Pada dasarnya sifat-sifat perfeksionis terbagi ke dalam tiga jenis yaitu perfeksionisme yang terorientasi diri sendiri, orang lain dan dorongan dari lingkungan sekitar. Anak-anak yang mempunyai sifat perfeksionis terhadap dirinya sendiri cenderung menganggap bahwa dirinya haruslah menjadi seseorang yang sempurna. Jadi mereka akan menetapkan standar yang tinggi untuk kepentingan dirinya dan sebisa mungkin menghindari kesalahan saat mengerjakan sesuatu. Sedangkan anak-anak dengan perfeksionisme yang berorientasi pada orang lain mempunyai stndar yang tinggi untuk orang-orang di sekelilingnya. Beda lagi dengan perfeksionisme karena dorongan dari lingkungan sekitar. Pada jenis ini anak-anak akan merasa harus membuktikan kemampuannya agar ia bisa dihargai dan diterima oleh orang lain.
Ciri-Ciri Anak Perfeksionis
Pada anak yang bersangkutan, ciri-ciri sifat perfeksionis yang muncul atau tampak terlihat berbeda-beda tergantung usia dan jenis perfeksionisme yang dialami. Namun secara umum anak-anak yang perfeksionisme akan menunjukkan tanda atau perilaku berikut ini :
1/ Takut berlebihan dan cemas dengan kegagalan.
2/ Kesulitan dalam menyelesaikan dan sering menunda tugas karena takut merasa gagal atau tidak sempurna.
3/ Kesulitan dalam menerima kesalahan atau kekalahan.
4/ Sering mengkritik diri sendiri dan kadang-kadang ke orang lain.
5/ Kesulitan membuat keputusan dan memprioritaskan tugas.
6/ Sering merasa tidak puas dengan suatu hal yang sudah dilakukan.
7/ Cepat marah dan mudah tersinggung.
8/ Kritis terhadap kinerja orang lain.
Penyebab Perfeksionis Pada Anak
Seorang anak menjadi perfeksionisme tentulah ada penyebabnya. Meskipun ini sulit diketahui atau dikenali secara pasti. Meskipun begitu ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko atau menumbuhkan sifat-sifat perfeksionisme pada anak antara lain sebagai berikut.
1/ Tuntutan akademik.
2/ Harga diri yang rendah atau kurang percaya diri.
3/ Adanya keinginan yang berlebihan untuk bisa menyenangkan orang lain.
4/ Orang tua yang perfeksionis atau menuntut anak-anak untuk berprestasi terlalu tinggi.
5/ Adanya pengaruh media sosial.
6/ Menderita gangguan psikologis tertentu misalnya gangguan makan atau OCD.
Bahaya Jika Anak Menjadi Perfeksionis
Alih-alih menjadi motivasi, sifat-sifat perfeksionis justru bisa menyebabkan anak-anak merasa takut berlebihan atau justru kurang dapat menerima kegagalan dan kesalahan. Anak-anak yang perfeksionis kerapkali memendam sendiri perasaan takut dan sedih yang mereka rasakan. Mereka enggan dan tidak mau jika ada orang lain tahu bahwa mereka sedang kesulitan. Mereka merasa dengan menunjukkan keluh kesah akan membuatnya terlihat lemah dan tidak berdaya. Jika tidak terkontrol, sifat-sifat perfeksionisme ini bisa membuat anak-anak rentan mengalami stress, dan bahkan masalah kesehatan mental yang lebih serius seperti gangguan kecemasan, depresi, dan menyakiti diri sendiri atau self harm. Pada kasus tertentu, kesulitan menerima kegagalan bahkan bisa membuat anak yang perfeksionis menghukum dirinya sendiri atau bahkan menjadi ingin bunuh diri.
Ajaklah si kecil untuk melakukan positive self talk. Beri pujian yang tepat ketika si kecil meraih kebrehasilan. Di samping itu bantu si kecil untuk meningkatkan self-esteem yang baik serta mengenali hal-hal apa saja yang bisa mereka kendalikan dan tidak. Sampaikan juga bahwa apa pun yang dicapainya itu semua sudah membuat Bunda dan Ayah bangga. Tekankan padanya bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Bila sikap perfeksionisme si kecil sudah mengganggu proses belajar, tumbuh kembang atau kesehatannya pada umumnya, Bunda dan Ayah dianjurkan untuk membawa si kecil ke psikolog atau psikiater. Hal ini penting agar si kecil tidak mengalami stress berlebihan sebagai akibat sifat-sifat perfeksionismenya.
Semoga bermanfaat.