Bermimpilah Selagi Gratis

19 Mar 2016 21:20 3251 Hits 0 Comments
ilustrasi

Tiba-tiba kaki sebalah kanan ini ingin terus menginjak pedal gas dan memacu mobil hitam  dengan kecepatan yang maksimal, bak pembalap F1 di sirkuit. Namun rasa keinginan itu sengaja saya tahan biar perjalanan lebih terkesan nikmat dan suasana di dalam mobil jadi lebih romantis, apalagi diiringi rintik hujan yang terus membasahi jalanan.

Kala itu waktu menunjukkan malam, apalagi ketepatan malam Minggu. Maklum, anak muda, malam Minggu memang malam yang selalu dinanti, dan katanya malam yang panjang (tidak termasuk jomblo). Tidak begitu jelas panjang dalam hal seperti apa, padahal kalau hitungan waktu dengan malam-malam yang lain tetap sama, meskipun jarum jamnya mati.

Udahlah tidak perlu mendebatkan masalah panjang pendeknya waktu di malam Minggu, kesannya nanti malah menyinggung para remaja-remaja yang sedang menikmati malam Minggu dengan pasangannya (karena malam minggu yang panjang hanya milik kaula bukan jomblo).

Kembali ke romantisme di dalam mobil tadi,  malam itu merupakan perjalanan malam ke luar kota. Sengaja memilih liburan ke luar kota, biar tidak bosan dengan suasana penat di perkotaan. Nah pedasaan memang pas kala itu untuk menjadi pilihan berlibur.  Dalam mobil ini diisi  4 penumpang, termasuk sopirnya. Dan kebetulan sopirnya saya sendiri.

Malam itu memang hujan deras di sepanjang perjalanan. Suasana dinginpun terus saja mengumpul dan menyelimuti tubuh. Ditambah lagi dinginnya Air Conditional (AC) yang terus saja berhembus di dalam mobil. Dua penumpang yang berada di kursi belakang sudah tidak dapat diajak koordinasi, lelap matanya yang sudah menyatu tidak tertahan lagi.

Tinggal saya sendiri yang waktu itu mengemudikan mobil, beruntung saat itu, masih ada yang setia untuk menemani perjalanan panjang saya yang cukup melelahkan. Ya, perempuan (anggap saja pasangan saya) yang duduk di kursi bagian kiri itu tetap setia, meski terkadang terlihat “mangguk-mangguk” karena kantuk. Ibarat rumah tangga, perempuan itu bagaikan ibu rumah tangga yang selalu setia melayani kepala rumah tangganya.  

Meskipun sudah larut malam dan kepala rumah tangga belum juga pulang, ibu rumah tangga masih setia menunggu sampai kepala rumah tangga pulang dan tidak jarang sampai ketiduran karena setianya menunggu kepala rumah tangga pulang dengan keadaan utuh dan selamat.

Selain itu, dikala sang kepala rumah tangga dilanda lapar tengah malam, ibu rumah tangga rela bangun dari mimpi indahnya sekadar untuk membuatkan mie instant atau makanan penggajal lainnya. Bagaimana rasanya menjalani kehidupan yang romantis dan penuh perhatian seperti itu.

“Heemmmm,, pasti dunia bagaikan milik berdua, yang lainnya nge kos.”

Kembali ke suasana mobil yang dingin-dingin romantis tadi, berhubung perjalanan  masih lama, dan sudah waktunya untuk mengisi bahan bakar mobil, saya pelankan laju mobil sambil melihat rambu-rambut penunjuk “toko” yang menyediakan bahan bakar, tidak terlalu jauh, ternyata di depan, sekitar  50 meter ada “toko” bahan bakar yang buka 24 jam. Saya belokkan setir mobil ke arah “toko” tersebut dan berhenti sekitar 5 menit untuk memberi “minum” mobil biar tidak kehausan, karena kalau tidak   ujung-ujungnya nanti ngambek dan mogok di jalan.

Masih diiringi suasana hujan. Selagi tenaga ini masih kuat, saya injak terus padal gas mobil ini, hingga pada titik tujuan awal saya tuju. Setelah berhenti dari “toko” bahan bakar, sepertinya kondisi jalan mulai kurang bersahabat dan penuh dengan genangan air. Dengan nada penuh perhatian, perempuan (anggap saja pasangan saya) di sebelah kiri saya mengingatkan untuk berhati-hati.

Dan benar, apa yang dikatakannya, belum juga perkataannya hilang dari telinga, kaca mobil  bagian depan terkena air yang menggenang di jalan karena mobil yang melaju kencang dari samping dan menerobos genangan air yang terlalu dalam.

“cratttttttt”  kaca depanpun penuh dengan air hujan yang berwarna kecoklatan karena sudah tercampur dengan tanah. Dan seoalah air itu menembus ke dalam mobil dan membasahi seluruh badan. Kipas kacapun tidak mampu menangkalnya. Dan benar saja, ternyata airnya benar-benar membasahi tubuh saya yang lagi enak-enak menyetir ( meski aslinya sedang enak-enak tidur di kamar).

“waduhhh,,, gendenge bocor, dadi teles kabeh, ganggu ngimpiku wae sek lagi separuh main.”

Jadi, sebenarnya cerita panjang lebar di atas hanyalah mimpi, mimpi yang gratis tidak perlu bayar, apalagi pakai ngutang segala. Apalagi ngimpinya digabung dengan menghayal, akan lebih cocok. Ibarat mie rebus, ditambah telur ayam dan suwiran ayam goreng... Wkwkwk.. Jadi semuanya itu hanya mimpi..);

 

 

Tags

About The Author

Abdus Salam 36
Ordinary

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel