, mulai dari kerjasama dengan kawan, berbaur dengan masyarakat yang belum kita kenal, serta bercengkrama dengan alam. Mulai dari mata terbuka sampai mata tertutup. Indah sekali bukan adik-adik”

Upacara pembukaan ditengah lapangan dengan pancaran sinar matahari yang menyengat. Membuat beberapa peserta pingsan karena tak kuat dan kehabisan cairan tubuh. Kakak dewan sibuk menggiring ke  tenda-tenda terdekat untuk diberikan pertolongan pertama.

“Aku, pengen pingsang is” bisik Dewi yang baris disampingku.

“Tinggal jatuh aja, nanti dewan kerja ada yang kesini” balasku sambil memandang wajahnya.

Tiba-tiba langkah sepatu dari belakang mendekat padaku dan Dewi.

“Diam, ini masih upacara” sambil menampel tangan.

Aku tidak berani melihat siapa yang menampel  dari belakang itu. Tidak mau urusan bisik-bisik dengan Dewi menjadi hukuman. Ketakutan itu berubah menjadi keheranan, ketika Yadi yang berada di barisan paling berjalan ke belakang sembari memegang kepala. Dari kejauhan terlihat Kak Evie dan Kak Maryuni menghampiri Yadi yang jalan sempoyongan.  Sontak kami berdelapan melihat Yadi, yang sedang dibopong oleh dua bidadari cantik. Bak lirik lagu, indahnya dalam hati bisa beristri dua. Maknyus tenan cuk. Badanya yang besar, harus ditandu oleh wanita-wanita cukup tangguh. Mungkin Yadi, membayangkan singgasana raja sungguh menggairahkan. Sempoyongan saja disamperin oleh selir-selir, apalagi sedang segar bugar.

Tingkah laku lucu memang tak ubahnya menjadi hiburan yang membuat mata dan perasaan melampiaskan lewat tawa. Apalah daya, upacara mebuat segenap peserta untuk selalu dalam keadaan posisi siap sebelum aba-aba dari pimpinan. Manusia seperti, Yadi segelintir  orang yang membuat tingkah laku dan bicaranya menghibur.

……………………………………………………………………

(bersambung)

Tags Ulasan

About The Author

Fadli rais 42
Ordinary

Fadli rais

Pecinta mamah muda made in Indonesia
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel