Tetap Terkoneksi Meskipun Berada Di Alam Bebas

16 May 2011 13:55 5410 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Kegiatan mendaki gunung atau acara *camp* di alam bebas merupakan kegiatan yang menyenangkan. Salah satu hal yang menjadi "*stigma*" masyarakat saat akan mengikuti acara semacam ini adalah bersiap untuk kehilangan kontak dengan orang lain, karena tidak berfungsinya ponsel di alam bebas tapi hal ini tidak berlaku di Gunung Everest.

Kegiatan mendaki gunung atau acara camp di alam bebas merupakan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan ini oleh sebagian masyarakat dijadikan sebagai hobi, dan umum dijadikan sebagai ajang gathering oleh suatu kelompok. Salah satu hal yang menjadi "stigma" masyarakat saat akan mengikuti acara semacam ini adalah bersiap untuk kehilangan kontak dengan orang lain, karena tidak berfungsinya ponsel di alam bebas.

Setiap perguruan tinggi sering mengadakan acara gathering mahasiswa yang berlokasi di alam bebas. Organisasi pecinta alam universitas menjadikan pendakian gunung sebagai kegiatan rutin mereka. Tidak berfungsinya ponsel di alam bebas dan putus hubungan dengan masyarakat menjadikan kegiatan ini memiliki resiko yang berbahaya.

Oktober tahun lalu operator ponsel Ncell dari Nepal diberitakan telah menginstal jaringan 3G di base camp Gunung Everest. Inovasi Ncell pun dimanfaatkan oleh Samsung, minggu lalu seorang pendaki gunung terkenal mengirim tweet dari puncak gunung Everest yang berisi tweet pertama dari puncak Everest menggunakan Samsung Galaxy S II.

Cuplikan berita tersebut menarik untuk dibahas apabila dibandingkan dengan berita yang sering terjadi tentang hilangnya pendaki gunung seperti "Lima Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta Hilang di Gunung Slamet", atau "Dua mahasiswa UI Hilang di Gunung Gede Pangrango", atau berita yang paling populer tentang "Tujuh Mahasiswa Yarsi Hilang di Gunung Salak", meskipun berita mahasiswa Yarsi ini ternyata hanya karena salah komunikasi.

Bayangkan apabila pendaki masih bisa nge-tweet atau update status Facebook saat sedang mendaki gunung. Ponsel berfungsi seperti biasa dan penjelajah alam bisa leluasa untuk menelpon, SMS, dan Online. Kemungkinan hilang atau tersesat selama berhari-hari tidak akan terjadi. Namun memang resiko yang terjadi tidak hanya akibat dari tidak adanya fasilitas, tetapi juga dari pendaki itu sendiri.

Tidak berfungsinya ponsel di alam bebas bagi beberapa orang merupakan suatu privilege bagi mereka. Pecinta alam biasanya memang ingin "putus hubungan" untuk sementara, mereka ingin lebih menyatu dengan alam. Seperti pada film 127 Hours, berdasarkan kisah nyata, tentang seorang penjelajah lembah berbatu. Sang penjelajah merasa sudah sangat hafal dengan lembah tersebut dan memutuskan menjelajah sendiri dengan tidak membawa perangkat komunikasi apapun.

Tetapi hal yang tidak terduga bisa saja terjadi apabila berhadapan dengan alam bebas. Sang penjelajah mengalami kecelakaan terperosok dan terjepit di antara tebing berbatu tanpa bisa bergerak selama 127 jam.

Bagi masyarakat lainnya, tidak berfungsinya ponsel di alam bebas merupakan kendala bagi mereka. Karena mereka merasa tetap ingin dan perlu untuk terhubung dengan "peradaban" sementara mereka sedang bebas mengeksplor alam. Hal itu selain karena keperluan sehari-hari, mereka juga ingin meminimalisasi resiko hilang atau tersesat seperti yang banyak diberitakan di media masa.

Selain GPS yang dapat membantu apabila kita berhadapan dengan alam bebas, terbukti sinyal ponsel dapat banyak membantu kita. Seperti contoh mahasiswa Yarsi yang berhasil ditemukan tim SAR berkat kerja sama dengan operator ponsel untuk melacak keberadaan mereka berdasarkan sinyal ponsel yang dibawa salah seorang mahasiswa. Meskipun pada waktu ditemukan mereka tidak merasa hilang. Mahasiswa pengirim SMS tidak menyangka akibat SMS-nya media jadi ramai memberitakan kehilangan mereka. RY

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel