Mengulas Teguhnya Hati Wanita Dalam “Surga Yang Tak Dirindukan” Dan “Ayat Ayat Cinta”

21 Apr 2016 20:40 5374 Hits 3 Comments

tak ada wanita yang rela cintanya dimadu, namun Aisyah dan Arini menjawab lain. bagaimanakah sikap mereka? akankah mereka rela dengan poligami?

sumber foto: republika.com dan sidomi.com

Mengulas Teguhnya Hati Wanita Dalam âSurga Yang Tak Dirindukanâ Dan âAyat Ayat Cintaâ

Sama-sama digarap oleh tangan-tangan kreatif dari produsen yaitu Manoj Punjabi dan MD Pictures, kedua film yakni Surga Yang Tak Dirindukan dan Ayat-ayat Cinta berhasil mendulang prestasi ditahun tayangnya masing-masing yaitu tahun 2015 dan 2008. Keduanya juga berasal dari novel yang best seller, dan menariknya pemeran tokoh utama pria pun sama yakni Fedi Nuril. Tidak hanya dari segi “fisik” saja kesamaan keduanya, namun juga pada isi film ini sendiri yang bernafaskan Islam.

Film Ayat-ayat cinta yang release tanggal 28 Februari 2008 berhasil menjadi film yang laris manis di pasaran dan salah satu film yang memecahkan rekor film terlaris sepanjang sejarah perfilman Indonesia. Diangkat dari novel best seller Habiburrahman El Shirazy dan disutradarai oleh Hanung Bramayantyo, dengan para pemain utama yakni Fedi Nuril sebagai Fahri bin Abdullah Shiddiq, Rianti Cartwright sebagai Aisha Greimas dan Carissa Puteri sebagai Maria Girgis. Film ini berlatarkan kehidupan di Kairo, Mesir meskipun pengambilan gambarnya sendiri tidak dilakukan disana.

            Singkat cerita Fahri yang menikah dengan Aisyah dengan jalan ta’aruf, pernikahan dua insan yag awalnya bahagia ini ditempa cobaan ketika Fahri dituduh memperkosa seorang wanita yang ternyata juga menyukainya, dan satu-satunya saksi kunci ialah Maria yang sedang kritis di UGD. Maria hanya bisa bergerak dan sadar kembali jika didengarkan dan dirangsang oleh sentuhan ataupun suara dari Fahri, karena begitu cintanya Maria kepada Fahri, hingga hanya Fahri saja yang bisa merangsang syaraf dalam tubuhnya. Fahri yang berpegang teguh dengan syari’at Islam yang melarang lelaki dan wanita bersentuhan jika bukan mahram pun merasa bingung bagaimana bisa menyentuh Maria. Akhirnya Aisyah dengan berat hati merelakan Fahri untuk menikahi Maria meskipun awalnya Fahri menolak karena tidak ingin menyakiti hati Aisyah, namun Fahri pun menyetujui setelah berhasil diyakinkan oleh Aisyah bahwa bayi yang dikandungnya juga membutuhkan ayah. Akhirnya akad nikah dilaksanakan di kamar tempat Maria dirawat, ketika Maria bangun dia ingin masuk Islam dan bersyahadatlah dia dengan bimbingan Fahri. Ketika dirasa kesehatan Maria membaik dia menghadiri persidangan Fahri dan menjadi saksi kunci hingga tuduhan yang diajukan kepada Fahri terbukti salah dan Fahri pun bebas dari hukuman. Selepas itu Fahri, Maria dan Aisyah hidup bersama, namun tidak lama karena penyakit yang diderita Maria semakin memburuk hingga akhirnya Maria meninggal dunia.

Sedangkan film Surga yang tak dirindukan ini pun hampir sama, film yang resmi tayang di layar bioskop pada lebaran, tanggal 15 Juli 2015 sukses menarik 246.000 penonton. Disutradarai oleh Kuntz Agus dan diangkat dari novel karya Asma Nadia dengan judul yang sama, dengan pemeran utama lakilaki yang sama pula dari Ayat-ayat cinta yakni Fedi Nuril sebagai Prasetya, Laudya Cynthia Bella sebagai Citra Arini dan Raline Shah sebagai Meirose.

Sebuah pernikahan bahagia Pras dan Arini yang berawal dari cinta pandangan pertama, dikaruniai buah hati bernama Nadia. Sosok Pras yang baik, penuh perhatian, setia dan religious, menjadikan Arini begitu percaya hingga berbagai persoalan perselingkuhan yang dialami sahabatnya tidak menggoyahkan kepercayaannya. Begitu pun dengan Pras yang berusaha untuk selalu setia, menjaga dan menyayangi Arini sepenuh hati.

Namun semua itu berubah ketika perjalanan Pras ke sebuah proyek dan menemukan mobil jatuh ke jurang. Pengemudinya ialah seorang wanita yang kemudian diketahui bahwa dia hamil. namun dia dan bayinya berhasil diselamatkan. Ketika Pras mencari wanita yang bernama Meirose itu ternyata sedang mencoba bunuh diri, beban hidupnya yang begitu berat tak sanggup ia tanggung hingga akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Pras yang teringat sejarah hidupnya yang ditinggal ayahnya, kemudian ibunya meninggal, tidak ingin bayi yang dilahirkan wanita itu juga mengalami nasib yang sama dengannya. Hingga Pras berjanji untuk menjaga dan merawatnya dengan menikahinya. akhirnya Meirose berhasil dibujuk agar tidak bunuh diri dan Pras pun menepati janjinya, pernikahan dilaksanakan saat itu juga bertepatan dengan meninggalnya ayah Arini. Disaat suasana berduka seperti itu, Arini mengetahui bahwa ayahnya memiliki istri lain selain ibunya. Arini marah dan bingung bagaimana bisa ibunya menerima perlakuan poligami seperti itu dari ayahnya. Namun Arini tetap berusaha untuk menjaga kepercayaannya bahwa Pras tidak akan seperti itu.

Lambat laun akhirnya Arini mengetahui bahwa Pras pun melakukan hal yang sama seperti ayahnya yakni menikah dengan perempuan lain dibelakangnya. Awalnya Arini pun tak menerima, namun dengan pengertian dari ibunya, dan dia yang melihat alasan Pras menikahi Meirose, akhirnya Arini pun berusaha menerima kehadirannya. Meirose yang kemudian menyadari bahwa kehadirannya hanya menghancurkan kebahagiaan rumah tangga Pras dan Arini, memilih untuk pergi dan menyerahkan anaknya kepada mereka agar dirawat dengan baik.

Sebenarnya kedua film ini hampir sama dengan kebanyakan film lain yang bertemakan cinta. Namun yang menjadikannya berbeda ialah cinta dengan berlandaskan syari’at Islam. Bagaimana kita menyukai seseorang, bagaimana cara kita menghadapi turun-naiknya, dan kerasnya persoalan kehidupan rumah tangga, yang semua itu diselesaikan dengan tuntunan Islam. Dari kedua film diatas, dapat kita lihat selintas kemiripan. Cinta, kebahagiaan dan kepercayaan yang awalnya mereka bangun mulai sirna dengan hadirnya orang ketiga. Dimana keteguhan hati seorang wanita merelakan suaminya menikahi orang lain demi kebahagiaan dan menjaga keutuhan rumah tangga, meskipun hatinya sendiri teriris dan hancur. Dalam Islam pun poligami ini tidak dilarang, disebutkan dalam AlQuran surat Annisa ayat 3 dan 129 bahwa seorang lelaki boleh menikahi dua, tiga atau empat wanita, namun jika takut berbuat tidak adil maka cukuplah dia menikahi satu wanita saja. kita tahu, bahwa tidak ada satupun wanita yang rela dimadu, rela melihat suaminya berbagi cinta, walaupun terdapat surga yang dijanjikan bagi seorang istri yang rela dan ikhlas jika suami melakukan poligami dengan niat yang baik, bukan niat untuk menyakiti keduanya.

Namun dalam film ini kita diajarkan untuk melihat betapa teguhnya hati seorang wanita, ini bukan merupakan suatu kerelaan dimadu, bukan. Karena bagaimanapun juga tidak akan ada wanita yang rela. Ini merupakan sebuah pengorbanan seorang istri demi menyelamatkan rumah tangga dan kebahagiaan anaknya. Kenapa wanita sampai rela berkorban padahal dirinya sendiri telah terluka? Karena wanita memang diciptakan dengan perasaan dan hati yang lembut, namun dibalik kelembutan itu tersembunyi kekuatan yang tak dimiliki seorang lakilaki. Di film ini juga mengajarkan betapa sulitnya poligami, karena seberapa kerasnya usaha lakilaki untuk berbuat adil, pasti akan ada kecenderungan memihak satu orang, dan ini memang sudah sifat manusiawi, walaupun dia berusaha sekeras apapun, pasti akan ada hati yang terluka.

About The Author

Sheerly Nur Aini 15
Novice

Sheerly Nur Aini

always learning to writing

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Sheerly Nur Aini