3 Hari Beribu Kenangan

3 Dec 2016 16:15 1902 Hits 2 Comments
Reportase perjalanan pendidikan (Study Camp) Mapala Astadeça.

Kebetulan dikasih tugas bikin reportase perjalanan pendidikan (study camp) mapala Astadeça nih, sayang kalo ga dishare, kali aja jadi tertarik ikut mapala hoho cusss deh dibaca... ^^

 

'3 Hari Beribu Kenangan'

Oleh Rokki (Qonita Huriena) – Siswa Muda Astadeça angkatan 34

Setelah rangkaian latihan fisik dan materi yang diberikan kakak-abang Astadeça sebagai bekal untuk mengikuti Study Camp, kami calon anggota Astadeça angkatan 34, yang berjumlah 15 orang akhirnya pada hari Jum’at, 25 November 2016 berangkat mengikuti Study Camp di Gunung Salak, Bogor.


     Banyak cerita yang mungkin tak bisa tertuliskan dengan kata-kata, hanya senyum dan tawa yang terluapkan sebagai bahasa kebahagiaan, karena kenangan itu tak akan sirna, dan akan selalu menjadi penghibur dan penyemangat kami setiapkali mengingatnya.


Semua ini berawal dari Astadeça, Dimana setiap harinya kami menjadi semakin dekat dan mengenal satu sama lain, Dimulai dari latihan fisik yang awalnya kami merasa berat menjalakan nya, karena memang belum terbiasa berolahraga, pulang larut malam karena ‘jam karet’ kita sendiri, games pada saat materi yang luar biasa serunya, seri yang menggunung karena kesalahan kami sendiri, semua ini kami tanggung bersama, kami lalui bersama. Dan tanpa kami sadari, ternyata itu semua lah yang membuat kami semakin dekat bahkan lebih dari kata ‘sahabat’, karena kami saudara.


Hari yang di nanti-nanti akhirnya dimulai, sebelum berangkat kami melakukan checklist alat pada pukul 19:15 WIB, dan setelah itu kami sholat berjama’ah di masjid Darul ilmi, PNJ. Selesainya kami sholat, kami makan ringan bersama, barulah setelah itu kami berangkat menuju gunung salak. Diperjalanan, tak banyak yang kami saksikan, karena sudah larut malam kami memanfaatkan waktu untuk istirahat, karena pendakian akan dimulai dari subuh.


Hampir sampai!, angkot yang kami tumpangi tak bisa mengangkut kami semua ke atas, apa boleh buat, akhirnya hanya barang kami yang diangkut, dan kami pun memulai hari dengan pendakian kecil menuju lokasi titik kumpul awal, ‘anggap saja sebagai pemanasan’ dalam hati ku menyemangati diri. Setibanya di lokasi pada pukul 03:06 WIB, kami mengisi tenaga dengan makan berat terlebih dulu, makan diatas kertas nasi yang dijajarkan rapi, kami semua pun berkerumun melingkar siap menyantapnya, 3 pelastik teh hangat yang sudah menjadi dingin pun dibagi sama rata untuk 15 orang.


Setelah tenaga terisi, pada pukul 04:30 WIB kami memulai pendakian, Tanjakan yang lumayan tinggi dan bawaan carrier yang penuh pun menguji fisik dan kekompakan kami, baru beberapa meter dari lokasi awal, sudah banyak dari kami yang merasa hampir tumbang, tapi kami harus bersama, harus saling menguatkan. 


Tak jauh dari lokasi awal, matahari mulai bersinar, pukul 04:57 WIB kami pun segera melakukan sholat subuh berjamaah. Setelah itu, kami mengisi penuh drigen, namun karena kecerobohan kami, ada 1 drigen yang terhanyut, dan pada awalan ini, sangat banyak kesalahan yang kami lakukan, seperti masih lamban, menjatuhkan alat, dan melempar alat, dan akhirnya hutang seri pun bertambah..


Singkat cerita, akhirnya pada pukul 06:05 WIB kami tiba di pintu rimba, sebelum masuk kami cek kondisi, dan menyiapkan carrier dengan setting yang nyaman. Langkah demi langkah kami lalui, tanjakan curam dan bebatuan kami lewati. Terpeleset, lecet, sesak nafas, menjadi rintangan bagi kami semua, harus terus bersama, lelah bersama, istirahat bersama, minum 1 loki bergantian dan sama rata.


Pada awalnya kami masih belum sepenuhnya mengerti arti kekeluargaan, dan seringkali lupa arti kekompakan, namun banyak hal yang akhirnya mengajarkan kami apa arti kebersamaan dan kekompakan yang sesungguhnya, Saling menguatkan dan menyemangati adalah kunci utama kekompakan.


Diperjalanan pun tak lepas dari canda tawa, hingga air mata, ada bagian dari kami yang tumbang, kami pun beristirahat sejenak dan saling menguatkan, beberapa kali terjatuh, memang hal biasa, dan tugas kami sebagai keluarga untuk mengulurkan tangan, bahu-membahu dan saling merangkul, kami berangkat bersama dan juga harus utuh saat pulang bersama. Setiap 25 menit perjalanan kami beristirahat selama 5 menit, hingga akhirnya pada pukul 12:01 kami tiba di helipet, dan tak jauh dari helipet kami akhirnya sampai di lokasi tujuan.


Sesampainya dilokasi tujuan, kami beristirahat sejenak, Yang biasanya minum hanya 1 botol ukuran sedang, kali ini rasa haus menjadi-jadi, tak disangka-sangka, setengah drijen habis sendiri! Masih mengisi tenaga setelah perjuangan mendaki yang akhirnya selesai siang itu, kami mengisi perut dengan cemilan, dan setelah itu pada pukul 12:20 WIB kami berbagi tugas, ada yang memasak, bersih-bersih dan mendirikan tenda.


Pada pukul 15:30 WIB kami mengikuti simulasi sebagai aplikasi SAR, korban nya adalah bang Faris dan bang andika, yang tersesat saat mencari sumber air, dengan berbekal ilmu yang kakak dan abang berikan sebelum Study Camp, kami mencoba mengaplikasikan nya, walau akhirnya ternyata masih banyak kekurangan, karena kami pun masih belajar, seperti terlalu panik, padahal seharusnya kami mengaplikasikan teori STOP, yaitu Stop (berhenti sejenak), Thinking (berfikir apa yang harus dilakukan), Observasi (mengobservasi kejadian, Planning (Membuat rencana dan membagi tugas untuk melakukan aksi atau SAR).


Setelah evaluasi aplikasi SAR, disambung dengan pengaplikasian materi Navigasi darat, Organisasi, Survival, dan Survival kit pada pukul 16:30 WIB hingga pukul 20:00 WIB, dan dilanjutkan dengan istirahat, sholat dan makan dan membuat bivak pada pukul 20:00-21:30 WIB, dan setelah itu evaluasi dilakukan pada pukul 21:30 WIB hingga pukul 23:58 WIB akhirnya kami istirahat dibivak, karena terburu-buru semua harus sudah masuk bivak, kami masuk dengan acak, hingga tidur campur perempuan dan laki-lakinya, tapi lelah saat itu sudah tak mengenal tempat dan siapa yang ada di samping kanan-kiri kami, kami hanya menikmati istirahat malam itu di bivak.


Paginya pukul 05:00 WIB, persiapan menuju pasir leungit dan pada pukul 07:02 WIB kami menyanyikan yel-yel dan senam pagi, hingga pukul 10:18 WIB kami melanjutkan perjalanan untuk turun gunung, Pukul 11:14 WIB kami tiba di kawah ratu, perjalanan yang tak sepanjang pendakian namun lumayan lebih berat karena medan yang terjal, bebatuan, dan licin membuat kami merasa lebih cepat lelah. Singkat cerita pada pukul 15:53 WIB kami tiba di pasir leungit dan beristirahat sejenak, di perjalanan kami melewati beberapa medan yang berbeda dengan medan saat pendakian, seperti bebatuan, dan bahkan rawa atau sungai kecil, dan juga kondisi cuaca pada saat turun gunung sedikit lebih mendung, waktu saat pendakian dan turun gunung pun berbeda, saat turun gunung terasa lebih cepat, entah karena memang jaraknya yang dekat atau karena terasa lebih ringan karena lebih banyak turunan nya, namun kami menikmati lelah, dan bahagia kebersamaan saat pendakian ataupun turun gunung.


Pada pukul 17:02 WIB kami tiba di kaki gunung, dan segera membersihkan pakaian yang kotor, lalu melakukan sholat zuhur-dan ashar (jama’), setelah itu kami segera packing carrier dan masuk segera masuk ke angkot untuk melanjutkan perjalanan pulang, pada saat di angkotpun tak lepas dari canda tawa kami, cerita yang masih hangat saat itu menjadi perbincangan yang sangat seru.


Ada beberapa cerita lucu yang juga agak menjengkelkan, dimana saudara kami diperintahkan untuk memisahkan isi carrier (surkit, alat tidur, alat makan dipisahkan dari tiap carrier dan digabungkan disatu tempat) ternyata banyak dari kami yang belum memberi nama pada alat masing-masing, dan saudara kami yang memisahkan alat hanya melakukan instruksi tanpa menginformasikan nya terlebih dulu pada saudaranya yang lain, hingga banyak alat yang tertukar dan kami kesulitan mencari alatnya. kesal! Awas aja sampe alat gue gak ketemu, lu berurusan sama gue dikampus kata salah satu dari kami yang masih terus ngedumel walalupun saat itu sedang makan bersama, rasa makanan pun menjadi agak hambar bagiku, namun tetap selera bagi saudara lain yang kelihatannya sangat lapar hahaha.


Kami semua pun memiliki nama lapangan / nama rimba yang diberikan oleh kakak-abang, ada yang diberikan nama karena tingkahnya, ada yang diberikan nama dari gaya fashion nya, ada yang diberikan nama karena ucapan nya ataupun karena sifatnya, nama-nama kami pun ada beberapa yang terdengar menggelitik telinga. Berikut adalah nama rimba kami, Rokki (Qonita), Eps (Jaja), Menyan (Grace), Kepet (Faiza), Pena (Eti), Bekanten (Febi), A titik M (Ulfa), Dukun (Sam), Kampleng (Rusli), Nyokpe (Fikri), Ijum (Riyan), Kungkung (Abi), Owa (Ajay), Tibob (Widhi), Guduk (Naufal).


Buang air kecil di semak-semak, minum air mentah, push-up ditanah lumpur sekalipun, bending pakai carrier, kedinginan, makan seadanya dengan tangan yang sangat amat bersih (kotor banget maksudnya, abis bikin bivak udah ga sempet cuci tangan lagi hahaha), dan masih banyaaakkkk sekali kenangan dan cerita yang tak semuanya bisa diceritakan dikertas ini.


Lelah, kami pun beristirahat diperjalanan, tak karuan, entah dimana kepala bersandar, tergantung rem dan gas abang angkot. Yang awalnya flashback cerita-cerita dan kenangan lucu digunung, hingga ngalor-ngidul ke tugas kampus yang gak seharusnya diingat saat itu haha, hingga akhirnya semua sunyi… terlelap dalam tidur yang nyenak.


Pada pukul 20:00 WIB akhirnya kami tiba di kampus tercinta, Politeknik Negeri Jakarta, segera kami melakukan checklist alat, dan setelah itu kami mengevaluasi diri, ternyata masih sangat banyak dan bahkan sangat amat jauh dari kata sempurna, kami memang masih perlu banyak belajar dan masih sangat butuh bimbingan dari kakak dan abang pengurus Astadeça.


Setelah checklist alat dan evaluasi, kami semua berkumpul dan saling merangkul, inilah klimaks dimana kami merasa bukan lagi sekedar saudara, namun keluarga, tak terpisahkan adalah satu kata yang kami ingin pegang erat diantara kami semua, air mata haru bahkan tak terbendung saat kakak-abang mengitari kami dan dilantiknya kami menjadi Siswa muda Astadeça. Bahagia, haru, semua rasa itu bercampur menjadi rasa syukur, inilah kami, siswa muda Astadeça angkatan 34, keluarga yang tak akan pernah kami rela lepaskan. Ego, kesal, kecewa, amarah hilang semua dan yang tersisa hanyalah rasa sayang, dan kenangan indah yang mucul setiapkali kami saling menatap satu sama lain.


Masih ada beribu kenangan lainnya yang tak dapat satu persatu dituangkan diatas helaian kertas ini, dan masih ada berjuta cerita baru yang menanti kami, terimakasih kakak dan abang yang selalu sabar membimbing kami, menegur kami jika kami salah, dan terimakasih telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman berharga bagi keluarga siswa muda Astadeça angatan 34.

Tags

About The Author

Conionio 25
Novice

Conionio

simply awesome
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel

From Conionio