Review Film 3 (Alif, Lam & Mim), Film Berkualitas Yang Terjegal

20 Apr 2016 17:09 16863 Hits 2 Comments

Menonton film 3 (Alif, Lam & Mim) bagi saya seperti bukan menonton film Indonesia kebanyakan. Ide cerita yang berani (agama dan politik), materi cerita yang berlapis (kisah cinta, persahabatan, dendam, kehilangan, konspirasi, pengkhianatan), tema cerita yang futuristik (masa depan tahun 2036), akting para pemain yang juara, visual effect yang canggih didukung adegan silat slow-motion yang super keren, eksekusi akhir cerita yang menggantung, dan masih banyak lagi kelebihan lain menjadikan film 3 (Alif, Lam & Mim) sebagai salah satu film berkualitas Indonesia di tahun 2015 yang layak mendapat acungan jempol.

So, kenapa ya film yang begitu berbobot ini justru jeblok di pasaran?

 

Menonton film 3 (Alif, Lam & Mim) bagi saya seperti bukan menonton film Indonesia kebanyakan. Ide cerita yang berani (isu agama dan politik), materi cerita yang berlapis (kisah cinta, persahabatan, dendam, kehilangan, konspirasi, pengkhianatan), tema cerita yang futuristik (masa depan tahun 2036), akting para pemain yang juara, visual effect yang canggih didukung adegan silat slow-motion yang super keren, eksekusi akhir cerita yang menggantung, dan masih banyak lagi kelebihan lain menjadikan film 3 (Alif, Lam & Mim) sebagai salah satu film berkualitas Indonesia di tahun 2015 yang layak mendapat acungan jempol.

Berdasarkan rating yang diberikan IMDb (Internet Movie Data base), film ini mendapatkan rating 8,8 dari 10 dan berada di rangking 1 (pertama) sebagai Film Indonesia dengan rating tertinggi sepanjang masa versi IMDb (sumber : http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00106926.html).

Review Film 3 (Alif, Lam & Mim), Film Berkualitas Yang Jeblok Di Pasaran.

Film 3 juga berhasil mendapatkan 5 (lima) nominasi Piala Citra pada FFI 2015 (kategori visual effect, penata suara, penulis skenario asli, pemeran anak-anak dan pemeran pendukung pria, sumber http://www.muvila.com/film/artikel/nominasi-piala-citra-ffi-2015-adu-senior-dengan-junior-1511135-page1.html) meskipun akhirnya tidak membawa pulang piala sama sekali.

Film 3 bercerita tentang Indonesia di masa depan tahun 2036. Saat itu negara kita telah menganut faham liberal dan menganggap agama sebagai pemicu kebencian dan kekerasan, khususnya agama Islam. Saat itu agama Islam sudah menjadi minoritas. Di satu sisi, media informasi menyorot gerak-gerik aparat keamanan agar tidak kecolongan melakukan pelanggaran HAM, tapi di sisi lain, ruang untuk kegiatan beragama semakin sempit, menjalankan ibadah dianggap tabu, bahkan tempat-tempat komunitas agama dianggap sebagai sarang terorisme.

Tiga tokoh utama yaitu Alif (Cornelio Sunny), Herlam (Abimana Aryasatya), dan Mimbo (Agus Kuncoro) adalah tiga sahabat dari perguruan silat yang sama sewaktu mereka remaja, namun revolusi mengubah segalanya. Perguruan silat mereka ditutup, dan ketiganya memilih jalan hidup masing-masing. Alif menjadi aparat keamanan anti teroris, Herlam menjadi jurnalis dan Mimbo menjadi seorang ustadz di sebuah pondok pesantren. Lewat peristiwa pemboman di sebuah kafe yang hampir membunuh Alif, ketiga sahabat itu dipertemukan kembali.

Yang menarik, pertemuan antara ketiga sahabat justru melalui kecurigaan Alif kepada Mimbo yang menganggap bahwa pengeboman dilakukan oleh kelompok radikal bersorban di pondok pesantren tempat Mimbo menjadi ustadz. Mereka pun sempat berkelahi. Herlam terusik dan berusaha mencari kebenaran di balik kasus ini, namun ia pun harus membayar harganya. Ia kehilangan istrinya (Tika Bravani) dan hampir saja kehilangan anaknya.

Sedikit demi sedikit misteri mulai terkuak, ketiga sahabat akhirnya bersatu kembali, dan ternyata mereka berhadapan dengan konspirasi yang lebih besar dan melibatkan kelompok yang lebih besar pula. Film semakin menarik karena dibumbui oleh kisah cinta yang terhalang antara Alif dengan Laras (Prisia Nasution) yang ternyata adalah anak dari Kolonel Mason (Piet Pagau), Boss Alif yang juga ikut bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi. Adegan mengharukan terjadi saat keduanya diracuni oleh Kolonel Mason, Laras memutuskan mengorbankan dirinya dengan menyuntikkan penawar racun yang cuma satu ke kaki Alif. Akhir cerita film juga menarik, karena cerita dibuat menggantung dan seolah-olah film ini akan ada kelanjutannya.

Setelah menonton filmnya dan membandingkan dengan kualitas dan prestasi yang didapat, rasanya sebanding dan saya cukup puas karena ternyata prediksi saya tidak salah.

Review Film 3 (Alif, Lam & Mim), Film Berkualitas Yang Jeblok Di Pasaran.

sumber gambar dari google image

Namun begitu saya membandingkan dengan kuantitas atau jumlah penonton yang menonton 3 di bioskop, ternyata sangat jauh dari yang dibayangkan. Informasi yang didapat dari sumber berikut ini, http://www.bintang.com/celeb/read/2347580/data-penonton-23-oktober-2015-komedi-masih-betah-jadi-jawara, update sampai dengan 23 oktober 2015, film 3 meraih sekitar 124.150 ribu penonton dalam tiga minggu pemutaran, awal yang baik sebenarnya. Namun setelah 23 oktober, saya kesulitan mencari update film ini. Usut punya usut, ternyata setelah tanggal tersebut film ini diturunkan dari bioskop alias tidak diputar lagi. Saya sendiri tidak menontonnya di bioskop, tapi dari seorang yang baik hati yang mengunggah ke Youtube. Bukan saja masa penayangan di bioskop yang singkat, namun saat diputar pertama kali di salah satu televisi swasta, film ini bahkan mengalami banyak adegan penting yang kena sensor sehingga mengganggu keutuhan cerita.

So, kenapa ya film yang begitu berbobot ini justru terjegal atau kalau boleh dikatakan ada yang menjegal?

Masa tayang di bioskop yang singkat sementara animo masyarakat yang tinggi pada awal penayangan tentu saja membuat banyak orang curiga. Banyak pihak memprediksi bahwa film ini sengaja dihambat karena dianggap mengganggu kepentingan kelompok tertentu. Hal ini sangat menarik perhatian saya, sehingga saya memutuskan untuk menguraikan hal-hal apa saja yang ditakutkan oleh beberapa kalangan itu dari film hebat ini.

1. Isu Paham Liberalisme Yang Menggantikan Paham Negara Yaitu Pancasila

Film 3 mengisahkan Indonesia telah menjadi Negara Liberal pada tahun 2036. Pengertian Negara Liberal dapat diartikan bahwa paham negara kita yang saat ini adalah Pancasila berarti menurut film ini pada tahun 2036 nanti bukan lagi Pancasila, melainkan paham Liberal. 

Hal ini tentu saja tidak mungkin, meskipun untuk komoditas film. Inilah yang menurut saya menjadi "dasar malapetaka" film ini yang saya yakin bukan maksud dari sutradara maupun produsernya untuk menggantikan Pancasila sebagai Paham/Dasar Negara. Ditakutkan jika film 3 dibiarkan terlalu lama beredar, mungkin saja dapat mempengaruhi cara pandang yang menontonnya terhadap Pancasila, terutama generasi remaja saat ini, yang masih rentan dan gamang serta mudah terpengaruh.

2. Isu Keterlibatan Aparat/Intelejen Negara Terhadap Konspirasi Besar

Dalam film ini sebenarnya dikisahkan bahwa pada tahun 2036 Indonesia hidup dalam paham liberal yang damai, aman dan tenteram setelah sebelumnya pada tahun 2026 terjadi revolusi besar-besaran. Namun ada "orang-orang" yang membenci kedamaian tersebut dengan menciptakan rekayasa atau konspirasi besar yaitu mengadu domba pemerintah dengan sekelompok orang bersorban yang disetting sebagai pengacau/teroris yang ditakutkan dapat menggantikan paham liberal dan dikhawatirkan akan terjadi lagi revolusi seperti sepuluh tahun yang lalu, sehingga harus dibereskan kembali oleh pemerintah sebagai penguasa negara.

Film ini mengungkap bahwa "orang-orang" yang dimaksud ternyata adalah aparat/intelejen negara sendiri yang dibuktikan dengan keterlibatan Kolonel Mason sebagai pemimpin datasemen antiteror, dan di atas Kolonel Mason ternyata masih ada lagi.

Ini juga menjadi bagian yang sensitif dari film ini. Film 3 seolah-olah berpesan bahwa terorisme yang terjadi adalah settingan dari aparat /intelejen negara. 

Review Film 3 (Alif, Lam & Mim), Film Berkualitas Yang Terjegal.

sumber gambar dari google image

3. Isu Pelanggaran HAM  

Film 3 juga membahas tentang pelanggaran HAM, yang pada film ini pelanggaran HAM terjadi pada orang-orang berjubah dan bergamis, yang dilarang makan di tempat umum, disudutkan dan tempat pesantren direkayasa sebagai sarang teroris. Adegan pengeboman Cafe Candi dipakai untuk membentuk opini bahwa benar para santri adalah teroris yang harus segera ditangkap. Pada akhir film memang dijelaskan bahwa pelanggaran HAM atas nama agama yang terjadi sebenarnya hanyalah rekayasa dari intelejen negara.

Opini masyarakat dalam film ini dikhawatirkan akan terbawa pada kehidupan nyata bahwa seolah-olah benar kalau orang-orang bergamis atau para santri adalah teroris. 

4. Banyak Komentar-komentar Yang Verbal

Film 3 memang terbilang penuh dengan komentar-komentar verbal dan gamblang tentang agama, politik, sosial, hukum, media, teknologi, konspirasi, bahkan cinta. Satu dialog yang bikin panas telinga adalah, “Orang Islam cuma tahu bahasa kekerasan, anarkis, mental preman”. Belum lagi kalimat yang diucapkan oleh tokoh misterius yang diperankan oleh Tanta Ginting yang berkata pada Alif “Pasti kamu berpendapat kami (datasemen anti teror/aparat negara) ini Iblis Lif, membuat perang dan kekacauan membunuhi semua orang. Kami memang Iblis Lif, kehadiran kami ini diperlukan karena hal buruk itu perlu untuk menciptakan kebaikan, kamilah yang mengendalikan”.

Banyaknya tokoh-tokoh yang secara gamblang mengucapkan kalimat yang menyudutkan agama, atau menyiratkan keterlibatan aparat dan lain sebagainya, ditakutkan akan membentuk opini atau pandangan skeptis bahwa seolah-olah hal itu benar-benar terjadi. 

Dari keempat isu di atas tadi, menurut saya mungkin saja yang membuat film ini harus "dikebiri". Sungguh sangat disayangkan. 

Pada akhirnya kita semua hanya bisa berharap bahwa masih ada harapan untuk perkembangan film Indonesia ke arah yang lebih baik lagi dan buat para pembuat film agar tidak kapok untuk tetap membuat film bermutu meskipun jalannya tidak selalu mulus. Hidup Film Indonesia!

About The Author

Arya Janson Medianta 46
Ordinary

Arya Janson Medianta

0813 7652 0559 (WA) Arya_janson@yahoo.com

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel