Plus Minus Memasang Foto di Media Sosial

29 May 2017 05:05 2179 Hits 0 Comments
Sebelum memutuskan pasang foto atau tidak baca dulu yang satu ini!

Kalau kita perhatikan, di media sosial (medsos) sebagian orang memasang foto diri atau keluarganya dan sebagian lainnya tidak. Di antara yang memasang itu ada yang fotonya tampak muka, tampak punggung, full body tapi biasa saja, berhijab biasa, bercadar, atau bahkan foto telanjang/tidak pantas.

 

Orang memasang foto tujuannya bisa bermacam-macam. Terkadang kita merasa aneh jika berhubungan dengan seseorang tapi tidak ada fotonya. Selain itu, foto juga membuat kita mudah dikenali. “Oh, mbak ini yang cirinya begini”, “Mas itu yang cirinya begitu”. Seperti itu. Terutama bagi yang asing ya, akan kebingungan kalau tidak ada fotonya. Ketemu di jalan tidak bisa nyapa karena tidak tahu orangnya. Pendek kata, keberadaan foto ini memudahkan urusan. Untuk teman lama atau orang-orang yang pernah kita kenal sebelumnya, foto membuat kita mudah diingat. Apalagi jika sudah lama tidak bertemu. “Yang mana sih anaknya?” Lupa mode on.

 

Di kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk sosial ingin terhubung dengan orang lain. Termasuk juga menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu mereka berbagi foto untuk membangkitkan kenangan, berbagi kabar/kebahagiaan, dan sebagainya. Dari berbagi foto tadi sedikit banyak kita akan tahu oh perkembangan kehidupan Si “Ini” itu seperti itu. “Wih tambah ganteng ya”, “Sudah punya anak ya”, “Tambah ‘Makmur’ ya”, dan sebagainya.

 

Sebagai bonus, bisa juga memasang foto membuat kita mendapatkan jodoh. Bisa aja khan?

 

Di sisi lain, jangan lupakan pula sisi negatif dari memasang foto di medsos. Ada beberapa hal yang perlu kita waspadai, misalnya:

 

  1. Terkena mata ‘ain

Mata ‘ain ini pandangan mata yang bisa menyebabkan kerusakan, seperti membuat sakit, membuat perpecahan di antara 2 orang, membuat sial terus, membuat bayi rewel terus, membuat barang rusak, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Jadi, hati-hati ya. Misal pasang foto bayi, diri sendiri, barang-barang, atau lainnya berisiko terkena mata ‘ain.

 

  1. Menjadi sarana ilmu hitam

Ilmu hitam yang dimaksud misalnya pelet, sihir, atau santet. Ilmu-ilmu tersebut bisa dilakukan melalui perantaraan foto. Seorang kenalan pernah mengabarkan, dia memiliki teman wanita yang mengalami kejadian naas karenanya. Entah bagaimana ilmu hitam itu membuat wanita tersebut hilang kesadaran sehingga bisa difoto-foto bugil oleh si pelaku. Bukan tidak mungkin juga kemudian berujung menjadi dipaksa melayani berhubungan s*ks, dibuat menjadi video porno, atau dijadikan pelac*r.

 

  1. Diculik

Kasus ini pernah menimpa seorang anak. Saat itu facebook ibunya sudah dipantau terus oleh si pelaku. Tanpa disadari dia memberikan data-data yang dibutuhkan pelaku untuk beraksi. Ketika tiba di suatu tempat (seingat saya mall) dengan anaknya, maka si pelaku mulai berusaha melancarkan aksinya. Dia berusaha untuk menculik anak tersebut.

 

  1. Di-hack

Baru-baru ini saya menemukan fakta yang tidak terlalu menyenangkan untuk didengar beberapa orang, terutama bagi mereka yang suka berfoto gaya peace (telunjuk dan jari tengah membentuk huruf “V”). Wah, saya juga suka lho padahal gaya seperti itu! Ternyata nih, berfoto dengan gaya peace membuat akun kita rawan di-hack. Hal itu disebabkan karena sidik jari kita terekspose oleh mereka. Walaupun hanya melalui foto ternyata sidik jari tadi bisa tampak jelas bagi mereka, lalu disalahgunakan untuk melakukan hacking.

 

  1. Bahan otak mesum (omes)

Biasanya poin 5 ini dilakukan oleh pria. Hal itu karena “setelan” mereka secara alami berbeda dari wanita, cenderung memikirkan s*ks. Korbannya bisa menimpa siapa saja, tetapi sepertinya yang paling berpotensi ya yang semok tentunya (seksi dan montok). Apalagi kalau pakaiannya atau gayanya menggoda. Bisa-bisa jadi bahan fantasi on*ni. Lebih parah lagi, ada yang diambil lalu ditaruh di situs porno untuk bahan omes bersama. Hiy ... ngeri.

 

  1. Dijual

Kalau yang ini pernah menimpa artis kita. Kebetulan waktu itu kasusnya bayinya yang dijual. Tapi tidak menutup kemungkinan ya walaupun kita orang baik-baik foto kita diambil lalu ditaruh di situs-situs wanita/pria yang dijual (sebagai “penghibur”).

 

  1. Di-download sembarangan

Foto yang sudah dilempar ke publik tidak terjamin keamanannya. Dia bisa didownload atau di-screenshoot oleh siapa saja. Kita tidak akan tahu siapa saja yang melakukannya. Pun, tidak bisa membatasinya. Seolah-olah sudah menjadi milik umum.

 

  1. Di-share sembarangan

Serupa dengan poin 5 dan 7 sih. Intinya, foto kita bisa disebarluaskan kemana saja dan kepada siapapun tanpa sepengetahuan kita. Juga, tidak perlu seizin kita.

 

  1. Dicuri untuk penipuan

Seorang wanita pernah mengunggah video klarifikasi. Di situ dia bercerita kalau fotonya disalahgunakan oleh (kalau tidak salah penjual online) penipu untuk menipu korbannya. Jadi para korban itu protesnya ke dia, padahal dia tidak ikut menipu/tidak tahu-menahu.

 

  1. Bisa menjadi dosa

Nah, ini juga tidak boleh diremehkan. Foto-foto tertentu berpotensi menjadi dosa, misalnya foto dengan pakaian ketat/transparan/seksi, foto dengan gaya menggoda, foto vulgar/mesum, dan sebagainya. Dosa tadi sedikit demi sedikit bisa menjadi bukit. Dosa lho ya, menjadi bukit. Iya kalau uang yang menjadi bukit. Ini dosa lho, dosa. Ngeri kan kalau dosa menjadi bukit.

 

Yah, kurang lebih seperti itu keuntungan dan kerugian memasang foto di dunia maya. Masing-masing sudah tahu kan risikonya? Risiko ditanggung penumpang, eh salah, ditanggung sendiri-sendiri.

 

Sumber gambar: Kompas Tekno

Tags

About The Author

Dini Nuris Nuraini 39
Ordinary

Dini Nuris Nuraini

penulis, blogger

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel