Kita saudara? Yakin?

28 Dec 2016 07:21 4407 Hits 0 Comments

sudahkah kita benar-benar berperilaku sebagai saudara dan memperlakukan mereka sebagai saudara?

"Sesungguhnya mukmin itu bersaudara" (Surah al-Hujuraat:ayat 10), pertanyaan nya, sudahkah kita benar-benar berperilaku sebagai saudara dan memperlakukan mereka sebagai saudara? 


Geram, begitu banyak pengakuan yang nyatanya tak berbukti. Saling menjaga katanya, tapi nyatanya saling menjatuhkan, saling membantu katanya, tapi nyatanya saling oper peran, saling peduli katanya, tapi nyatanya menyapa dengan tulus pun enggan.


Geram, perbincangan yang seharusnya menentramkan, menghangatkan suasana kekeluargaan, semuanya hancur, dengan cibiran, sindiran, pertikaian, Seolah anak tak berdosa yang kerap menyaksikannya selalu menutup mata dan telinga, kami benci pertikaian, kami ingin keluarga yang bahagia, tanpa saling lempar batu sana sini, yang akhirnya melukai semua. mungkin itulah teriakan hati dari beberapa orang yang hanya bisa diam membisu menyaksikan semua itu.


Mengingatkan, memang harus saling mengingatkan, namun niatpun bisa tercermin dari cara penyampaian, mungkinkah orang yang bermaksud mengingatkan dengan tulus akan membeberkan kesalahan seseorang dimuka umum? Di depan orang banyak sekalipun mereka semua adalah keluarganya? Bukankah menjatuhkan martabat namanya? Siapa pun itu pasti akan terluka hatinya jika merasa dijatuhkan martabatnya. Belum lagi data dan fakta, sudahkan menanyakan alasan atau sebab dari perihal terlebih dulu, dan mendiskusikan nya? Atau langsung saja menjatuhkan segala tuduhan tanpa mau mendengarkan kesaksian atau alasan darinya? Kita saudara? Yakin? 


Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)


Saling menjaga aib, bukankah ini yang kita butuhkan sebagai sesama saudara? Allah memang satu-satunya tempat bercerita, namun terkadang kitapun membutuhkan bahu manusia bahkan mungkin walau hanya sekedar untuk meluapkan tangis, lalu siapa lagi yang pantas dijadikan sandaran, dermaga untuk beristirahat dan menenangkan hati jika bukan saudara? Jika saudarapun memperlakukan kita seperti orang asing, apa perlu ada yang dinamakan ‘saudara’?

Bagaimana mungkin dunia bisa berdamai, jika yang mengaku saudara saja nyatanya lebih suka saling menjatuhkan? Bagaimana mungkin keharmonisan bisa tercipta jika hal sepele pun menjadi luka yang mendalam? Bagaimana mungkin cinta dan rasa saling mengasihi bisa tumbuh jika menjaga aib saudaranya saja tidak mampu?


Renungkanlah, apa kita pantas disebut sebagai saudara? Renungkanlah, mungkin masih banyak dari kita yang terlupa, atau mungkin tak sengaja menyakiti hati saudaranya, dengan lisan nya yang begitu ringan dan mudahnya menyakiti hati saudaranya. Tidak kah keharmonisan adalah dambaan setiap orang? Keharmonisan tidaklah mungkin tercipta dengan sendirinya, ciptakanlah keharmonisan, mulai dengan hal ringan, perlakukanlah saudaramu seperti saudara, saling menjaga, saling merangkul, saling menguatkan, jadilah satu-satunya dermaga bagi saudaramu saat tak ada dermaga lain yang mau dijadikan tempat bersinggah.

Tags

About The Author

Conionio 25
Novice

Conionio

simply awesome
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Conionio