Bagaikan Tikus Mati di Lumbung Padi

14 Jun 2017 16:04 3412 Hits 0 Comments
Saat makanan menghancurkan hidupmu

Sudah lama ibu itu tak terlihat berjualan di sekitar perumahanku. Biasanya, setiap beberapa waktu sekali dia akan datang. Sambil mengayuh sepeda, tubuh renta itu menawarkan telur ayam kampung dan madu kepada ibu dan tetangga sekitar. Ibuku terkadang membelinya. Sesekali saja, berbeda dengan tetangga kiri rumah yang memang seperti berlangganan. Karena kadang-kadang beli, akhirnya setiap dia lewat kami hampir pasti jadi target sasarannya.

 

Kalau dengan mengayuh sepeda, rumah penjual telur itu lokasinya lumayan jauh. Entah mengapa di usianya yang sudah senja itu ia memaksakan diri untuk terus berjualan. Barangkali memang karena kondisi keuangannya yang sangat tidak memungkinkan. Ups! Sebenarnya aku tidak yakin dengan usianya. Apakah benar-benar sudah tua ataukah kerasnya kehidupan yang membuat penampilannya tampak lebih tua dari usia yang seharusnya? Aku sekadar menebak melalui gurat-gurat keriput di wajahnya dan giginya yang sudah ompong beberapa.

 

Hari itu dia kembali lewat untuk menjajakan telur. Kali ini tidak membawa madu. Mungkin sudah habis terjual atau memang dari awal tidak membawa. Yang jelas, seperti biasa, dia mencari ibu. Dari perbincangan singkat kami, kuketahui bahwa suaminya baru saja meninggal. Suaminya seorang satpam di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Dia juga sempat bercerita mengenai satu anak mereka, yang saat itu masih duduk di bangku SMP.

 

Suami ibu bertopi capil itu meninggal dalam kemakmuran. Ibu itu bilang, meninggalnya karena kebanyakan makan enak. Di tempat kerjanya si bapak tadi sering makan enak. Ironis memang. Dengan kehidupan yang sepertinya kekurangan, bapak itu malah meninggal karena kebanyakan makan enak. Ah, begitulah nafsu. Sebagai salah satu kelebihan utama manusia dia harus bisa dikontrol oleh kelebihan manusia yang lain, yaitu akal.

 

Di dalam dunia kesehatan, telah ramai dikenal ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kondisi tubuh manusia. Tiga faktor tersebut adalah gaya hidup, pola makan, dan pola pikir. Terkait makanan, bahkan ada suatu anjuran yang terkenal yang kurang lebih berbunyi: âPerut itu rumahnya penyakit dan berpantang adalah obatnya.â

 

Jadi, menjaga pola makan sangat penting bagi kesehatan tubuh. Jika kita ingin sehat, jangan makan berlebihan! Bukankah Rasulullah juga telah memerintahkan kepada umat muslim agar tidak makan berlebihan? Ambillah seperlunya saja, sekadar cukup untuk menegakkan tubuh! Sepertiga lambung diisi untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga sisanya untuk udara. Makanlah jika lapar dan berhentilah sebelum kenyang! Jangan lupa pula untuk hanya memilih yang halal dan thayyib (baik)! Begitu bukan yang seharusnya?

 

Kalau sudah begini, nikmat sesaat itu akhirnya harus dibayar mahal. Bagaikan tikus mati di lumbung padi.

Sumber gambar: Pixabay (by. Sipa)

About The Author

Dini Nuris Nuraini 39
Ordinary

Dini Nuris Nuraini

penulis, blogger

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel