Tidak Mencari Istri tapi Mencari Ibu dari Anak-Anakku, Oh No....

26 Mar 2019 13:34 4963 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Hargai peran wanita, baik sebagai istri maupun sebagai ibu.

Pernah tidak Anda mendengar ada pria berkata/menulis, “Aku tidak mencari istri, tetapi mencari ibu dari anak-anakku?” Atau tidak berkata seperti itu melainkan dalam bentuk lain yang tidak kalah fatal, yaitu hanya menuliskan visi misi tentang anak. Misalnya, membentuk anak yang begini begitu. Lumayan sering ya? Kalau saya sih iya. Saya tidak tahu awalnya dari mana, tetapi saya pernah mengetahui langsung ada ustaz yang mengatakan/menyarankan demikian. Apakah pria-pria tadi meniru ustaz tersebut? Apapun itu, saya menganggapnya fatal dan perlu diluruskan. Mengapa?

Berikut ini alasannya:

1. Tidak menghargai wanita

Pria tersebut tidak menghargai istri atau calon istrinya. Apalagi mengapresiasi, jelas tidak. Pria seperti ini tidak menghargai keberadaan istri sebagai pasangan dan seolah tidak butuh pasangan. Hanya status “istri” tetapi lebih seperti “peternakan”.

 

2. Zina

Anda bisa memiliki anak tanpa melalui istri, yaitu dengan berzina. Itu tidak perlu menikah atau memiliki istri, langsung jadi anak dan status ibu otomatis disandang oleh pasangan zinanya.

 

3. Pria tersebut belum menikah, ia berzina dengan orang lain lalu memiliki anak. Pasangan zinanya ini tidak dinikahi, tetapi anaknya ikut Si Pria. Nah, pria ini kemudian menikah dengan wanita lain yang dijadikan “ibu” dari anak tersebut. Tetapi hanya statusnya yang istri, tidak dianggap istri. Hanya berfungsi sebagai ibu Si Anak.

 

4. Istri lebih pasti daripada ibu dari anaknya

Normalnya, kehadiran istri lebih pasti daripada kehadiran anak. Pria memilih calon istrinya lalu menikah dulu baru punya anak. Begitu kan tahapannya? Menjadi istri dulu, baru menjadi ibu.

 

5. Kalian belum tentu memiliki anak

Masih berhubungan dengan poin ke-4, kehadiran anak itu belum pasti. Itu adalah hak prerogatif Allah memberi atau tidak. seorang wanita yang dinikahi sudah pasti menjadi istri tetapi belum tentu menjadi ibu.

 

6. Pria tersebut duda beranak, dan menikah hanya agar ada yang momong (merawat) anaknya

Dia modus, aslinya cari baby sitter saja. Istri hanya sebagai status.

 

7. Menjadi ibu itu ada tahapan atau prosesnya

Memang setiap wanita dibekali dengan naluri keibuan, tetapi untuk menjadi ibu yang sesungguhnya ada prosesnya. Ia perlu beradaptasi dulu dengan suami dan lingkungan barunya, termasuk perannya sebagai istri. Kemudian menilai diri dan suaminya apakah sudah layak untuk menjadi orangtua (memiliki anak) atau tidak. Tidak asal beranak. Bisa saja mereka cepat punya anak, tetapi jika dia atau suaminya belum cakap/mampu untuk itu, ya anaknya jadi apa. Anak itu tanggung jawab berdua, butuh kerja sama di dalam mengasuhnya dan juga mengurus hal-hal lain.

 

8. Bagi pria yang hanya menuliskan visinya hanya tentang anak, jika ternyata pernikahan mereka tidak dikaruniai anak, maka dia tidak punya visi lagi. Ini bahaya, rumah tangganya bisa tanpa arah.

 

9. Bayi tabung, kloning, dan teknologi lain semacam itu

Dengan teknologi-teknologi ini Anda tidak perlu punya istri, karena ada wanita-wanita tertentu yang bersedia untuk menyewakan rahimnya.

 

10. Persetubuhan yang sah hanya bisa dilakukan bersama istri

Yakin Anda tidak butuh istri? Yang saya tahu, mayoritas pria di luar sana menikah hanya agar dia bisa melakukan seks dengan halal. Apalagi konon katanya area otak pria itu didominasi oleh seks. Jika Anda hanya membutuhkan peran ibu bagi anak Anda, lupakan tentang “jatah” harian.

 

11. Pria tersebut punya anak asuh/anak adopsi/anak angkat

Anak tersebut dianggap anaknya. Lalu pria ini mencari “ibu” asuh dari anak-anak tadi. Bisa dengan dinikahi (punya istri tapi hanya status), bisa juga tidak (semacam ibu asuh saja/baby sitter/pembantu)

 

12. Pura-pura menikah

Bisa jadi pria tersebut gay. Iya dia butuh anak, agar dikira normal/heteroseksual. Tetapi tidak butuh istri, butuhnya “suami”.

 

13. Tidak niat menikah

Dia ini asyik dengan dunianya sendiri. Terpaksa menikah dan punya anak agar tidak didesak-desak lagi. Tetapi tidak butuh istri. Istrinya dicuekin.

 

Nah, setidaknya ada 13 poin yang perlu diperhatikan mengapa Anda jangan lagi mengatakan “tidak butuh istri”. Sebaliknya, bagi wanita, jangan mau dengan pria yang mengatakan/menulis demikian. Pria yang tepat akan mengakui dan menghargai peran Anda seluruhnya, termasuk sebagai istri. Sembarangan saja tidak butuh istri.

 

Sumber gambar: Pixabay (by Omarmedinafilms)

Tags Keluarga

About The Author

Dini Nuris Nuraini 39
Ordinary

Dini Nuris Nuraini

penulis, blogger

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel