Telah Ditemukan, Cara Mengatasi Korupsi di Indonesia

2 Apr 2019 13:14 2788 Hits 2 Comments Approved by Plimbi
Sebuah perspektif baru.

Di luar dugaan banyak orang, ternyata penyebab materialisme adalah rendahnya rasa percaya diri, dan hal ini berakar sejak masa kecil. Temuan ini merupakan hasil penelitian dari dua psikolog, yaitu Lan Nguyen Chaplin dan Deborah Roedder John. Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa ketika kepercayaan diri partisipan meningkat, sifat materialistis (matre)-nya menjadi berkurang.

Hasil penelitian dari Elizabeth Dunn dari Universitas Britis Columbia juga mengungkapkan bahwa di antara ciri orang yang matre adalah cenderung agak mementingkan diri sendiri (egois/pelit/enggan membantu, dan semacamnya) sehingga jatuhnya juga tidak/kurang bahagia.

Korupsi adalah salah satu perbuatan yang terjadi karena orang itu matre. Matre sangat erat kaitannya dengan cinta dunia, serakah, iri dengki, suka membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan pamer.

Menurut Ed Mylett, salah satu dari 50 orang terkaya teratas di bawah umur 50 tahun, orang menjadi tidak percaya diri karena dia memang tidak bisa mempercayai dirinya sendiri. Dia tidak bisa menepati apa yang dikatakan terhadap dirinya, niatnya, tekadnya, janjinya, dan semacamnya. Oleh karena itu, mungkin wajar jika akhirnya banyak dari mereka didapati melanggar amanah, kendati sudah disumpah di bawah kitab suci.

Orang yang percaya diri tidak membutuhkan validasi dan penerimaan/pengakuan dari orang lain. Pendeknya, berani berbeda. Misalnya, dia berani hidup bersahaja (dengan kepantasan) di tengah-tengah lingkungannya yang jor-joran (saling bersaing) harta.

Terkait dengan temuan bahwa tindakan materialistis disebabkan karena kurang percaya diri, serta menurunnya tingkat ke-matre-an seseorang seiring dengan meningkatnya rasa percaya diri, maka dapat diasumsikan pula hal itu dapat diaplikasikan di dalam penanganan kasus korupsi.

Jika kita sudah menggunakan pendekatan agama, hukum, atau lainnya, mengapa tidak mencoba pendekatan ini juga: pendekatan psikologi. Carilah cara bagaimana membangun rasa kepercayaan diri masyarakat Indonesia. Dengan demikian, tingkat korupsi, hedonisme, pamer, hidup boros, dan lain-lain bisa menurun jumlahnya.

Selain itu, bisa dikondisikan pula agar lingkungan kondusif, misalnya dengan pemakaian seragam, kendaraan yang sama, larangan menggunakan aksesoris/barang yang berlebihan/mewah, penilaian berdasarkan kinerja, dan sebagainya. Bisa juga diterapkan aturan semacam yang terdapat pada BKKBN, yang mensyaratkan pegawainya harus memiliki 2 anak saja. Maksudnya, setiap pejabat dan pemimpin di Indonesia (terutama) mendidik dirinya dan bawahannya untuk hidup bersahaja, kemudian saling mengapresiasi kebaikan/kesuksesan, dan menghindarkan diri dari berperilaku narcissist abusive. Karena disadari atau tidak, perilaku abusive yang diterimanya pada masa kanak-kanak termasuk penyumbang juga di dalam trauma/luka batin mereka dan munculnya rasa tidak percaya diri/tindakan korupsi tersebut.

Dengan meningkatkan rasa percaya diri, membentuk lingkungan yang kondusif, serta memulihkan luka-luka batin/trauma masa kanak-kanaknya akibat perilaku abusive yang diterimanya, angka korupsi berpotensi menurun. Atau, lebih baik lagi jika sebelum seseorang itu menikah atau menjadi pegawai/pejabat, narcissist abusive-nya sudah disembuhkan, sehingga dapat memutus “kutukan generasi” akibat perilaku tersebut. Bisa juga dengan mendatangkan psikolog atau semacamnya untuk melakukan terapi massal terhadap orang-orang di instansi atau lembaga tersebut agar lebih percaya diri dan sembuh dari luka-luka akibat narcissist abusive yang pernah diterimanya. Bagi yang tidak menunjukkan perbaikan tidak layak bekerja di sana, perlu diterapi dulu sampai sembuh.

Jika Garry Keller dan Jay Papasan di dalam bukunya The One Thing mengatakan bahwa kitah harus menemukan 1 hal terpenting untuk mengatasi beberapa masalah yang diakibatkan olehnya, bisa jadi “one thing” tadi adalah “rasa percaya diri” tersebut. Begitupun dengan Charles Duhigg dalam bukunya The Power of Habit, mengatakan hal serupa. Jika kita bisa menemukan 1 kebiasaan yang berpengaruh, maka kita bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan yang lain. Terkadang seperti efek domino. Nah, kebiasaan apa yang bisa meningkatkan/menurunkan rasa percaya diri tadi? Apakah kesombongan, sering dihina, menunjukkan kekayaan berlebihan di tempat kerja, sering dibanding-bandingkan, atau apa?

Jika tahun demi tahun angka korupsi dan kecuranagn di Indonesia masih saja tinggi, pasti ada yang salah atau perlu dibenahi. Apakah aturannya yang perlu diperbaiki, penerapannya yang perlu diperbaiki, atau memang dibutuhkan cara baru untuk diterapkan? Bagaimana jika Anda mencoba cara saya, tidak ada salahnya, bukan?

 

 

Sumber gambar:

https://www.maxpixel.net/Lightbulb-Idea-Light-Good-Good-Idea-Bulb-Business-2844393

About The Author

Dini Nuris Nuraini 39
Ordinary

Dini Nuris Nuraini

penulis, blogger
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel