Rangkaian Kata-kata Ungkapan Terima Kasih Yang Tak Cukup Buat Sahabat Plimbers

8 Jul 2016 22:42 9125 Hits 2 Comments Approved by Plimbi
Rangkaian ungkapan terima kasih buat para sahabat Plimbers yang telah memberiku semangat baru dalam menulis.

 

Tidak ada ungkapan kata-kata yang cukup menggambarkan perasaan terima kasih saya yang begitu besar kepada semua sahabat Plimbers yang telah memberikan reaksi dan tanggapan positif atas novel fiksi bersambung saya yang perdana Ketika Cinta Bicara - The Series selama 3 (tiga) bulan ini.

 

Banyaknya respon positif berupa pujian dan dukungan atas terbitnya cerita bersambung ini sejujurnya memberikan gairah dan semangat baru buat saya untuk kembali menulis, yang mana sebelumnya saya pernah vakum panjang selama 5 (lima) tahun dari hobi menulis saya ini, karena merasa tidak pede dan minimnya dukungan.

Rangkaian Kata-kata Ungkapan Terima Kasih Yang Tak Cukup Buat Sahabat Plimbers

Terima kasih terutama buat sahabat-sahabat terbaikku yang dengan rela membiarkan wall di facebook, whattsup, googleplus, pinterest dll dipenuhi tulisan-tulisan novel ini (lebay banget gue yaa...), dan bahkan ikut membantu men-share-kan ke teman-temannya yang lain. Sungguh saya sangat berterima kasih sekali. 

Rangkaian Kata-kata Ungkapan Terima Kasih Yang Tak Cukup Buat Sahabat Plimbers

Terima kasih banyak juga buat Plimbi.com atas website-nya yang sangat brilian dan cemerlang, yang memberikan wadah dan saluran buat saya untuk menyalurkan hobi saya ini kepada banyak orang, dan sejujurnya ikut memberikan motivasi buat saya untuk kembali semangat menulis, terutama menulis kegemaran saya membuat novel fiksi, yang merupakan passion saya dalam menulis.

Rangkaian Kata-kata Ungkapan Terima Kasih Yang Tak Cukup Buat Sahabat Plimbers

Kedepannya saya akan mencoba menulis kembali novel fiksi bersambung yang lebih menarik lagi dari Ketika Cinta Bicara dan juga berusaha memberi banyak pesan di dalamnya.

Adapun saya sedang menulis novel fiksi terbaru yang masih dirahasiakan judulnya tapi akan saya bagikan sebagian penggalan ceritanya di bawah ini, yah semacam teaser lah : 

Bimo serius memainkan dawai gitarnya. Tembang “Sempurna” milik salah satu band legendaris Tanah Air berhasil memukau atensi dara manis bernama Dira. Dira benar-benar larut dalam irama petikan gitar dan suara merdu sang pujaan hati.

“So sweett...” itulah reaksi pertama Dira saat Bimo menuntaskan kehebatannya bernyanyi dan bermain gitar.

Bimo tersenyum lebar. Ia senang karena akhirnya bisa meluluhkan hati sang dewi yang selama ini dikenal sebagai makhluk yang “sulit jatuh cinta”.

“Aku nggak nyangka karena kamu ternyata bisa romantis juga yaa...” Dira membelai pipi sawo matang Bimo dengan lembut.

“Thanks dear. Senang rasanya kalau kamu suka. Karena lagu itu sebenarnya...” Bimo terdiam sesaat.

“... mewakili perasaanku padamu...” Bimo melanjutkan kata-katanya sambil membalas belaian Dira dengan memegang jemari Dira yang putih mulus.

Dira terdiam. Kepalanya tertunduk, seperti ada beban berat yang mendadak menindih kepalanya. Perlahan butiran air bening keluar dari bola matanya.

“Sudahlah, tidak usah dibahas... kita bicara yang lain saja ya...” Dira menarik jemarinya dari belaian tangan Bimo, kemudian mengusap air matanya.

Bimo meletakkan gitarnya kemudian mencoba memeluk Dira. “Lupakan Ario, kembalilah padaku... Aku merindukanmu, Dira...” Bimo berbisik, kalimat terakhir hampir tak terdengar.

“Tidak mungkin Bimo, kamu sudah gila ya, kami kan sudah tunangan...” Dira membiarkan dirinya dipeluk sebentar, kemudian mendorong tubuh Bimo menjauhi dirinya.

“Lalu, kenapa kamu datang ke apartemenku?”

Pertanyaan Bimo bagai pisau belati yang menghujam ulu hati Dira. Ia hanya bisa diam.

“Karena kamu masih menginginkan aku kan? Masih mencintai aku kan?”

Dira masih terdiam.

“Jawab Dira! Aku butuh pengakuanmu...” Bimo merong-rong Dira.

Dira sebenarnya tak kuasa dengan pertanyaan menusuk Bimo, namun ia berusaha menjaga perasaannya agar tetap tenang dan terkendali. “Sudah malam Bi, aku pulang dulu ya.” Dira berdiri, ia sengaja tidak menjawab pertanyaan Bimo.

Melihat reaksi Dira seperti itu, Bimo menghela nafas panjang, “Hhhhhh...”

Dira berjalan menjauhi Bimo menuju pintu ruang tamu. Bimo tetap duduk tak beranjak dari sofa, ia membiarkan Dira menjauhi dirinya. Ia sering mendapat perlakuan seperti ini dari Dira, ia sudah kapalan.

Tepat di depan pintu, Dira berhenti sejenak. “Terima kasih buat dinner dan persembahan lagu tadi, Bi... Aku menyukainya.”

“Good night.” Tanpa peduli dengan reaksi Bimo, Dira membuka pintu apartemen Bimo dan meninggalkan Bimo berdua bersama dengan pertanyaan tak terjawab yang masih menggelayut di benak Bimo.

Sekali lagi Bimo menghela nafas panjang lalu menghempaskan tubuhnya yang penat ke sofa. Ia merasa gagal. Seluruh usaha dan pengorbanannya sia-sia. Sulit sekali menundukkan sang dewi. Padahal bagi Bimo, Dira seperti nafas kedua.

Akhir cerita cinta yang menggantung, bagian dari labirin cinta mereka yang tiada ujung...

 

Nah, itulah sebagian dari penggalan cerita bab I yang mudah-mudahan kalau tidak ada halangan akan saya publish akhir juli atau awal agustus ini.

 

Akhir kata, tiada kata-kata yang dapat mengungkapkan kebahagian saya selain terima kasih banyak atas segala dukungan dan supportnya selama ini. Thank you so much!

Oya, hampir lupa! masih dalam suasana lebaran, ijinkan saya mengucapkan "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1437 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN ya sahabat Plimbers! Mohon maaf kalau ada salah-salah kata dan selamat menikmati kemenangan!

 

   

 

About The Author

Arya Janson Medianta 46
Ordinary

Arya Janson Medianta

0813 7652 0559 (WA) Arya_janson@yahoo.com
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel