Kita Tetap Sama 1

16 Apr 2016 19:59 2636 Hits 1 Comments
fiksi

Kita Tetap Sama

Cip: Jaka Purwanto

           

                 Matahari sudah setengah menghilang, panasnya pun sudah berubah menjadi hangat yang menyegarkan kulit. Debur ombak beralun lambat, menarik dedaunan bakau dan mengantarkannya kembali ke darat. Disuatu sisi pantai terdapat seorang pria muda. Kemeja putih yang dibagian tangannya ia lipat, tampak masih rapi, ditambah celana sapari yang ia gunakan juga terlipat selutut. Yah bisa dilihat dia adalah pria terdidik dan lumayan berduit, namanya Jek.

     Ia memandangi beberapa orang anak yang berlarian di pantai, mereka membasahi tubuh mereka dan tertawa bersama. Mengotori tubuh mereka dengan  pasir dan menceburkan diri lagi ke pantai.

“mereka seperti kita dulu ya” ucap seorang wanita di belakangnya. Pria itu  terkejut akan kehadiran seorang wanita dibelakangnya. Ia segera membalikan badannya dan memandang ke arah sumber suara tersebut.

     “oh.. h..hay Juni”. Ia yang awalnya tampak santai langsung tampak terlihat kaku. Ya ia mengenal wanita itu, tapi dia tak menyangka bahwa wanita yang sangat dia kenal ini begitu jauh berubah. Dulu gadis manja ini selalu menangis jika datang padanya. Gadis yang membuat dia selalu ingin melindungi. Kini dia sudah tampak seperti seorang dewi, dewasa, dan bahkan tampak lebih beribawa membuat Jek benar-benar kaku.

     Gadis itu tidak menjawab. Pipinya memerah, matanya mulai berkaca-kaca. Sepertinya dia tidak bisa menutupi sifat aslinya didepan Jek. Sementara Jek hanya terenyum, bagaimana pun Juni telah berubah di tetap Juni yang Jek kenal.

     Dan akhirnya dia bersuara, “hmm Jek, kamu apa kabar?” Meledaklah tangisannya. Dia benar-benar tidak bisa menutupinya. Juni menjatuhkan wajahnya di dada Jek. Seakan ia ingin hanya Jek yang tau kalau dia menangis.

     Jek tersenyum. “hey cengeng, aku baik aja kok. Aku gak kenapa-kenapa”

     Juni mengangkat kepalanya, ia menghapus air matanya. “siapa juga yang nangis gara-gara takut kamu kenapa.” Dia tersenyum.

     “terus kenapa kamu nangis?”

    

“aku tuh cuma gak nyangka, sekian lama kita pisah. Meskipun sengaja sama-sama gak kasih kabar. Kamu masih ingat janji kita buat ketemu disini. Dan aku selalu memikirkanmu”

     “disini kan tempat kita pertama ketemu. Disini juga kita berpisah dan janji buat ketemu lagi. Dan kalo janjinya ketemu lagi sama kamu, aku gak akan pernah lupa.”

     “tolong dong jangan buat aku nangis lagi” pipi Juni mulai merah.

     “memangnya kata-kataku itu mengharukan? Iya sudahlah  aku janji Juni. Oh ya.. kamu kabarnya gimana? Masih sering gagal gak?” jek memegang kedua bahu Juni sambil meyakinkan.

     “entahah Jek, aku terus kepikiran kamu. Kamu gimana? Udah coba punya pasangan belum?”

     Jek tidak menjawab, ia kemudian membalikan badannya berjalan menuju pantai.

     “aku penasaran gimana rasanya punya pasangan” dia berteriak kearah Juni.

Bersambung....

Tags

About The Author

Jaka Purwanto 18
Novice

Jaka Purwanto

berusia 18 tahun, sangat suka membaca novel dan menulis cerpen
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Jaka Purwanto