Potensi Tanaman dalam Menurunkan Kriminalitas

27 Nov 2019 17:45 1676 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Benarkah pepohonan dapat menurunkan kriminalitas?

Di dalam bukunya, 59 Detik, Richard Wiseman menyebutkan bahwa hijau-hijauan tanaman/pepohonan dapat menurunkan kejahatan kekerasan dan properti. Daerah kompleks yang hijau dikaitkan dengan angka kejahatan properti 48% dan kejahatan kekerasan 52% lebih sedikit dibanding daerah yang hanya terdiri dari bangunan beton. Selain itu, pepohonan/tanaman juga bisa meningkatkan tingkat kesembuhan pasien rumah sakit secara signifikan, meningkatkan kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah bagi karyawan kantor, serta kreativitas dalam permainan anak-anak.

Hasil penelitian tersebut mengingatkan saya pada Tri Rismaharini yang sedang getol-getolnya membuat taman-taman dan menghijaukan Surabaya. Benarkah angka kriminalitas berkurang?

Sebenarnya, alasan Risma, panggilan akrab Walikota Surabaya tersebut, menghijaukan Surabaya sama sekali tidak berhubungan dengan kriminalitas. Ia mengaku melakukannya untuk mengatasi banjir, menyejukkan Surabaya, serta mengatasi polusi udara.

Saat awal menjabat sebagai walikota Surabaya pada 2010, sekitar setengah dari wilayah Surabaya mengalami banjir. Suhunya pun masih berkisar 30-31 derajat Celcius. Kini, berkat bertambahnya RTH publik, suhunya sudah turun di angka 28-29 derajat Celcius dari target 18-22 derajat Celcius.

Risma menargetkan sebanyak 30 persen dari luas wilayah Surabaya akan menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk publik dan memiliki kebun raya mangrove pertama di dunia. Hingga 2018 lalu, menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Eri Cahyadi, RTH Kota Surabaya, data RTH di Surabaya sudah mencapai 21,79 persen. Sedikit lagi RTH tersebut menuju ke angka 30 persen.

 

Surabaya dan Kejahatan Kekerasan

Pada Konferensi Pers Anev 2018 Polrestabes Surabaya, yang dihadiri pejabat utama Polrestabes Surabaya, Kapolsek jajaran dan para media Pokja Polrestabes Surabaya Senin (31/12/2018), Kapolrestabes Surabaya mengungkapkan kasus kriminal dari 2017 ke 2018 telah menurun. Selama 2017, terdapat 2640 kasus kriminal dan diungkap 2459; sedangkan pada 2018 terdapat 2246 kasus kriminal dan dan diungkap 2037 kasus.

Sementara itu, sehubungan dengan kekerasan anak, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim menyatakan Surabaya sebagai penyumbang terbesar kasus kekerasan anak di Jatim, yaitu sebanyak 132 kasus. Meskipun secara tren, media massa melaporkan kasus kekerasan anak di Jatim menurun dari 390 kasus (2017) menjadi 333 kasus (2018).

Begitupun dengan konteks kekerasan secara umum, Jawa Timur menempati urutan ke dua provinsi dengan kekerasan terbanyak selama 2018. Jawa Timur bersama Jawa Tengah dan DIY memang termasuk wilayah dengan jumlah kekerasan tinggi. Dan menurut Kasubag Sistem Informasi Biro Perencanaan dan Data KPP-PA RI, data per 31 Desember 2018 menunjukkan Surabaya menempati posisi kekerasan tertinggi ke dua setelah Sidoarjo.

Namun, Anugrah Pambudi Raharjo, Kasubag Sistem Informasi Biro Perencanaan dan Data KPP-PA RI, menyebutkan tingginya angka kekerasan di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY bisa disebabkan karena adanya jejaring, tingkat pelaporan, dan koordinasi antara unit pelayanan dan masyarakat yang baik. Korban kekerasan di sana memiliki kesadaran tinggi, terbuka, dan berani melaporkan.

Bisa jadi tingginya angka kekerasan di Surabaya dibandingkan dengan daerah lain di Jatim berhubungan dengan jejaring, tingkat pelaporan, dan koordinasi antara unit pelayanan dan masyarakat yang baik juga. Sehingga, dalam kasus kekerasan secara umum maupun kekerasan terhadap anak masih sangat tinggi.

Begitupun dengan masih tingginya kasus kriminalitas di Surabaya, bisa jadi dipengaruhi oleh kesigapan aparat dalam membongkar kejahatan tersebut. Hal ini merujuk pada pernyataan Kombes Pol. Sandi Nugroho mengenai jumlah kasus yang berhasil diungkap dalam Operasi Sikat Semeru 2019 pada 16 - 27 September 2019.  Dalam waktu 12 hari saja polisi sudah berhasil mengungkap 409 kasus kejahatan.

Jadi, sehubungan dengan potensi tanaman dalam menurunkan angka kejahatan kekerasan mungkin saja benar. Namun, di luar itu, sudah pasti bahwa tanaman dapat menurunkan polusi udara, mencegah banjir, menyejukkan udara, meningkatkan keindahan, dan bahkan menjadi daya tarik wisata.

Oleh karena itu, tak ada salahnya jika daerah-daerah lain juga meniru langkah Walikota Surabaya dalam menghijaukan kotanya. Anggap saja, jika benar tanaman dapat menurunkan angka kejahatan kekerasan juga maka itu adalah bonusnya.

 

 

Tags

About The Author

Dini Nuris Nuraini 39
Ordinary

Dini Nuris Nuraini

penulis, blogger
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel