Sejarah Satai Rembiga Khas Lombok

16 Aug 2021 18:20 2015 Hits 3 Comments Approved by Plimbi
Sejarah satai Rembiga khas Lombok yang lezat.

Apakah anda mengenal salah satu makanan tradisional ini ? Sate atau kadang-kadang ditulis satay atau satai adalah makanan tradisional yang terbuat dari potongan daging (bisa daging ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan dan bahan-bahan lainnya) yang dipotong kecil-kecil lalu ditusuk dengan tusukan sate terbuat dari bambu kemudian dibakar dengan menggunakan bara arang kayu. Sate selanjutnya disajikan dengan berbagai macam bumbu tergantung pada variasi resep sate yang diolah.

Sate pertama kali diketahui berasal dari Jawa di Indonesia tetapi pada perkembangan selanjutnya sate menjadi sangat populer di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Sate juga dikenal oleh banyak warga Belanda yang dipengaruhi masakan Indonesia yang dulu merupakan koloninya. Versi Jepang disebut dengan nama yakitori.

Resep dan cara pembuatan sate beraneka ragam sangat bergantung variasinya dengan resep masing-masing daerah di Indonesia. Dimana hampir segala jenis daging bisa dibuat sate. Dan sebagai negara asala mula sate, Indonesia mempunyai variasi resep sate yang sangat kaya dan nama-nama sate bisa disusun dalam sebuah daftar yang sangat panjang.

Pada umumnya menyantap sajian sate yang paling enak adalah dengan ditemani oleh saos. Saos yang dimaksudkan bisa berupa sambal kecap, sambal kacang, atau yang lainnya. Seperti contoh untuk sate bebek tambak di Jakarta, menu lengkapnya adalah terdiri dari sate, saos bumbu manis kacang tanah atau bumbu pedas menurut selera si penikmat dan akan menjadi semakin cantik tampilannya dengan menambahkan irisan tomat dan mentimun segar. Lalu sate ini dimakan dengan nasi putih hangat atau pada beberapa daerah disajikan dengan lontong atau ketupat.

Menurut pakar kuliner menjelaskan bahwa sate diciptakan oleh pedagang makanan jalanan pertama kali di Jawa yaitu sekitar awal abad ke-19 berdasarkan atas fakta bahwa sate mulai langsung populer sekitar awal abad ke-19 bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab ke Indonesia. Ini pula yang menjadi alasan kuat semakin populernya penggunaan daging kambing dan domba sebagai bahan utama membuat sate yang ternyata sangat disukai oleh warga keturunan Arab.

Lain halnya dengan satai Rembiga di Lombok adalah satai sapi yang bercita rasa pedas manis khas kesukaan warga Lombok. Yang umum digunakan sebagai bahan adalah daging sapi dari Nusa Tenggara Barat, merupakan wilayah yang menjagokan produksi ternak sapi. Dengan didukung oleh kondisi geografis dari savanna-savana mampu memberikan ruang leluasa untuk sapi hidup berkeliaran di alam bebas.

Daging sate Rembiga khas Lombok menghasilkan potongan daging yang lunak karena sebagian ternaknya dipengaruhi oleh pemberian pakan berupa daun lamtoro yang menjadi sumber protein paling bagus.

Sejarah kemunculannya adalah sebagai berikut : keahlian dalam membuat satai pertama kali hadir melalui tangan-tangan kerabat Raja Pejanggik yang tinggal di Desa Rembiga, Selaparang. Kerajaan Pejanggik ini mampu eksis dari abad ke-14 sampai dengan abad ke-17. Desa Rembiga Sejarahnya, keahlian membuat satai hadir dari tangan kerabat Raja Pejanggik yang tinggal di Desa Rembiga, Selaparang. Kerajaan Pejanggik eksis di abad ke-14 hingga ke-17. Dari nama Desa yaitu Rembiga diserap suku kata rembug yang diasosiasikan dengan istana sebagai tempat berkumpulnya para kalangan kerajaan dan anggota keluarga besar. Adapun keahlian membuat satai diturunkan antar generasi dan pada akhirnya menjadi salah satu makanan rakyat terfavorit.

Adalah ‘Rumah Makan Putera Lombok’ menyampaikan cerita yang sama seperti tersebut di atas. Di sini, satai yang dibuat selalu menambahkan terasi Lpmbok yang khas, cabai lokal yang disitilahkan sebie, dan tentunya daging sapi lokal.

Selanjutnya Lombok memperkenalkan teknik pengasapan cabai yang selanjutnya terkenal digunakan pada masakan ayam Taliwang. Dalam satai Rembiga ini digunakan versi non asap, yaitu diistilahkan dengan nama sebie beleq dimana menurut chef Chandra Gunawan dari Rumah Makan Putera (Jabodetabek) dan ‘Roemah Longko’ di Lombok, cara mengasapkannya mirip dengan membuat cerutu.

Cabai-cabai Lombok ditanam di daerah pegunungan karena membutuhkan lahan yang sangat luas. Pemasak Lombok di Jakarta biasanya tetap mengirim cabai-vabai ini ke dapurnya agar makanan yang dimasak menjadi lebih autentik. Dimana saat disajikan, tekstur daging satai Rembiga Lomobk sangat empuk karena biasanya didiamkan terlebih dahulu dengan daun pepaya sebagai pelembut alami daging. Aroma satainya sangat harum karena dibakar dengan memakai batok kelapa. Seperti diketahui bahwa di Lombok sangat kaya pohon kelapa, inilah cara lokal memanfaatkan batok kelapa yang sudah tidak terpakai lagi.

Demikian kami menjelaskan dengan singkat tentang artikel dengan judul ‘Sejarah Satai Rembiga Khas Lombok’ yang dirangkum dari beberapa sumber berita. Semoga para pembaca tertarik.

Tags Kuliner

About The Author

Utamii 67
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel