Menulis Menjadi Satu Kebiasaan

17 Sep 2017 17:07 2778 Hits 2 Comments
Jadikan kemahiran menulis menjadi satu kebiasaan. Seperti tiga kemahiran pendahulunya, yaitu mendengar, berbicara dan membaca.  

Saat yang tepat di hari libur adalah membersihkan rumah serta mulai membuang barang bekas yang tak terpakai. Kalau masih berfungsi dengan bagus bisa di bersihkan dan dijual secara on line. Otak bisnis mulai berjalan nich. Apalagi kalau pas tanggal tua, serasa mendapat rezeki nomplok. Apalagi perkembangan dunia e-Commerce begitu cepat. Tidak hanya barang baru, barang bekas pun banyak media on line nya. Tinggal pilih, mana yang lebih mudah model penjualannya, atau baca milis dulu, portal e-commerce mana yang penjualannya lebih cepat.

Namun buat saya, bukan itu tujuannya. Sejak rajin menulis, aktivitas sortir buku dimulai. Waktu masih aktif bekerja, rajin beli buku, tapi malas membaca, alasannya sibuk dan tidak ada waktu untuk membaca. Padahal malas saja. Sekarang banyak waktu luang untuk membaca buku dan menulis. Proses sortir buku, memilah antara buku mana yang belum pernah dibaca (bahkan ada juga yang masih di segel), sempat dibaca tapi belum selesai, pernah dibaca tapi lupa isinya, serta buku mana yang isinya sudah hafal banget, karena jadi buku favorit.

Tidak sengaja, saya menemukan buku dengan judul “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi”, karangan Wijaya Kusumah atau biasa dipanggil OmJay. Saya jadi ingat, buku itu saya dapatkan pada tahun 2013. Saat saya mengisi materi untuk anggota IGI yang ingin belajar bikin Blog di kampus UNJ. Cuplikannya bisa baca di http://guraru.org/guru-berbagi/ibu-meis-musida-a-smart-woman/. Tidak terasa, sudah 4 tahun. Dari waktu yang cukup lama, ternyata saya belum menghasilkan apa-apa. Namun masih disyukuri, saya sempat terbangun dan mulai mencoba menulis lagi. Ternya materi yang saya berikan baru sekarang bisa benar-benar saya terapkan. Ditambah lagi, semalam membaca kembali buku OmJay membuat semangat makin membara untuk terus menulis. Buku yang sangat menginspiratif, dengan pemilihan kata yang sederhana, pembaca hanyut dalam alur cerita. Buku yang mampu membakar semangat pembaca untuk mulai menulis dan menulis. Buku seperti ini tidak akan hangus ditelah kemajuan zaman. Meskipun tehnologi terus berkembang, kemampuan untuk menulis tidak bisa tergantikan. Sering berlatih, pengalaman dan jam terbang sangat dominan, komputer atau gadget hanyalah alat penunjang. Ide dan kemauan ada di tangan manusia sebagai penggunanya. Ada satu paragraf yang sebetulnya saya kurang setuju (maaf ya OmJay), tapi mungkin pembaca ada yang setuju dengan pendapat OmJay. Segeralah menulis, carilah alat tulis. Tak perlu pakai komputer atau mesin ketik. Cukup tuliskan saja dengan tangan anda. Penelitian mengatakan bahwa, “orang yang menulis langsung dengan tangannya jauh lebih cerdas daripada mereka yang menuliskan isi hatinya melalui bantuan alat canggih”. Padahal keseharian saya ide akan mudah dituangkan kalau sedang memegang gadget. Mengingat ketrampilan mengetik dengan gadget lebih cepat dari pada menulis dengan menggunakan pena. Namun yang lebih fatal lagi adalah, tulisan saya luar biasa hancur. Saya sendiri kadang tidak bisa membaca tulisan yang telah saya buat.

Namun semuanya kembali pada manusianya, apapun media untuk menuangkan ide bisa dipilih selama bisa disimpan dan bila diperlukan mengetahui keberadaannya. Pesan dari tulisan ini, mengajak pembaca mulai untuk menulis dan menulislah setiap hari. Ide ada disekitar kita, tinggal dituangkan di media yang ada. Bisa disimpan dimana saja, jadi buku harian yang hanya diri kita yang boleh baca, namun alangkah baiknya kalau bisa berbagi dengan pembaca yang lain. 

Tags

About The Author

meis musida 24
Novice

meis musida

Consultant, traveller and writer, crazy photographer
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel