Cerpen: 18+

11 Apr 2016 22:30 13956 Hits 0 Comments
Cerpen: 18+
“Maaf, boleh saya tahu nomor kamar Mr. Chris.”
 
“Maaf, ada perlu apa anda dengan Mr. Chris” tanya seorang receptionist hotel.
 
“Saya ada perlu dengan Mr. Chris.”
 
“Maaf, tapi Mr. Chris tidak berpesan bahwa akan ada tamu yang datang mengunjungi beliau.”
 
“Tapi…”
 
“Maaf, saya tidak bisa memberitahu nomor kamar pelanggan di hotel ini, itu bagian dari prosedur yang ada sini” seorang receptionist menjawab dengan sopan.
 
“Tolonglah, mbak.”
 
“Maaf saya tidak bisa, ini prosedur. Kalau anda memang ingin bertemu, telepon saja Mr. Chris.”
 
Aku lupa ini hotel terbaik yang ada di kota ini, peraturan hotel pasti sangat ketat. Tidak memperbolehkan tamu asing berkunjung tanpa janji dari pelanggan hotel. Reputasi hotel ini memang sangat bagus di kota ini, melarang praktik prostitusi di lingkungan hotel.
 
Aku mencoba menghubungi Chris, tiga kali dia menghiraukan panggilan teleponku, ini pasti karena tadi dia  melihatku dengan pria lain di kafé seberang jalan. Nafasku berburu mencoba terus menghubunginya lagi. Aku mencoba mengirimkan pesan.
 
Chris ayolah turun.
Kamu harus dengar penjelasanku.
 
Aku menunggu Chris di lobby hotel. satu jam berlalu, Chris masih belum membalas pesanku. Aku cemas. Aku takut dia marah.
 
Chris, aku tahu kamu marah
Tapi aku harus ketemu kamu,
Akan aku jelaskan semuanya
 
Tiga jam menunggu di Lobby, Chris masih belum membalas pesanku.  Aku tidak boleh kehilangan Chris, dia sangat berarti bagiku, dia berbeda dengan pria yang lain. Kejadian di kafé tadi bukan seperti yang dipikirkan Chris, Aku tidak mungkin mengkhianati pria seperti Chris, yang mampu membuatku menjadi diri sendiri. Pria di kafe itu hanya kawan lama yang kebetulan melihatku duduk di kafe itu sendirian ketika aku menunggu Chris. Dia langsung duduk di depanku dan menanyakan kabar, basa-basi yang biasanya dilakukan oleh kawan lama yang sudah lama tidak bertemu dan akhirnya bertemu di tempat yang terduga, tanpa disengaja. Sungguh tidak seperti biasanya Chris secemburu ini.
 
Chris, aku masih di Lobby menunggumu
Tolong balas pesanku, aku minta maaf
Empat jam bukan waktu yang sebentar
 
Baru kali ini Chris mengajakku pergi makan malam di kafe seberang jalan, katanya ada sesuatu yang ingin di berikan padaku. Aku sangat antusias mendengar ajakan Chris. Aku sangat suka ketika Chris memberikan kejutan padaku. Sama seperti ketika dia mengajakku pergi berlibur ke Hawaii. Saat itu adalah momen indah yang pernah aku alami dengan Chris, pertama kali aku mendapatkan ciuman dari seorang pria. Di salah satu hotel bintang lima di Hawaii, dia menciumku sangat manis, pelan dan tidak tergesa-gesa. Berlatar pantai Hawaii dengan ombak laut yang tinggi. Dia mengalungkan tanganya di pinggangku, aku membalas mengalungkan tanganku di lehernya. Dia menatapku dengan tatapan terindah yang pernah ku lihat, lalu menciumku lagi, dia tidak tergesa-gesa menciumku, membiarkanku meraskan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan.
 
Aku di kamar 191, lantai 4
Naiklah,
 
Chris membalas pesanku, buru-buru aku menuju lantai empat menggunakan lift. Hanya aku yang berada di lift saat itu. Wajar, waktu sudah hampir pukul  satu pagi. Aku langsung mencari nomor kamar Chris setelah sampai di lantai empat. Nafasku terasa hampir habis, jantungku hampir copot. Langkah kakiku terasa dingin lalu terhenti tepat di depan pintu kamar hotelnya. Aku merapikan bajuku, merapikan rambut, menyiapkan senyuman untuk Chris.
 
“Tok, tok…” beberapa detik aku menunggu. Engsel pintu mulai bergerak, jantungku berdebar lagi. Aku menyiapkan senyuman yang paling manis untuk Chris. Ketika pintu terbuka, aku melihat Chris mengenakan kaos putih dan celana pendek.
 
“Boleh aku masuk, Chris?” Chris hanya tersenyum, aku masuk. Lalu Chris menutup pintu kamarnya.
 
“Mau minum apa, sayang?” tanya Chris.
 
“Hmm, Wine?”
 
“Oke.”
 
Chris bergegas menuju bar di sudut kamar, menyiapkan dua gelas wine. Aku duduk di ujung ranjang kamar Chris. Mataku menatap Chris yang menuju ke arahku, membawa dua gelas berisi wine.
 
“Ini” Chris memberikan wine untukku.
 
Aku tersenyum menatap Chris meminum wine. Aku meminumnya setelah Chris.
 
“Aku minta maaf, Chris.”
 
“Sudah, jangan dibahas lagi, sayang.”
 
“Aku nggak bermaksud.”
 
“Aku tidak ingin membahas hal itu. Aku hanya ingin berdua denganmu.”
 
Chris mendekatiku, mencium keningku. Aku masih duduk di ranjang kamarnya. Dia semakin mendekatiku hingga wajahku menyentuh perutnya yang six pack. Aku menciumi perutnya, membuat bulu-bulu di perut Chris berdiri, menegang. Chris meminum wine sembari merasakan aku menciumi perutnya, gelas berisi wine yang ada di tanganku kubiarkan jatuh, kedua tanganku memegang pinggang Chris, masih menciumi perut Chris. Mataku melirik ke arah Chris yang menikmati sentuhanku sambil menghabiskan wine. Chris membiarkan gelas yang sudah kosong jatuh ke lantai.
 
“Terus sayang, aku menikmati” Kata Chris dengan suara mendesah.
 
Aku hanya diam, lalu membuka celana pendeknya, kuturunkan sampai ke pergelangan kaki. Lalu Chris mengangkat kedua kakinya untuk melepaskan celana pendeknya. Sebentar aku memandangi penis Chris yang ada di depanku, Chris memajukan bokongnya ke wajahku, aku menatap Chris yang masih berdiri, tersenyum nakal lalu memegang penisnya yang mulai menegang. Chris memberikannya untukku.
 
“Malam ini milik kita berdua sayang.”
 
Aku tidak menjawab ucapan Chris, penis Chris sudah masuk di mulutku. Aku menikmati situasi ini, dengan bokong Chris yang maju mundur. Chris mendesah. Aku juga.
 
Aku selalu bahagia bersamanya, Chris sama denganku punya dada yang bidang, perut six pack dan kepala yang botak.
 
 
“Gantian aku, sayang.” Kata Chris, menuntunku berdiri.
Tags

About The Author

Zahid Paningrome 37
Ordinary

Zahid Paningrome

Creative Writer
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel