1

Nantinya Udara dapat Diukur dengan Smartphone

27 Oct 2015 14:38 1935 Hits 0 Comments
para peneliti ini berhasil menemukan sensor murah pengukur udara.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti Australia dan China telah menemukan sebuah metode untuk mengidentifikasi seberapa berbahaya tingkat nitrogen dioksida yang ada disekitar seseorang dengan biaya yang murah dan dapat disesuaikan dengan keinginan penggunanya.

Seperti yang mungkin kita sudah tahu, Nitrogen dioksida cukup membahayakan terbukti dengan musibah kabut asap yang sedang melanda Indonesia, dimana korban-korban dari kabut asap tersebut mengalami masalah pada pernapasannya.

Mengutip pernyataan seorang peneliti asal australia bernama Kourosh-Kalanter Zadeh yang dilansir oleh Mashable bahwa ia telah menemukan fungsi baru dari sebuah material bernama timah disulfida, yaitu fungsinya sebagai sensor untuk mendeteksi tingkat dari nitrogen dioksida pada udara.

Awalnya ia tertarik untuk mendeteksi zat gas adalah karena istrinya yang pada saat itu sedang hamil, terdiagnosa terkena preeclamsia, yaitu sebuah keadaan berbahaya dimana kondisi Ibu dan anak yang berada didalam kandungan memiliki tekanan darah yang tinggi.

Dari situlah awal penelitian yang dilakukan Kalantar-zadeh dalam meneliti nitrogen dioksida.

Dalam beberapa minggu belakangan ini, polusi udara sendiri telah menjadi kekhawatiran yang berada di titik berbahaya di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, dimana pembakaran lahan secara besar-besaran dilakukan.

Setidaknya, 10 orang telah meninggal sebagai akibat dari pembakaran tersebut, dan sisanya mengalami gangguan pernapasan, serta penyakit lainnya yang berhubungan dengan pernapasan.

Alasan lainnya ia melakukan penelitian ini adalah karena ia tidak begitu suka dengan sensor yang ada di pasaran saat ini dimana sensornya tidak akurat

Berbagai penelitian telah ia lakukan hingga akhirnya kolega dari Kalantar-zadeh yang juga adalah sebuah ilmuwan China mengangkat topik Timah Disulfida sebagai salah satu potensi yang dapat membuat penelitian tersebut sukses.

“sebuah material ajaib,” itulah yang ia sebutkan soal bahan tersebut.

Menurutnya, hingga sekarang belum ada pihak yang menggunakan timah disulfida sebagai alat pendeteksi nitrogen dioksida. Oleh karena itu, ia berharap suatu saat nanti, timah ini akan dapat ditemukan pada berbagai jenis smartphone yang beredar di pasaran dengan fungsinya yaitu sebagai sensor pendeteksi zat gas di udara sekitar para penggunanya.

Sensor yang ia coba buat tersebut memiliki cara kerja dengan menyerap molekul gas nitrogen dioksida yang kemudian nanti diukur dengan metode yang sudah ia kembangkan dan metode yang sudah ada.

Selain karena sensor ini nantinya akan sangat bermanfaat, sensor ini juga akan dapat digunakan banyak orang karena harga materialnya yang berupa timah disulfida terbilang sangat murah, yaitu di bawah 1 dollar Australia.

Mengesampingkan penggunaannya secara massal, ia berpikir bahwa sensor yang nantinya akan ada pada smartphone ini dapat menjadi sebuah sistem yang memberikan sinyal untuk para pengguna smartphone. Sehingga, ketika seseorang berada di tempat dengan gas emisinya yang berada di tingkat berbahaya, orang tersebut dapat menghindari area tersebut atau juga melakukan tindakan pencegahan atau penanggulangan sementara seperti menggunakan masker.

Alasan kenapa Kalantar-zadeh mengungkapkan hasil penelitiannya ke publik adalah karena ia berharap bahwa banyak perusahaan yang akan memproduksi sensor ini secara massal; dan tidak hanya di satu jenis perusahaan saja.

 

 

Via Mashable

Tags

About The Author

Buricak Burinyai 67
Expert

Buricak Burinyai

Seorang warga Bandung yang cinta Bandung, teknologi dan mantannya
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel