Rela Norak Demi Berhutang

19 Jul 2018 21:13 1840 Hits 0 Comments
GHutang itu enak loh. Gak perlu kerja capek-capek, cuma modal bicara plus wajah memelas terus dikasih uang. Perkara bayarnya urusan belakangan, bisa ngumpet misalnya. Haha

Tiba-tiba saja pengen bahas tentang hutang. Mungkin ini karena kemarin liat sinetron bergenre religi di salah satu stasiun tv yang bercerita tentang hutang.

Jadi sinetronnya itu menceritakan sepasang suami istri yang doyan banget hutang. Takjubnya saya itu orangnya tersebut selalu berkelit bayar hutang. Jago banget mengelabui orang lain untuk memberinya hutangan. Mungkin 80% hidupnya dibiayai dari hutang dan oke saya stop cerita sinetronnya ya..

Hutang itu enak loh. Gak perlu kerja capek-capek, cuma modal bicara plus wajah memelas terus dikasih uang. Perkara bayarnya urusan belakangan, bisa ngumpet misalnya. Haha

Eh tapi, menurutku hutang itu sebuah 'momok'. Ibarat jalan sepi dimalam hari, lebih baik dihindari.

Ini bukan soal strata ekonomi. Tapi pokoknya saya takut saja gitu berususan sama hutang. 

Menurut agama Islam maupun ilmu ekonomi dunia, hutang merupakan suatu hal serius dan tidak bisa dianggap sepele.

Artinya kalau gak penting-penting amat, mending gak usah ngutang.

Setidaknya hal ini yang sudah tertanam didiriku sejak kecil. Namun bukan berarti saya gak pernah berhutang. Rugi banget jika kita gak pernah berhutang selama hidup. Loh kok gitu?

Hidup itu gak selamanya enak-enak terus. Ada kalanya kita berada dalam kondisi mendesak yang mengharuskan kita untuk berhutang.

Misalnya saat ditengah jalan bensin motor habis, terus lupa bawa uang. Sombong banget jika kita gak berusaha cari pinjaman dan lebih milih dorong motor sampai  tempat tujuan yang masih jauh.

Saya pernah begitu, kehabisan bensin ditengah jalan. Beruntung ada penjual bensin eceran yang mau tolong. Tapi begitu noraknya saya, gak lama setelah itu buru-buru pulang ambil uang untuk bayar. Padahal penjual bensinnya juga gak minta cepat-cepat kali.

Dan selain itu saya juga merupakan pemberi hutang yang payah. Menurut kepercayaan saya, pemberi hutang itu wajib menagih, minimal itu 3 kali.

Jadi dulu pernah ada teman pinjam uang. Tiap hari saya tagih, haha. Karena memang janjinya besok, siapa suruh yakan. Meski jumlah uangnya gak seberapa loh.

Ya bukan karena jumlah nominal,  saya hanya melaksanakan kewajiban. Karena jika tidak menagih hutang, berarti saya membiarkan orang lain bergelimang hutang.

Dan sebagai siasat saja sih supaya gak sering dipinjamin uang. Saya lebih suka bagi-bagi uang daripada bagi-bagi hutang. Bikin musuhan ujungnya. Namun kalau saya sudah seperti Bill Gates, haha..

Kesimpulannya curhatan saya tentang hutang tadi, anggap saja hanya sebagai curhatan. Tidak ada maksud terselubung.

Sama seperti cerita sinetron yang sudah saya singgung diawal. Bahwa hutang bukanlah sumber mata pencarian maka jangan jadikan tulang punggung yang menanggung hidup kita.

Ilmu hutang itu sangat rumit. Jangan coba-coba berhutang, apa lagi sampai galih lobang tutup lobang. Terlebih berhutang untuk jalan-jalan ke luar negeri.

Anggap saja ini sebagai keresahan saya terhadap budaya hutang yang selama ini saya lihat. Hutang tidak lagi muncul karena situasi terdesak.

Namun kini hutang lebih pada untuk memenuhi gaya hidup yang lebih besar pasak daripada tiang. Entahlah, yang jelas hutang tidak haram. Namun dilarang jika menjadi budaya.

Dibutuhkan kenorakkan agar bebas dari hutang. Loh, bukannya kebanyakkan hutang malah kelihatan norak?

Maka itu lawan kenorakkan dengan kenorakkan juga. Maksudnya, jika berhutang meski berjuang ekstra untuk membayarnya. Memang benar orang akan mengatain kamu norak, demi hutang sampai segitunya. Biarin aja.

Sebaliknya jika kita memberi hutang kepada orang lain. Jangan segan untuk menagih. Tentunya tagih dengan cara baik-baik. Karena jika tidak ditagih, berarti secara tidak langsung kita membiarkan budaya berhutang tumbuh subur. Biarin saja dikatain norak.

Tags

About The Author

Rianda Prayoga 47
Ordinary

Rianda Prayoga

Gak banyak bicara, sedikit cuek tapi lumayan ramah

Comments

You need to be logged in to be able to post a comment. Click here to login
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel