Friendster, Belajar Dari Perjalananya

23 Oct 2015 08:25 3152 Hits 0 Comments
Friendster, mengenang masa kejayaanya.

Friendster, Belajar Darinya

Kejayaan segala sesuatu memang tidak selamanya dapat dipertahankan, hal ini tidak hanya terjadi pada manusia, namun juga suatu perusahaan dan layanan di dunia maya.

Layanan social media yang sangat popular di awal tahun 2000-an, Friendster, harus berjuang keras mempertahankan eksistensinya meskipun akhirnya berakhir tragis.

Situs jejaring social yang  didirikan oleh Jonathan Abrams pada tahun 2002, saat ini sudah tidak terdengar lagi gaungnya.

Ya, kejayaan friendster selama satu dekade, akhirnya harus berakhir, saat ini situs Friendster sudah tidak bisa diakses lagi. Friendster tampaknya memiliki kendala dalam hal teknologi yang dimilikinya.

Friendster, Belajar Darinya(Tampilan ketika kita mengunjungi situs Friendster)

Sebelum kemunculan Facebook, Friendster sejatinya sudah berencana untuk mengeluarkan fitur News feed untuk lingkungan kampus, layanan ini disebut dengan “friendster college”. Tidak hanya itu, Friendster juga berencana menciptakan tools “Friendster social graph” dan juga layanan platform layanan music.

Friendster dibuat dengan tujuan, agar para pengguna dapat saling melihat profil masing-masing. Jaringan keterbukaan profile menjadi pijakan situs jejaring Friendster tersebut. System pertemanan di Friendster mirip dengan jaringan bisnis MLM, apabila kita memiliki teman di akun Friendster maka kita akan masuk ke jaringan teman kita tersebut.

Awalnya, Friendster mendapat suntikan dana cukup besar dari investor, yaitu sebesar USD 13 juta, dan juga merekrut professional bisnis mantan presiden stasiun NBC entertainment, Scott Sassa. Sampai tahun 2006, Friendster berhasil mengumpulkan 20 juta penggunanya, namun dalam perkembangannya, jumlah pengunjung Friendster semakin menunjukkan angka penurunan.

Friendster bisa jadi adalah penggagas situs social media baru era modern, namun dengan kehadiran Facebook dan Twitter, dengan segala kelebihan yang dimilikinya, semakin menenggelamkan Friendster.

Akses ke situs jejaring Friendster diketahui lebih lambat dibandingkan ketika kita mengakses Facebook maupun Twitter, itulah salah satu keunggulan kedua situs media social. Tampilan juga menjadi daya tarik dari Facebook, kesederhanaan Facebook membuat pengguna lebih nyaman. Kelebihan yang lain dari Facebook adalah real time chatting, notifikasi dalam Facebook lebih cepat dibandingkan Friendster.

Dijaman serba instant seperti sekarang ini, orang memang membutuhkan kesederhanaan dan kecepatan, dua poin itu sepertinya menjadi kekuatan tersendiri bagi layanan berbasis internet.

Meskipun saat ini Friendster sudah tidak eksis lagi, namun tahun 2000-an, orang bisa dikatakan belum gaul kalau belum memiliki akun Friendster. 

About The Author

wan 66
Expert

wan

Mencoba Hobi tulis menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel