Polemik Pembakaran Bendera Tauhid pada peringatan Hari Santri

6 Nov 2018 22:42 1060 Hits 0 Comments
Kasus pembakaran bendera tauhid pada peringatan hari santri lalu yang menimbukan perdebatan

Video belasan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) Garut, Jawa Barat membakar bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid pada peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2018 membuat heboh warga terutama di jagad maya. Hal ini tentunya menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat Indonesia. GP Ansor menelusuri soal video viral bendera bertuliskan kalimat tauhid yang dibakar Banser. GP Ansor selaku induk Banser mengatakan bendera yang dibakar itu dilihat sebagai bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ormas yang sudah dibubarkan pemerintah. Namun, tidak sedikit netizen Indonesia mengira bahwa yang dibakar oleh Banser merupakan Ar Rayah yang diidentikkan sebagai panji perang pada zaman Rasulullah SAW . Wakil PresidenÃà HYPERLINK "https://www.cnnindonesia.com/tag/jusuf-kalla" Jusuf KallaÃàmenyebut pemerintah tak akan mengakui bahwa bendera yang dibakar di Garut, Jawa Barat, olehÃà HYPERLINK "https://www.cnnindonesia.com/tag/banser" Barisan Ansor SerbagunaÃà(Banser) NU adalah bendera tauhid. "Ya kan tidak perlu, Pemerintah kan tidak pernah bikin aturan seperti itu. Bahwa masing-masing menganggap itu, silakan," kata Wapres Jusuf Kalla di Kampus IPDN Jatinangor, Sumedang, Jumat (2/11). Ia mengatakan pengakuan terhadap bendera bertuliskan tauhid merupakan kepercayaan masing-masing umat Islam. Sebagai warga Negara yang peduli terhadap keutuhan NKRI, informasi melalui media apapun terutama media social harus kita saring dengan baik. Simpang siur informasi sangat rentan memicu retaknya NKRI janganlah mudah terprovokasi oleh berita hoaks yang tak jelas sumbernya, yang hanya dibuat dengan tujuan mengadu domba . Indonesia terkenal dengan semboyan âBhineka Tunggal Ikaâ. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Lagi-lagi agama yang menjadi sasarannya, yang menjadi problema akut bangsa yang semakin menjauhkan kita dari kata persatuan dan kesatuan. Agama bukan untuk diperdebatkan. Bukan untuk disalahgunakan. Tetapi, agama adalah untuk dijalankan pemeluknya untuk tujuan hidup di dunia dan akhirat.ÃàKita kemudian tahu, salah satu bunyi pasal dari undang-undang yang telah pendiri kita perjuangankan itu berbunyi: âKebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undangâ. Bebas mengeluarkan pikiran, namun jangan salah artikan kebebasan ini dengan tidak disertai rasa tanggung jawab. Apakah kita rela bangsa yang telah diperjuangkan bertahun-tahun lamanya dengan mudah hancur oleh perbedaan pendapat, perbedaan pikiran, atau bahkan hanya dengan berita hoaks yang dibuat oleh oknum tak bertanggungjawab? Selemah itukah mental otak Indonesia? . Tentunya tidak, mari kita bersama-sama menyatukan yang terpisah dan kita sambungkan yang terputus.

Tags

About The Author

Yanuar Rismayani 13
Novice

Yanuar Rismayani

Seorang mahasiswi
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Yanuar Rismayani