Kangkung Hidroponik, Sayuran Tahan Banting: Ulasan dan Tutorial

9 Feb 2016 15:44 26851 Hits 2 Comments
Budidaya Kangkung Secara Hidroponik

Anda tertarik menanam sayuran dengan cara hidroponik? Mau coba-coba mempraktekkannya?

Nah, penulis merekomendasikan kangkung sebagai sayuran percobaan. Mengapa? Karena kangkung terbukti sebagai sayuran hidroponik yang gak neko-neko sekaligus tahan banting. Selain kuat dan perkasa, perawatannya pun tidak ribet bin capek, menurut Mas Aca Al-Jawawi, menanam kangkung itu seperti miara kura-kura, asalkan diperhatikan makan-minumnya, beres.

Baca Juga : Mengenal Hidroponik

O iya, Selamat Tahun Baru (Imlek) 2657. Gong Xi Fat Cai. (Meski bukan kapasitas saya untuk memperdebatkan boleh tidaknya mendoakan selamat kepada sesama manusia, namun saya terbuka untuk diskusi lebih lanjut kok, siapa tahu saya dapat pencerahan).

Nah, balik lagi ke hidroponik...

Setelah sukses dengan selada rumahan, Zery alias Tono mencetuskan gagasan untuk memperlebar sayap sayuran sistem Hidroponik dengan menambah lahan dan jenis sayuran yang ditanam, Tuhuk Ma'arit yang pada dasarnya tidak pernah makan bangku sekolahan (emangnya rayap?) langsung setuju dan mengiyakan.

Baca Juga : Selada Hidroponik

Kami mulai merekrut anggota dan meneliti apa saja bahan yang diperlukan. (Kami berdua mendapatkan tiga orang sukarelawan tetap, Anjank Pahlevi Al-Dadali, Asra Kwok Al-Jawawi, dan Haji Sabirin Al-Koholi. Kok, bau-bau ISIS gitu, ya)

Target operasi kami adalah kangkung.

Gambar: Kangkung hidroponik segar dan higienis

Memang pada awalnya ketika browsing-browsing tata cara berhidroponik yang baik dan benar, kami mendapati bahwa ternyata modal awalnya sangat berat dan perlengkapannya susah didapat. Namun, seperti yang dikatakan Zery yang berlatar belakang seniman, Hidroponik adalah seni dan kreativitas, semakin tinggi tingkat seni dan kreativitas Anda, maka akan semakin banyak jalan raya maupun jalan tikus yang terbuka menuju Roma, hus, jangan dangdutan dulu, mari kita lanjutkan.

 

Persiapan

Berikut langkah Persiapan kami untuk menanam sayuran Hidroponik skala rumahan:

Langkah pertama adalah dengan menyiapkan benih kangkung dengan membelinya di toko pertanian dan peternakan. Di sinilah kelebihan tanaman kangkung yang pertama, benihnya murah dan mudah didapatkan. O, iya, kami menggunakan varietas kangkung darat atau lebih dikenal kangkung cabut.

Untuk nutrisi hidroponik atau biasa dikenal AB-mix, penulis memesannya melalui toko jual-beli online, dan sementara menunggu pesanan datang, kami menggunakan sisa nutrisi tanaman selada yang belum terpakai.

Langkah selanjutnya adalah menyiapkan wadah penampung air nutrisi berupa bak styrofoam (gabus) bekas box ikan dan wadah tumbuh sayuran berupa gelas air mineral bekas, kemudian melubangi keduanya.

Gambar: Persiapan hidroponik sistem rakit apung

Harus dilubangi gan?

Harus atuh, fungsi lubang pada penutup bak adalah sebagai tempat masuknya gelas, dan lubang pada gelas untuk sirkulasi udara dan pertumbuhan akar tanaman.

Bagian penutup bak dilubangi sebesar gelas yang akan dipakai dengan menggunakan cutter dan pisau, dengan pertimbangan pertumbuhan kangkung cabut yang tumbuh ke atas dan bukan ke samping, jarak antara lubang yang satu dengan yang lainnya adalah sekitar 5 cm saja. Ini kelebihan sayuran kangkung yang kedua, lebih hemat tempat dibanding sayuran lainnya.

Gelas-gelas plastik kami lubangi dengan solder, jika tidak ada solder, Anda bisa menggunakan paku yang dipanaskan ataupun dengan pisau/cutter, karena menurut pengalaman penulis, perbedaannya hanya pada kerapian saja, yang penting fungsi sirkulasi tetap terpenuhi.

Kangkung Hidroponik, Sayuran Tahan Banting: Ulasan dan Tutorial

Gambar: Memanfaatkan gelas bekas

Langkah berikutnya adalah menyiapkan media tanam atau penyangga akar sayuran. Media tanam yang paling lazim digunakan adalah rockwool, cocopeat, atau arang sekam. Berhubung keterbatasan waktu untuk mencari ketiganya (kebetulan susah didapatkan waktu itu), penulis akhirnya menggunakan spons bekas kasur. Ya, tak ada rotan, akarpun jadi.

Kangkung Hidroponik, Sayuran Tahan Banting: Ulasan dan Tutorial

Gambar: Potongan spons

Spons tadi kami potong dadu seukuran dasar gelas, kira-kira 4x4x4 cm. Tidak ada ukuran mutlak sih, angka yang penulis sebutkan hanya perkiraan, jadi jangan diukur dengan penggaris ya... sesuaikan saja dengan ukuran gelas.

Bagian tengah spons dilubangi sebagai tempat memasukkan benih kangkung kemudian spons tersebut direndam ke dalam air agar memancing kapileritas atau daya serap spons tersebut.

Awalnya, penulis yang latah menanam selada hanya melubangi satu untuk setiap spons saat menanam kangkung. Saat melihat pertumbuhan kangkung tersebut, ternyata satu lubang satu spons untuk kangkung adalah hal yang mubazir, selanjutnya penulis membuat 4-6 lubang per-spons untuk gelas standar dan 9-12 lubang untuk gelas berukuran jumbo (kira-kira diameter 8 cm) untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

 

Penyemaian

Benih kangkung yang baik adalah yang benih baru yang belum kena air, udara, atau terpapar sinar matahari. Benih yang baik biasanya berwarna gelap dan tidak kopong. Biasanya penulis merendamnya dulu di air hangat beberapa jam, namun tidak masalah jika langsung menaburkannya pada spon yang sudah dibasahi (direndam air).

Waktu yang disarankan saat menyemai adalah ketika sore hari, setiap lubang hanya diisi satu benih saja, karena jika lebih, kecambah-kecambah yang tumbuh akan berhimpitan dan mengganggu proses pertumbuhan. Setelah disemai, tutup bagian atas wadah semai dengan plastik hitam, jangan dibungkus rapat, ya, ntar semaiannya sesak nafas, kemudian taruh wadah semai di tempat yang aman.

Saat pagi tiba, usahakan ketika matahari baru terbit, keluarkan wadah semaian tadi ke tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari langsung, periksa apakah biji-biji tersebut sudah berkecambah atau belum, ciri-cirinya keluar benang putih (calon akar) dari biji tersebut. Jika belum ada tanda-tanda berkecambah, tutup lagi dengan rapat.

Biasanya biji-biji kangkung mulai memecah dalam 24 jam (bisa kurang atau lebih tergantung jenis tanaman dan kualitas benih), jika pada sore hari atau malam berikutnya sudah berkecambah, upayakan sesegera mungkin menjemurnya ke sinar matahari pada pagi keesokan harinya untuk menghindari "kutilang" atau etiolasi bahasa ilmiahnya untuk pertumbuhan minggu pertama yang terlihat kurus tinggi langsing.

Etiolasi tidak bisa dianggap remeh karena berdasarkan pengalaman penulis, etiolasi berdampak pada pertumbuhan yang tidak stabil dan pada beberapa sayuran mengakibatkan umur tanaman yang tidak bertahan lama.

Tips, Kami menyebut benih kangkung dengan sebutan "Benih yang melompat". Akar yang keluar dari biji kangkung lumayan besar dibanding biji sayuran lainnya, kekuatan dorongnya tidak sebanding dengan kemampuan akarnya untuk menembus dinding spons. Jadi, jika menggunakan media spons, ada baiknya memasukkan biji kangkung sedikit lebih dalam, kira-kira 0,5-1 cm ke dalam spons. Karena saat kami meletakkannya di permukaan spons, pada waktu akar keluar dan mendorong masuk ke dalam, benih akan bergulir dari permukaan dan kadang-kadang masuk ke lubang di sebelahnya.

Setelah pengenalan kecambah terhadap sinar matahari, maka dimulailah kegiatan perawatan fase pertama.

 

Perawatan Fase Pertama (Minggu 1)

Kesalahan dalam berhidroponik yang menjadi pengalaman berharga kami dalam penyemaian adalah dengan menyemai langsung biji ke wadah penampungan air nutrisi.

Mengapa ini disebut kesalahan?

Karena tidak semua benih kangkung yang disemai akan berkecambah dan waktu pemecahan biji masing-masih tidak serempak, dengan meletakkannya langsung di wadah penampung nutrisi yang bersifat permanen hingga masa panen, itu berarti pertumbuhan mereka tidak merata.

Gambar: Semaian terpisah

Akhirnya kami mulai membuat semaian baru di tempat terpisah, sehingga kami dapat memilih bibit mana yang siap untuk dipindah ke wadah penampung berupa boks atau bak yang telah disediakan. Lagipula, benih-benih yang ditanam sebenarnya tidak perlu mengenal larutan nutrisi terlalu dini.

Pada fase pertama, kecambah-kecambah yang keluar dari biji memang sebaiknya disiram pada pagi dan sore hari, tapi cukup dengan air saja. Kemudian pada saat bibit sudah berdaun empat yang terdiri dari dua daun pertama dan dua daun sejati, maka bibit-bibit kangkung siap dipindahkan ke media tanam selanjutnya.

Rata-rata fase pertama memakan waktu satu minggu, bisa jadi kurang dan tidaklah mengapa jika lebih. Pada saat-saat tertentu ketika belum tersedianya wadah penampungan, kami membiarkan bibit-bibit kangkung di tempat semaian selama dua minggu bahkan lebih.

 

Perawatan Fase Kedua (Minggu 2-3)

Pada fase ini, tanaman mulai harus diberikan kasih sayang dan perhatian. Eh? Serius, yaitu dengan memberikan asupan gizi dan sinar matahari yang cukup.

Asupan gizi berupa nutrisi hidroponik mulai diberikan dan dijaga pH dan PPMnya. Apa lagi tuh pH dan PPM? Nanti akan kita bahas secara terperinci pada artikel lainnya. Ringkasnya, pH adalah derajat keasaman air dan PPM adalah konsentrasi larutan nutrisi dalam setiap liter air di wadah penampungan.

Gambar: Kangkung hidroponik dalam wadah plastik

Kedua-duanya (pH dan PPM) harus diperhatikan loh, agar pertumbuhan tanaman menjadi maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Derajat keasaman yang dibutuhkan kangkung adalah kisaran 5.5-6.5 (mendekati netral) dan PPMnya adalah 750-1.050, itu secara teori.

Pada prakteknya, kami mengambil angka tengah-tengah untuk pH, dan untuk PPM sesuai selera. Mengapa demikian? Menurut pengamatan kami, kebutuhan serapan nutrisi kangkung meningkat seiring pertumbuhannya. Jika pada minggu kedua kangkung-kangkung membutuhkan 750-900 PPM, maka pada minggu ketiga kebutuhan kangkung ikut meningkat, sekitar 900-1.050.

Pada praktek selanjutnya, banyak hal yang terjadi di luar dugaan, hujan yang tiba-tiba menggenangi wadah, kebocoran wadah, serangan hama, minimnya sinar matahari seiring meningkatnya curah hujan, dan sebagainya. Ajaibnya, kangkung adalah tanaman yang mampu bertahan dalam keadaan ekstrem dibanding sayuran lainnya.

Baca juga : Hidroponik di Musim Hujan

Sebelum kami mampu membuat nutrisi hidroponik hasil buatan sendiri, ketika paket nutrisi yang penulis pesan dari Pulau Jawa tak kunjung datang, penulis sempat kelabakan dan merasa sedikit frustasi akan masa depan kangkung-kangkung kami. Penulispun berinisiatif untuk membeli bermacam-macam pupuk organik yang bisa didapatkan di toko pertanian yang berbentuk cair maupun padat.

Menurut teori, nutrisi yang mudah diserap akar tanaman adalah nutrisi berupa kation-kation yang kemudian dirubah menjadi ion. Ini benar adanya, sehingga tidak salah jika kemudian ada sebuah website terkenal (bukan blog ecek-ecek) yang mengatakan secara teoritis pupuk organik tidak bisa diberikan dan tidak mungkin mampu menopang pertumbuhan tanaman hidroponik, apalagi pupuk NPK yang notabene-nya berbentuk padat dan memiliki tingkat larut di air yang sangat rendah.

Ironisnya, kebetulan penulis membaca sebuah posting dari, maaf, beberapa “blog ecek-ecek” (lebih dari satu) yang tingkat popularitas penulisnya tidak mungkin melebihi popularitas website terkenal namun berani mengatakan hal yang sebaliknya, bahwa menurut pengalaman mereka pupuk NPK bisa menjadi alternatif pupuk AB-mix.

Penasaran. Itu yang penulis rasakan. Penulis lalu menggunakan pupuk NPK mutiara (sebagai unsur makro), meremukkannya, mengaduknya dengan air panas, menambahkan pupuk Gandasil-D (sebagai unsur mikro) dengan perbandingan 5:1, memberikannya ke kangkung dengan dosis 1.000 PPM, kemudian iseng-iseng memberikan dosis yang sama ke tanaman sawi.

Hasilnya?

Penulis menjadi pro kepada pemilik "blog ecek-ecek" yang telah penulis singgung sebelumnya di atas.

Faktanya, kangkung kami bukan saja bertahan hidup tetapi mampu tumbuh dan berkembang sampai hingga nutrisi pesanan kami akhirnya datang.

Tips, campuran di atas adalah alternatif saja, pada percobaan sawi, daun sawi menguning karena kekurangan salah satu unsur makro dan pertumbuhannya agak sedikit terlambat dibandingkan memakai nutrisi AB-mix. Kami menarik kesimpulan, daya serap dan konversi setiap tanaman terhadap nutrisi itu berbeda-beda.

Menguasai teori saja tidak cukup, kegiatan belajar akan lebih membekas dan berkesan dengan praktek. Hanya saja, beranikah Anda menanggung resiko kegagalan? Entah karena memang bodoh atau karena berani gagal, kami tidak segan-segan berimprovisasi dan mengembangkan ilmu yang kami dapatkan.

Ketika membaca biografi Andres Amador, penulis setuju bahwa dengan menggali ilmu dari pengalaman akan menghasilkan pengalaman baru, ilmu baru. Saat ilmu itu diterapkan, lagi-lagi kita akan mendapat pengalaman baru, ilmu baru, dan seterusnya.

Begitu juga dengan kangkung hidroponik. Secara kebetulan eksperimen kami terhadap kangkung memberikan hasil yang sangat bermanfaat bagi kami, sehingga ketika kami berkenalan dengan kangkung, rasa sayang kami kepada kangkung mulai tumbuh. Ya, tak kenal maka tak sayang.

Kangkung memberikan perspektif baru, tanaman ini tahan banting, kira-kira seperti itulah yang terpatri di benak kami.

 

Perawatan Fase Ketiga (Minggu 4 sampai panen)

Setelah melewati 3 minggu jika dihitung sejak semai biji atau 2 minggu jika dihitung dari pindah tanam dari bibit ke media bernutrisi (selanjutnya penulis akan menggunakan hitungan dari biji untuk penentuan sebutan umur tanaman), kangkung menunjukkan progres pertumbuhan yang pesat dibanding sayuran lainnya.

Gambar: Menghitung hari menunggu panen kangkung

Memasuki minggu ke-empat, kangkung sudah mencapai tinggi 20 cm (dihitung dari permukaan spons). Jika dilihat dari ukuran daunnya, sebenarnya kangkung ini sudah layak panen jika menginginkan kangkung yang muda dan "krenyes-krenyes".

Pada masa-masa ini, kangkung mulai "rakus", hal ini disebabkan oleh populasi yang padat per-gelas dan akar kangkung yang lebih besar dan panjang dibanding sawi dan selada. Akibatnya, air nutrisi lebih cepat mengering, sehingga perhatian juga harus ekstra dengan cara selalu menakar kadar PPM dan pH serta menambahkan volume air, pada fase ini kami memberikan nutrisi dengan takaran 1.100-1.250.

Pernah suatu kali penulis lupa menambahkan air pada malam harinya dan keesokan harinya kangkung dalam salah satu bak tersebut menjadi "lemas" karena dehidrasi tetapi tidak mati, hal ini karena media penyangga akar berupa spons yang masih menyimpan air di dalamnya.

Grafik "rakus" ini sebanding dengan pertumbuhannya, dalam satu minggu saja akan terlihat perubahan drastis dari hari ke hari pada daun dan batangnya, di penghujung minggu ke-empat, kangkung mencapai panjang rata-rata 30 cm atau lebih.

Tara...! Saatnya panen!

Gambar: Tono dan Anjank saat pelaksanaan prosesi panen kangkung

Puncak dari kebahagiaan merawat sayuran adalah saat panen, saat kita menuai apa yang kita tabur, di saat kita akhirnya menikmati hasil jerih payah kita sendiri.

Man Jadda Wajada... Ya, siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya.

Kangkung Hidroponik, Sayuran Tahan Banting: Ulasan dan Tutorial

Gambar: Bersyukur akan menambah nikmat

 

Kesimpulan

Kangkung sayuran favorit kami karena beberapa alasan, yaitu:

1. Ekonomis dan higienis. Fakta bahwa harga kangkung itu murah (di tempat penulis, satu ikat kangkung harganya 3-4 ribu rupiah) dan mudah ditemukan di pasaran memang tidak terelakkan, namun ketika kangkung tumbuh dari media hidroponik, kangkung menjadi sayuran elit di mata kami. Ekonomis karena harga benih yang murah dan hasilnya yang berlimpah, serta higienis karena tidak menggunakan tanah (bebas bakteri E. Coli dan Salmonella) dan 100% bebas pestisida, fungisida, maupun insektisida.

2. Tingkat adaptasi dan pertahanan hidup yang sangat bagus.

Adaptasi lingkungan misalnya, si kangkung tidak terlalu peduli dengan cuaca setempat, hujan maupun panas, lembab, kering, maupun basah, asalkan dapat sinar matahari secukupnya setiap hari, menjaga nutrisinya, itu sudah cukup.

Kemudian adaptasi nutrisi, dikasih AB-mix ataupun bukan kangkung tetap tumbuh sehat. Ketinggian air nutrisi juga tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhannya, beberapa jenis sayuran lain akan mengalami busuk akar atau busuk batang bila terendam, kekurangan oksigen dan lain sebagainya, ataupun mengalami kekeringan, layu dan menguning jika kelebihan atau kekurangan nutrisi, namun berdasarkan pengamatan kami, kangkung masih bisa bertahan selama 24 jam hidup tanpa air, biarpun mengering dan layu akan kembali segar setelah diairi lagi. Hebat, bukan?

3. Hemat tempat. Dalam satu pot/gelas bisa menampung 6-12 benih, jarak antar gelas dalam bak atau wadahnya pun bisa disusun serapat mungkin. Berbeda dengan sawi misalnya, jarak antar satu gelas dengan gelas lainnya sekitar 20 cm. Jika menanam sawi dalam sebuah bak ukuran 30 cm x 40 cm misalnya, maka maksimal lubang untuk gelas hanya 4 lubang, sedangkan untuk pot/gelas kangkung bisa sampai 12 lubang.

4. Masa panen singkat dan bisa untuk 2-3 kali panen. Iya, dalam 25 hari sejak biji disemai, kangkung sudah boleh dipanen, bahkan setelah dipanen pun, kangkung tersebut masih tumbuh terus sebelum akhirnya berbunga. Karena ketika kangkung sudah berbunga batangnya relatif lebih besar dan keras dan sebaiknya tidak digunakan lagi atau menyemai bibit baru.

Overall, semua detail ulasan dan tutorial ini murni hasil pengalaman, memang pada dasarnya penulis tidak menguasai teori, namun ketika kami mempraktekkannya, teori-teori baru akan bermunculan seiring pengalaman. Mengutip ucapan Mas Anjank, "Buktikan dulu, baru bicara!"

Takut gagal adalah kegagalan yang sebenarnya.

Jika pembaca mempunyai pengalaman di bidang ini, jangan ragu untuk berbagi atau menulis artikel serupa di Plimbi.

 

Tags

About The Author

Tuhuk Ma'arit 52
Expert

Tuhuk Ma'arit

Bodoh, miskin, dan pemalas. Lahir di Kotabaru (Kalimantan Selatan) pada tanggal 30 Januari 1988. Menulis adalah hal yang biasa bagi saya, saya sudah melakukannya sejak Sekolah Dasar. Saya sudah terbiasa menyalin contekan PR, dihukum menulis di papan tulis, menulis absen dari jarak jauh ketika bolos (mungkin bisa disebut mengisi absen secara online), menulis cerpe'an sebelum ulangan, dan menulis surat cinta di tahun 90-an. Tetapi, menulis ide orisinil adalah hal baru yang akan saya kembangkan. Semoga, amin. Sekarang saya bekerja tetap sebagai pengangguran. Hobi saya yang bercita-cita memberi pekerjaan kepada sejuta rakyat Indonesia adalah bermalas-malasan. Jika istri saya tidak mengetahui akun ini, berarti status saya adalah masih single dan available. Eh?

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel