Prioritas Demokrat Jaga Perdamaian Dunia

6 Feb 2019 10:35 1569 Hits 0 Comments
Sebagai mantan perwira TNI yang pernah bertugas sebagai penjaga keamanan dunia atau PBB, AHY paham betul bagaimana cara mengatasi konflik. 

Ada hal menarik yang saya lihat di halaman Twitter Komandan Komando Tugas Bersama (Dankogasma) DPP-Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Senin (4/2/2019) lalu.

Di akun tersebut, AHY menegaskan, Indonesia harus berada di depan untuk suarakan dunia yang damai, bebas dari senjata nuklir.

Dalam pernyataan AHY tampak keoptimisannya terhadap Indonesia sebagai salah satu negara yang consern terhadap perdamaian dunia.

“Saya yakin, setiap bangsa ingin dunianya berada dalam keadaan aman & damai. Demikian juga bangsa Indonesia. Itulah sebabnya Indonesia, sesuai amanah konstitusi (UUD 1945) aktif dalam upaya pemeliharaan perdamaian dunia (peacekeeping),” tulis AHY di Twiter.

Sebagai mantan perwira TNI yang pernah bertugas sebagai penjaga keamanan dunia atau PBB, AHY paham betul bagaimana cara mengatasi konflik. Baik internal maupun eksternal. Politik dalam dan luar negeri.

Kader muda Demokrat ini begitu paham kondisi politik dunia. Karena dalam prioritas Demokrat untuk di pemerintah baru nantinya akan lebih mengedepankan perdamaian dunia melalui pembatasan tenaga kerja asing.

Dan negara akan menjamin perlindungan hukum kepada rakyat secara adil. Tugas, kewajiban dan perjuangan Demokrat untuk rakyat bisa diwujudkan melalui legislatif (DPR RI/DPRD) dan jajaran pemerintahan baru setelah Pilpres mendatang. 

Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan pemberitaan pembatalan perjanjian senjata nuklir jarak menengah (INF) antara Amerika Serikat & Rusia. Ini mengejutkan & buruk bagi dunia.

Perlombaan senjata nuklir bisa terjadi lagi. Dunia yang sudah banyak konflik & peperangan, makin tidak aman.

Dulu, tahun 1987, ketika Presiden Reagan (AS) & Presiden Gorbachev (Uni Soviet) menandatangani perjanjian INF, dunia merasa lega. Dunia tak terhantui perang nuklir bisa terjadi setiap saat. Apalagi Perang Dingin pun berakhir.

Kini, dunia perlu bersatu, termasuk kepemimpinan PBB, untuk meminta Amerika Serikat (Trump) & Rusia (Putin) tetap pertahankan komitmen & aksi nyata untuk tak kembangkan senjata nuklir. Kalau ada persoalan, lakukan negosiasi & tak langsung batalkan perjanjian INF.

Semoga Trump & Putin bisa mencontoh para pedahulunya, Kennedy & Kruschev, yg sama-sama menahan diri ketika terjadi Krisis Misil Kuba pada awal 1960an, yg bisa berujung pada perang nuklir terbuka. Kedua negara besar ini tidak boleh “egois”, tetapi pikirkanlah bangsa-bangsa lain.

Bisa dibayangkan jika dunia kembali berlomba-lomba kembangkan senjata nuklir, sementara kita berharap ada solusi yg baik untuk isu “nuklir Iran” & “nuklir Korea Utara”. Bayangkan pula, kalau senjata nuklir ini jatuh ke tangan teroris.

Bagaimana pula kalau para pemimpin AS, Rusia & negara lain yang punya nuklir salah perhitungan (miskalkulasi) & “grusa-grusu” dalam ambil keputusan, termasuk penggunaan senjata nuklir? Jadi apa dunia kita?

Saya berpendapat, Indonesia harus berada di depan untuk suarakan dunia yang damai, bebas dari senjata nuklir. Sebagai anggota G20 & negara terbesar di ASEAN, kita punya hak & peluang untuk itu. Oleh sebab itu, di pemilihan umum 17 April mendatang merupakan harapan Demokrat untuk menang dan meraih suara terbanyak untuk mewujudkan prioritas melalui Presiden RI dan pemerintah untuk membangun Indonesia 5 tahun mendatang. Ini juga perintah konstitusi!

Tags

About The Author

Cristina Balqis 23
Novice

Cristina Balqis

What doesn't kill you only makes you stronger. Except for zombie bites

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel