Korek Sisi Eksternal Internal Sebagai Penyebab Dolar Tembus Mencapai 15.500 Rupiah

3 Oct 2023 16:42 541 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Korek Sisi Eksternal Internal Sebagai Penyebab Dolar Tembus Mencapai Rp. 15500

Kondisi rupiah melemah secara signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Seperti dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup diangka Rp. 15515/US% atau melemah sebesar 0,19% terhadap dolar AS. Dimana diketahui ditengah perdagangan, rupiah sempat melemah hingga titik tertingginya yaitu Rp. 15.540/US$ dan posisi penutupan perdagangan hari ini merupakan yang terlemah sejak delapan bulan terakhir.

Sedangkan indeks dolar AS (DXY) pada Rabu (27/9/2023) berada di kondisi yang stagnan yaitu pada posisi 106,23 atau sama jika dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang berada di posisi 106,23 juga.

Dari faktor global, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto, Selasa (26/9/2023) menjelaskan bahwa pelemahan rupiah sudah terjadi selain dari aspek global juga ada dampak dari repatriasi dividen. Edi lebih lanjut menjelaskan bahwa pelaku pasar masih merasakan ketidakpastian atas kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed). Ini menjadi penyebab suku bunga acuan AS dinilai masih berpotensi naik satu kali sampai akhir tahun. The Fed melakukan hal ini guna memenuhi target inflasi AS sebesar 2%. Untuk informasi, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada bulan Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan-bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Tingginya suku bunga AS disertai dengan sikap yang dikeluarkan oleh The Fed yang masih akan hawkish memberikan dampak capital outflow dari kelompok negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Suku bunga the fed yang memiliki potensi menyamai suku bunga Indonesia ini dapat memicu investor untuk menarik dana dan memindahkannya ke AS yang notabene merupakan negara maju dan memiliki rating surat utangnya lebih menarik.

Di samping itu, kondisi ekonomi China, Eropa dan Jepang yang diperkirakan melemah turut menjadi sentiment negatif bagi para investor. Dimana apa yang sedang terjadi di Eropa, China dan Jepang akan ikut memegang peranan sebagai pendorong penguatan US dollar. Sementara dari domestik, ada aktivitas repatriasi dividen dari sederet perusahaan dan Edi lebih lanjut menuturkan nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya meskipun lebih rendah dari Mei 2023. Akhir bulan ini ada kebutuhan US dollar juga khususnya untuk repatriasi dimana hal ini juga ikut mendorong pelemahan rupiah.

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menambahkan bahwa periode pencaran dividen setiap tahunnya terjadi pada bulan Mei dan September 2023, dimana yang terfokus bulan Mei adalah untuk dividen pertengahan tahun, sedangkan September adalah untuk keseluruhan tahun. Permintaan dolar AS di dalam negeri akan menjadi meningkat 1 hingga 2 bulan sebelum pencairan dividen. Ini juga menjadi alasan rupiah berada dalam tren pelemahan sampai saat ini, selain efek sentiment global. Di samping itu, meskipun indikator ekonomi Indonesia relatif membaik namun efek Pemilu 2024 diperkirakan tetap akan berdampak ke rupiah. Selama gelaran Pemilu 2024 terdapat tren dimana rupiah mengalami pelemahan dan investor asing ogah masuk ke pasar modal dalam negeri.

Meninjau kembali kondisi di tahun 2019 yang lalu, ada kecendrungan cukup biasa karena saat itu global sedang menghadapi perang dagang sehingga dampaknya relative terhadap rupiah mengalami pelemahan menjelang Pemilu. Ini dijelaskan lebih lanjut oleh Josua Pardede Kupas Tuntas Asumsi Makro APBN 2024 di Bogor, Jawa Barat, Senin (25/9/2023). Pada saat hasil Pemilu keluar dan kondisi politik cenderung stabil biasanya confidence investor rebound lagi dan indikator di pasar keuangan kembali menjadi tolok ukur.

Semoga bermanfaat.

 

Tags News

About The Author

Utamii 67
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel