sejarah topi kerucut/topi ulang tahun(Baca untuk seorang muslim yang suka topi kerucut)

3 Sep 2018 09:12 8843 Hits 0 Comments
apa teman teman pernah memakai topi kerucut entah itu untuk acara ulang tahun,tahun baru,ataupun saat pada mpls sekolah,ternyata ada sejarah yang mengerikan tentang topi tersebut,topi tersebut di sebut juga topi SANBENITO pada jaman dahulu topi tersebut simbol orang islam yang murtad.simak sejarahnya di bawah ini:

apa teman teman pernah memakai topi kerucut entah itu untuk acara ulang tahun,tahun baru,ataupun saat pada mpls sekolah,ternyata ada sejarah yang mengerikan tentang topi tersebut,topi tersebut di sebut juga topi SANBENITO pada jaman dahulu topi tersebut simbol orang islam yang murtad.simak sejarahnya di bawah ini:

Meniup trompet-terompet ala topi SANBENITO di saat pergantian tahun.
Perayaan-perayaan yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah yang justru nyata-nyata berasal dari kaum Kafir.
Kaum yang telah merampas kejayaan Muslim Andalusia, dan menghancurkan sebuah peradaban maju Islam, Andalusia.

Mau tahu bagaimana sejarah topi kerucut yang identik dengan moment perayaan ulang tahun tersebut? Dalam kajian Kristologi yang disampaikan Irena Handono, dahulu, pada masa Raja Ferdinand dan Ratu Isabela (keduanya penganut Kristiani) berkuasa di Andalusia -- ketika kaum muslimin dibantai – keduanya memberi jaminan hidup kepada orang Islam dengan satu syarat, yakni keluar dari Islam.

Maka untuk membedakan mana yang sudah murtad dan mana yang belum adalah ketika seorang muslim menggunakan baju seragam dan topi berbentuk kerucut dengan nama Sanbenito. Jadi, Sanbenito adalah sebuah tanda berupa pakaian khusus untuk membedakan mana yang sudah di-converso (murtad).

“ Saat itu umat Islam di Andalusia dibantai, kecuali yang memakai Sanbenito. Itu sama artinya bersedia mengikuti agama Ratu Isabela. Topi ala Sanbenito itulah sebagai simbol orang Islam yang sudah murtad. Topi itu digunakan saat keluar rumah, termasuk ketika ke pasar. Dengan menggunakan sanbenito, mereka aman dan tidak di bunuh ” ungkap Irena.

Setelah pembantaian selesai, agenda Ratu Isabela selanjutnya adalah mengejar muslim yang lari dan bersembunyi ke Amerika Selatan. Orang Islam yang tertangkap lalu diseret ke lembaga inkuisi (penyiksaan) yang dilaksanakan oleh orang gereja. Adapun pastur pertama yang ditunjuk Ferdinand dan Isabela untuk melaksanakan inkuisi adalah pastur bernama Torquemada. Ia adalah Jenderal Yahudi yang dikenal sebagai pembantai umat Islam Andalusia.

Bukan hanya orang Islam saja yang diseret ke lembaga inkuisisi, tapi juga orang yahudi yang menolak masuk Kristen. Di tanah lapang, mereka kemudian ada yang dibakar hidup-hidup, ada pula yang disiksa dengan kayu yang diruncingkan sehingga bokongnya akan tertusuk. Penyiksaan lainnya ada yang dipatahkan kakinya. Kekejaman inkuisisi itu memang hendak membuat mati seseorang dengan secara perlahan, bahkan sambil tersenyum. Sadis!

“Ini menunjukan, Kaum Kristiani yang katanya memiliki slogan kasih, ternyata ahli di bidang penyiksaan, dan pembantai Muslim dan Yahudi. Jadi, jangan dikira lembaga inkuisisi itu sudah tidak ada lagi. Juga jangan mengira Knight Templar itu sudah tidak ada. Lembaga Inkuisisi dan Knight Templar itu masih ada hingga saat ini. Buktinya, George W Bush pernah mengatakan, ia diperintah Tuhan untuk melakukan pembantaian dengan menyebut Muslim sebagai teroris,” papar Irena.

Perang Media & Pemikiran

Irena Handono mengimbau, agar seluruh aktivis Islam menguasai media. Ia mengingatkan, bahwa saat ini, kita sedang perang media, pemikiran, budaya, dan peradaban (Ghazwul Fikr). Menurutnya, perang itu ada dua macam, yakni: Perang Berdarah (War With Blood) dan Perang Tidak Berdarah (War Without Blood).
Perang berdarah, kata Irena, adalah perang konvensional (dibunuh lalu mati - selesai). Tapi kalau perang tidak berdarah, sesungguhnya jauh lebih jahat dari perang berdarah. Nah, untuk menghadapi perang tanpa darah, kita harus menggunakan strategi dengan media yang sama.

Irena Center misalnya, telah membuka kajian online, melalui jejaring social Facebook (FB) dan Twiter. Saat ini Irena Handono I pengikutnya sudah mencapai 5.000. Begitu juga akun Irena II dan Irena III. Sedangkan untuk akun tokoh jumlah pengikutnya sudah mencapai 79.784. 000. Menariknya lagi, di kalangan pesantren kini juga telah membuka kajian Kristologi.

“Untuk kajian Kristologi via online, diantara pesertanya ada yang dari beberapa negara, seperti Brunei Darussalam, Swedia, Amerika Serikat, Autsralia, bahkan seorang tenaga kerja asal Indonesa yang bekerja di Iran. Mereka datang dari berbagai profesi, mulai dari dokter spesialis, teknisi, maupun birokrat. Intinya, kita harus all out (habis-habisan) menghadapi perang tidak berdarah,” ungkap Irena.

Setelah kita tahu sejarah ini, apakah kita masih tega memakai SANBENITO? atau membiarkan anak-anak, adik-adik, sahabat-sahabat kita memakainya? padahal 6 abad yang lalu, SANBENITO adalah pakaian tanda seorang muslim telah MURTAD.
Tak hanya tahun baru, ternyata perayaan ulang tahun dan ospek atau lebih di kenal dengan orientasi siswa baru pin kerap menggunakan topi berbentuk kerucut, merupakan simbol seseorang telah menjadi murtad.

Topi tahun baru masehi juga topi ulang tahun yg berbentuk kerucut ternyata adalah topi dengan bentuk yang di sebut SANBENITO. Sanbenito adalah topi yg dipaksa dipakaikan pada kaum Muslim tertindas Andalusia untuk menandai bahwa mereka sudah dimurtadkan dibawah penindasan Gereja Katholik Roma yang menerapkan INKUISISI SPANYOL.

Ketika kaum Frank yang beragama Kristen Trinitarian menyerang Negeri Muslim Andalusia. Mereka menangkapi, menyiksa, membunuh dengan sadis kaum Muslim yang tidak mau tunduk kepada mereka.

Mereka kaum Kristen Trinitarian membentuk lembaga yang bernama Inkuisisi. Sebuah lembaga dalam Gereja Katholik Roma yang bertugas melawan ajaran sesat, atau pengadilan atas seseorang yang didakwa bidat. Dan dalam hal ini yang dimaksud sesat/bidat adalah MUSLIM!

SANBENITO adalah pakaian dan topi khas yang dipakaikan kepada tawanan muslim yang telah menyerah dan mau conferso (confert/murtad). Pakaian ini untuk membedakan mereka (para converso) dengan orang-orang lain ketika berjalan di tempat-tempat umum di Andalusia yang saat itu telah dikuasai Ratu Isabella dan Raja Ferdinand.

SANBENITO adalah sebuah pakaian yang menandakan bahwa seorang muslim di Andalusia saat itu telah MURTAD.

Bagaimana bentuk pakaian itu..Jubah dan topinya..??

SANGAT IRONIS! Kini, 6 abad setelah peristiwa yang sangat sadis tersebut berlalu, para remaja muslim, anak-anak muslim justru memakai pakaian SANBENITO untuk merayakan TAHUN BARU MASEHI dan merayakan ULANG TAHUN mereka.

Meniup terompet-terompet ala topi SANBENITO di saat pergantian tahun. Perayaan-perayaan yang sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah bahkan perayaan tersebut justru nyata-nyata berasal dari kaum Kafir.
Kaum yang telah merampas Muslim Andalusia, dan menghancurkan sebuah peradaban maju Islam, di Andalusia/Spanyol

Astaghfirullahaladzim…

Setelah kita tahu sejarah ini, apakah kita masih tega memakai SANBENITO? Atau bahkan membiarkan anak-anak, adik-adik, sahabat-sahabat kita memakainya? Padahal 6 abad yang lalu, SANBENITO adalah pakaian yang dipakaikan sebagai tanda seorang MUSLIM TELAH MURTAD.

 

Tags

About The Author

Aldi-13 41
Ordinary
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel