Mengapa Tim-tim Unggulan Berguguran di Piala Dunia 2018 Rusia?

6 Jul 2018 20:38 3157 Hits 0 Comments
Gugurnya Nama-nama besar tersebut membuat banyak pecinta sepakbola dunia bertanya. Ada apa dengan Piala Dunia 2018 Rusia. Mengapa 'kutukan' begitu nyata menyerang tim unggulan Piala Dunia.

Satu kata untuk Piala Dunia 2018 Rusia, yakni "kejutan". Benar sekali, edisi Piala Dunia sepakbola edisi 2018 di Rusia benar-benar penuh kejutan. Tim-tim kejutan benar-benar mengejutkan.

Timnas negara peserta Piala Dunia 2018 Rusia yang dilabeli tim kuda hitam. Seakan tidak sekedar menjadi kuda yang dicongok hidungnya dan menurut ketika ditunggangi. Justru "kuda-kuda" tersebut mampu menumbangkan rakasasa.

Pengemar sepakbola mau tidak mau harus rela melihat Piala Dunia kali ini tanpa dimeriahkan tim-tim besar berlabel bintang. Juga demikian dengan tim-tim unggulan seperti Argentina, Spanyol dan Portugal yang harus menerima kenyataan hanya sebagai tim pengembira untuk seukuran tim calon juara.

Nasib lebih tragis harus menimpa sang juara bertahan turnamen olahraga paling digilai di kolong langit ini. Sekian kalinya kutukan 'juara dunia' kembali jatuh kepada tim juara dunia dari Eropa. 

Setelah Italia dan Spanyol, kini Jerman mengikuti kedua negara tersebut. Dipastikan keikutsertaan Jerman di Piala Dunia 2018 Rusia hanya sampai di fase grub. Alias hanya sebagai tim numpang lewat.

Aroma gugurnya tim besar di Piala Dunia 2018 Rusia sebenarnya sudah terasa bahkan sebelum turnamen buatan FIFA ini resmi bergulir di Rusia.

Tim-tim besar yang diprediksi mampu melenggang mulus ke  Rusia. Ternyata tidak mampu melewati babak kualifikasi. Seperti Italia (juara dunia 2006) Belanda (spesialis runner-up) dari Eropa. Juara Amerika Latin Chile dan Argentina yang lolos ke Rusia meski dengan terseok-seok.

Gugurnya Nama-nama besar tersebut membuat banyak pecinta sepakbola dunia bertanya. Ada apa dengan Piala Dunia 2018 Rusia. Mengapa 'kutukan' begitu nyata menyerang tim unggulan Piala Dunia?

Kualitas masing-masing tim semakin merata

Kekuatan sepakbola dunia tidak lagi bicara hanya satu dua tim saja. Tidak hanya soal Argentina, Brazil, Spanyol dan Jerman saja. Praktis saat ini hanya Brazil, sebagai tim langganan juara dunia yang tersisa di babak perempat final Piala Dunia 2018 Rusia. Sementara Uruguay, Francis dan Inggris juga masih bertahan sebagai juara dunia yang sudah lama tidak juara lagi.

Peluang munculnya juara dunia baru masih terbuka lebar. Belgia dan Kroasia menjadi kandidat terdepan untuk hal ini. Demikian dengan Swedia yang justru melaju lebih jauh setelah tanpa 'jimat' mereka yakni Ibrahimovic. Sementara Rusia sungguh-sungguh kejutan, sebagai tim dengan ranking FIFA paling rendah di perempat final Piala Dunia 2018 Rusia.

Barangkali hal ini sudah cukup membuktikan meratanya kualitas tim peserta Piala Dunia 2018 yang bertahan hingga kini. Tinggal pertanyaannya, apa yang membuat kekuatan sepakbola dunia semakin merata?

Liga-liga top Eropa banyak mengimpor pemain

Meski Brazil, Argentina dan Uruguay sudah menjadi raksasa sepakbola dari tanah Latin. Namun kiblat sepakbola tetap berada di Eropa. Hal ini seakan menjadi 2 sisi koin mata uang.

Untuk meramaikan dan terus menjaga kualitas. Liga-liga top Eropa harus mengimpor pemain-pemain terbaik dari seluruh dunia. Bukan berarti pemain asli Eropa tidak oke, namun faktanya pemain non Eropa tidak bisa diabaikan begitu aja.

Liga-liga terbaik dunia seperti liga Inggris, Spanyol, Italia dan lainnya. Tentu tidak berisi pemain yang hanya dari negara itu-itu saja apalagi pemain lokal saja.

Contoh paling nyata di Liga Inggris, pemain timnas Belgia seakan dibesarkan di liga sepakbola negeri Elizabeth tersebut plus pelatihnya juga. Dan skuad Kroasia juga bukan pemain biasa-biasa saja. Beberapa punggawa mereka juga adalah punggawa Madrid, Barcelona dan klub besar lainnya.

Sedangkan Spanyol, Jerman dan Italia tidak bisa berbicara banyak di Piala Dunia kali ini. Inggris pun demikian yang mengandalkan skuad muda, secara hitung-hitungan diatas kertas The Three Lions masih berada dibawah Belgia.

Dan apalagi dengan Brazil dan Uruguay, yang sudah lama terkenal dengan pengekspor pemain-pemain sepakbola kelas wahid ke Eropa bahkan Dunia, tak terkecuali di Liga Indonesia.

Memang tidak fair jika membandingkan skuad tim - tim 'kuda hitam' yang besar karena didikan di liga tetangga. Barangkali tentu kehebatan tim tersebut memang hasil pembinaan di dalam negerinya masing-masing.

Tentu jawaban mengapa tim-tim besar dunia berguguran lebih dulu atau istilah populernya sekarang yakni 'mudik lebih awal'. Barangkali bukan karena melemahnya kualitas tim-tim tersebut. Namun karena tim-tim pesaingnya yang selama ini hanyalah tim gurem, kini melejit kualitas. Sebut aja timnas Islandia yang lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 Rusia, menyingkirkan Italia dan Belanda.

Sejak awal Italia dan Belanda dipastikan gagal berangkat ke Rusia, publik sepakbola dunia mempertanyakan 'apakabar Piala Dunia tanpa dua tim tersebut?' semua mengkhawatirkan Piala Dunia akan sepi jika tim-tim raksasa berguguran.

Sebut saja dengan Italia, Spanyol, Argentina, Jerman dan lainnya berguguran lebih awal. Jelas mengurangi basis suporter yang datang ke stadion.

Namun apa mau dikata? Inilah sepakbola dengan segala drama yang sesungguhnya. Kamu bisa punya tim diatas segalanya secara statistik. Namun 'matematika' sepakbola tidak bisa dihitung segampang itu. Bola itu bulat memang benar, lebih bulat dari Bumi.


Meski banyaknya tim unggulan yang berguguran pada Piala Dunia 2018. Namun beberapa prediksi banyak menyebutkan bahwa tim langganan juara dunia akan tetap menguasai Piala Dunia 2018. Sebut saja seperti Brazil, Prancis, Inggris, Uruguay bahkan Belgia digadang akan menggondol Piala Dunia ke negaranya.

Tags

About The Author

Rianda Prayoga 47
Ordinary

Rianda Prayoga

Gak banyak bicara, sedikit cuek tapi lumayan ramah
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel