Pelajaran Yang Bisa Diambil Dari RIM

18 Jul 2011 14:10 4695 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Dalam dunia kompetitif teknologi *mobile*, bagus tidaknya perusahaan diukur dari apa inovasi terbaru perusahaan tersebut. Karena hal itu, perusahaan di bidang ini mengalami naik dan turun dengan kecepatan yang mengejutkan. Termasuk dengan peristiwa jatuhnya Research in Motion (RIM) yang tahun ini dapat dikatakan di luar standar.

Dalam dunia kompetitif teknologi mobile, bagus tidaknya perusahaan diukur dari apa inovasi terbaru perusahaan tersebut. Karena hal itu, perusahaan di bidang ini mengalami naik dan turun dengan kecepatan yang mengejutkan. Termasuk dengan peristiwa jatuhnya Research in Motion (RIM) yang tahun ini dapat dikatakan di luar standar.

Saham RIM telah jatuh lebih dari 50% sejak Februari, dan pangsa pasar BlackBerry telah mengalami penurunan hampir di semua Negara. BlackBerry dulunya menjadi perangkat paling didambakan dan banyak digunakan oleh pengguna, hingga kedatangan iPhone milik Apple dan ponsel Android milik Google.

Bersaing dengan dua perusahaan besar ini memang cukup sulit bagi RIM. Tetapi jatuhnya perusahaan RIM tahun ini sebenarnya dikarenakan manajemen RIM yang telah membuat beberapa kesalahan serius sehingga mengakibatkan krisis pada perusahaan.

Berikut kesalahan RIM yang bisa kita analisa dan kita ambil sebagai suatu pelajaran penting:

Jangan Membuat Janji yang Tidak Bisa Ditepati

Pada tanggal 28 April, RIM menjanjikan investor keuntungan bersih sebesar $7.50 per saham pada tahun ini, hal ini mengacu pada produk baru BlackBerry yang akan tiba. Beberapa analis mempertanyakan pernyataan ini. Para analisis memperkirakan angka akan lebih ke $6 per saham. Kemudian ketika RIM mengumumkan laba kuartal pertama, RIM merevisi janjinya dan turun ke kisaran $5,25 per saham dan $6 per saham.

Hal ini terjadi karena janji keuntungan yang mengacu pada produk BlackBerry baru tersebut mengalami penundaan rilis. Pada tahun 2011 ini, di tengah kompetisi dengan Apple iPhone dan Google Android, penundaan rilis produk smartphone akan sama dengan matinya produk tersebut. Dan yang terjadi kemudian, saham RIM turun 27%, yang merupakan titik terendah RIM dalam lima tahun terakhir.

Jangan Merilis Produk Setengah Jadi

Penundaan rilis smartphone bertepatan dengan rilis penuh hambatan dari produk tablet RIM, yaitu PlayBook. Pada tahap perkembangannya, PlayBook menerima banyak pujian awal dari para reviewer. Tapi setelah dirilis, akibat terlambat dan masih setengah jadi, review berbalik arah.

Hal yang paling mengecewakan para reviewer adalah tidak adanya layanan email, yang merupakan kelebihan smartphone BlackBerry. Akibatnya, penjualan awal PlayBook jatuh dengan sangat cepat. PlayBook akhirnya memiliki kesan sebagai tablet yang dipaksakan turun ke pasar untuk bersaing dengan iPad.

Lebih Baik Menggandeng para Pengembang daripada Mengasingkan Mereka

Pada akhirnya, sebuah mobile platform akan menjadi bagus dan digemari apabila banyak aplikasi yang mendukung platform tersebut. Hal itulah yang tidak dilihat oleh RIM, dan seakan tidak memperhatikan peran pengembang aplikasi.

Setelah banyak pengembang aplikasi yang berpindah ke iOS dan Android, karena kedua platform ini memberi kemudahan dengan menyediakan tools untuk para pengembang aplikasi, baru *lah RIM menyadari hal tersebut. RIM berupaya untuk memperbaiki hubungan dengan para pengembang aplikasi dengan mengumumkan bahwa platform RIM juga akan mendukung aplikasi Android, namun nampaknya strategi ini sudah terlambat dan tidak menarik bagi para pengembang aplikasi.

Jangan Menyerang Kritikus, dan Jangan Melihat kritik dengan Sensitifitas Pribadi

Situs berita teknologi, Boy Genius Report, pernah menerbitkan "open-letter" yang diterimanya dari sumber tanpa nama yang menyatakan diri sebagai salah satu eksekutif RIM. "Open-letter" tersebut berisi saran untuk RIM yang berisi satu poin yang menjatuhkan RIM. Intinya surat tersebut berisi: "Apple menguasai pasar smartphone dengan strategi fokus kepada konsumer bukan pada operator telekomunikasi, strategi yang fresh dari CEO berpengalaman".

RIM menanggapi hal ini dengan cara yang keliru menurut standar PR (Public Relation), bahkan bisa dikatakan respon RIM merupakan "tamparan". RIM menjawab saran yang ditujukan padanya itu dengan serentetan sangkalan. Dan menyatakan penulis "open-letter" tersebut palsu dan mempunyai maksud tersembunyi lain.

Tanggapan RIM ini kemudian mengundang banyak kritik lain dari masyarakat, dan juga dari dalam perusahaan RIM sendiri. Tanggapan RIM ini membuatnya nampak arogan dan "out of touch".

Jangan Menganggap Loyalitas sebagai Hal yang Remeh

Poin ini menggaris bawahi poin-poin lain diatas. Baru beberapa tahun yang lalu, RIM telah berhasil membangun suatu loyalitas dengan pengguna, karyawan perusahaan, dan investor. Kondisi adanya suatu loyalitas ini juga hampir memenangkan perhatian pengembang aplikasi. Tetapi yang terjadi pada beberapa bulan kemarin, seperti yang disebutkan pada tiap-tiap poin diatas, RIM mengikis semua loyalitas tersebut. RY

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel