Lebih Sulit Menghargai Pendapat Orang Lain Ketimbang Menerima Kekalahan

18 Jul 2019 10:01 2380 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Banyak pihak yang menyambut baik pertemuan tersebut. Pemilihan tempat pertemuan tersebut juga banyak diapresiasi. Sampai-sampai MRT diganti menjadi Mari Rekonsiliasi Teman, Momen Romantisme Terbuka dan lainnya. Secara keseluruhan pertemuan Jokowi-Prabowo disambut suka cita. Masyarakat disekitar situ kompak bersorak : "we love, we love you" pada keduanya.

Ada satu lagu lawas yang menggambarkan romantisme di stasiun kereta seperti momen yang terjadi di akhir pekan lalu (13/7/2019). Pertemuan perdana Jokowi dan Prabowo pasca Pemilu 2019 di MRT.

Judul lagunya Stasiun Balapan yang dipopulerkan Didi Kempot. Hanya saja kalau lagu Stasiun Balapan bercerita soal perpisahan. Lain halnya dengan momen di stasiun MRT Lebak Bulus kemarin terkait pertemuan dua negarawan, sahabat, saudara, sebangsa dan setanah air. Mereka adalah Pak Jokowi dan Pak Prabowo.

Banyak pihak yang menyambut baik pertemuan tersebut. Pemilihan tempat pertemuan tersebut juga banyak diapresiasi. Sampai-sampai MRT diganti menjadi Mari Rekonsiliasi Teman, Momen Romantisme Terbuka dan lainnya. Secara keseluruhan pertemuan Jokowi-Prabowo disambut suka cita. Masyarakat disekitar situ kompak bersorak : "we love, we love you" pada keduanya.

Tapi tidak lantas semua pihak senang menyambutnya. Terutama pendukung fanatik Prabowo sejak dari kontestasi Pilpres 2019 kemarin. Bahkan sejumlah pendukungnya sendiri menyatakan kecewa pada Prabowo.

Apakah itu aneh? Sejumlah pihak barangkali mempertanyakan "kenapa sih orang ketemu, supaya damai kok malah gak suka?". Jokowi dan Prabowo uda damai-damai saja, mengapa para pendukungnya masih musuhan? Mau apalagi yang dicari.

Ya ini dia kesulitannya. Menerima kekalahan itu sulit kawan. Bahkan setelah banyak yang mengatakan bahwa dalam kompetisi mesti siap kalah dan siap menang. Namun tetap saja tidak bisa memulihkan kondisi kebathinan politik dalam waktu cepat.

Sekalipun kalah, pendukung Prabowo-Sandi tetaplah banyak. Yakni lebih dari 68 juta atau 44,50 % suara sah nasional. Tentu banyak sekali, tidak bisa dipaksa menerima keadaan begitu saja sesuai kehendak pendukung pro Jokowi.

Politik itu cair. Tidak bisa asal atur. Ikut dan nikmati saja alurnya. Seiring waktu juga akan menemukan jalannya masing-masing.

Pak Prabowo - Sandi juga sudah mengucapkan selamat bekerja untuk Jokowi-Ma'ruf untuk 2019-2024. Kemudian Amien Rais juga sudah mulai memberi kesempatan untuk petahana lima tahun keduanya.

"Soal kekuasaan, berikan kesempatan yang utuh ke Jokowi dan Ma'ruf Amin dengan menterinya nanti, (selama) lima tahun," kata Amien ditemui di Jalan Daksa, Jakarta Selatan, Senin (15/7).

Namun, kata Amien, dirinya berjanji akan mengawasi roda pemerintahan era Jokowi nanti dengan menjadi oposisi. Menurut dia, tanpa oposisi pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik.

"Kami awasi dan itulah imbas demokrasi kalau itu terjadi, enggak usah ada seperti gempa bumi," ucap dia.

Ya intinya gitu. Politik itu juga melatih kesabaran. Tidak bisa memaksakan kehendak pada orang lain. Karena dasarnya demokrasi, maka orang lain juga berhak menentukkan pilihannya sendiri.

Justru saat-saat sekarang. Posisi tidak kalah sulit juga berada dipihak pemenang pemilu alias pendukung pro Jokowi. Sebab apa? Sebab menghargai pendapat orang lain menjadi lebih sulit ketimbang sekedar menerima kekalahan.

Berbagai pembelahan atau kubu-kubuan selama masa kontestasi Pilpres 2019 kemarin. Sebagian membuat kondisi emosional masyarakat sedikit tidak normal. Olok-olokan cebong kampret tak terelakkan. Sekalipun "junjungan" sudah sepakat mengakhiri sebutan buruk tersebut di MRT.

Namun semua tetap butuh proses. Bagi kubu yang kalah tentu butuh waktu untuk menyesuaikan keadaan. Dan bagi yang kalah jangan jumawa. Menahan diri untuk tidak mengolok-olok terkadang memang sulit.

Kamu pasti tahu rasanya orang kalah gimana? Sudah. Tidak usah dibahas lagi. Perlahan-lahan semua akan kembali seperti semua. Doakan saja akan baik-baik saja. Selama kita tetap bersatu dalam rumah besar bernama Indonesia.

Feuture image: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden

Tags

About The Author

Rianda Prayoga 47
Ordinary

Rianda Prayoga

Gak banyak bicara, sedikit cuek tapi lumayan ramah

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel